36.4 Kesimpulan ANALISIS DESKRIPTIF TENTANG STRUKTUR DAN PERILAKU INDUSTRI KELAPA SAWIT MALAYSIA

153 Tabel 46. Perkembangan Areal Perkebunan Sawit dan Perkembangan Nilai Jual Minyak Sawit Malaysia 1975-2008 Menurut Harga Berlaku. Tahun Harga M Sawit US Jumlah Areal Ha Produksi M Sawit 000 ton Nilai Jual M Sawit US Pertumbuhan Areal Sawit Pertumbuhan Nilai M Sawit 1975 435 641791 1257573 547044255 1976 396 714600 1391965 551218140 11.3 0.8 1977 530 781814 1612747 854755910 9.4 55.1 1978 600 852979 1785525 1071315000 9.1 25.3 1979 654 938863 2188699 1431409146 10.1 33.6 1980 583 1023306 2573173 1500159859 9.0 4.8 1981 571 1107863 2822144 1611444224 8.3 7.4 1982 445 1182797 3510920 1562359400 6.8 -3.0 1983 501 1253040 3016481 1511256981 5.9 -3.3 1984 729 1330266 3714795 2708085555 6.2 79.2 1985 501 1482399 4134463 2071365963 11.4 -23.5 1986 257 1599311 4542249 1167357993 7.9 -43.6 1987 343 1672875 4531960 1554462280 4.6 33.2 1988 437 1805923 5027496 2197015752 8.0 41.3 1989 350 1946559 6056501 2119775350 7.8 -3.5 1990 290 2029464 6094622 1767440380 4.3 -16.6 1991 339 2094028 6141353 2081918667 3.2 17.8 1992 394 2197660 6373461 2511143634 4.9 20.6 1993 378 2305925 7403498 2798522244 4.9 11.4 1994 528 2411999 7220631 3812493168 4.6 36.2 1995 628 2540087 7810546 4905022888 5.3 28.7 1996 531 2692286 8385886 4452905466 6.0 -9.2 1997 546 2893089 9068728 4951525488 7.5 11.2 1998 671 3078116 8319682 5582506622 6.4 12.7 1999 436 3313393 10553918 4601508248 7.6 -17.6 2000 310 3376664 10842095 3361049450 1.9 -27.0 2001 286 3499012 11803788 3375883368 3.6 0.4 2002 390 3670243 11909298 4644626220 4.9 37.6 2003 443 3802040 13354769 5916162667 3.6 27.4 2004 471 3875327 13976182 6582781722 1.9 11.3 2005 422 4051374 14961654 6313817988 4.5 -4.1 2006 478 4165215 15880786 7591015708 2.8 20.2 2007 780 4304913 15823745 12342521100 3.4 62.6 2008 949 4487957 17734441 16829984509

4.3 36.4

Rata- rata

6.1 14.1

Sumber : MPOB, 2008. 154

5.1.2. Rasio Konsentrasi dan Pangsa Pasar Empat Besar Perusahaan Sawit Malaysia

Analisis struktur, perilaku dalam penelitian ini hanya meneliti pasar Industri Minyak Sawit Malaysia dari sisi penjual, mengingat pembelian impor minyak sawit Malaysia tidak signifikan. Data menunjukkan pada tahun 2006 impor Minyak Sawit Malaysia hanya 602 000 ton, pada tahun 2007 turun menjadi 267 000 ton, sedangkan impor sawit Malaysia tahun 2008 adalah 538 000 ton atau 3 dari produksi total Minyak Sawit Malaysia tahun 2008 yaitu 17,7 juta ton. Semenjak tahun 1999, Industri kelapa sawit Malaysia berada dibawah pengelolaan dan pengawasan tiga kementerian yaitu Kementerian Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan Antar Bangsa dan Industri. Asosiasi Minyak Sawit Malaysia Malaysian Palm Oil Association-MPOA, Badan Minyak Sawit Malaysia Malaysian Palm Oil Board-MPOB dan Konsulat Minyak Sawit Malaysia Malaysian Palm Oil Council-MPOC, Asosiasi Perusahaan Minyak Makan Orang Malayu MEOMA, Kelompok Perusahaan Olekimia Malaysia MOMG, Persatuan Petani Kecil Sawit Malaysia NASH, Asosiasi Perusahaan Penjernih Minyak Sawit Malaysia PORAM yang bekerja menurut bidangnya secara profesional. Lihat Lampiran 3. Lembaga tertinggi pengelola industri sawit Malaysia adalah Kementerian Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia yang mengatur arah kebijakan industri sawit dan pasar produk sawit secara makro dimasa lalu, sekarang dan masa yang akan datang seperti dalam rencana 155 pembangunan jangka panjang ke-3 IMP3 tahun 2000-2020 sektor pertanian, perikanan, kehutanan sesuai Undang-undang Kerajaan Malaysia. Disamping instansi pemerintahan, juga terdapat perkumpulan pengusaha industri Minyak Sawit Malaysia yang tergabung dalam Asosiasi Minyak Sawit Malaysia MPOA, mengatur dan mengkoordinir anggotanya dan dapat bertindak sebagai kartel dalam strategi menguasai pasar, bahkan memiliki cabang di Indonesia dengan nama APIMI. Lihat Lampiran 3a. Sedangkan Badan Minyak Sawit Malaysia MPOB, bertugas pada bidang penelitian teknologi produksi, prosesing, fabrikasi dan berbagai jenis minyak sawit dan produk sawit, mengatur lembaga ekonomi dalam industri sawit, melakukan penelitian menyangkut isu kesehatan konsumen dan isu lingkungan industri produk berbasis kelapa sawit. Lihat Lampiran 3b. MPOB berdiri pada tanggal 1 Mei 2000 menurut Undang-undang Negara Malaysia Akta 582 hasil penggabungan dari Badan Perizinan Minyak Sawit Malaysia PORLA akta 179 dan Institut Penyelidikan Minyak Sawit Malaysia PORIM Akta 218. Tujuan pendirian MPOB adalah : untuk menggalakkan dan memajukan industri sawit Malaysia, untuk mewujudkan tujuan pembangunan negara Malaysia dibidang sawit agar industri sawit Malaysia maju dan teratur. Dua bidang pekerjaan hasil penggabungan PORLA dan PORIM ada pada dua skop pekerjaan yaitu : 1. Penelitian dan Pengembangan Research and Development meliputi : - Menggiring industri sawit Malaysia memiliki teknologi canggih 156 - Penelitian dan pengembangan kelapa sawit dan produk turunannya serta lainnya minyak dan lemak menyumbang kepada keinginan industri sawit - Temuan dari penelitian dan pengembangan adalah untuk memberi manfaat kepada keinginan industri kelapa sawit - Untuk memajukan dan mengkomersialkan temuan-temuan dari penyelidikan bagi kepentingan industri sawit Malaysia. - Menggalakkan penggunaan temuan penyelidikan secara komersial 2. Perizinan - Untuk memastikan industri sawit berkembang secara teratur dan sejahtera melalui kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan penyelarasan - Produk kelapa sawit yang dikeluarkan sesuai standar kontrak dan memenuhi kehendak pembeli - Industri mematuhi peraturan MPOB agar industri berdisiplin dan maju Khusus bidang marketing, baik cakupan Nasional, Internasional, Multinasional maupun marketing global lebih khusus ditangani oleh Kementerian Perdagangan Antar Bangsa dan Industri MITI, Konsulat Minyak Sawit Malaysia Malaysian Palm Oil Council-MPOC yang telah memiliki perwakilan di berbagai tempat di seluruh dunia. Gambaran umum dari MPOC dapat dilihat pada Lampiran 3c. Secara institusional, industri sawit Malaysia diatur secara profesional dan memiliki fokus yang jelas bahwa komoditi sawit adalah komoditi komersial penuh full commercial. Untuk mampu bersaing di pasar 157 internasional maka prinsip efektifitas, efisensi dan profitabilitas amat diperhatikan dengan seksama, bahkan struktur pasar industri minyak sawit dan produk sawit dalam negeri Malaysia adalah oligopoli kuat hight oligopoly dengan konsentrasi CR4 mendekati 90 . Pada Tabel 47. dan Tabel 48., dapat dilihat rasio konsentrasi CR4 pangsa pasar empat besar perusahaan sawit dalam negeri Malaysia dan persentase pangsa pasar industri sawit Malaysia pada pasar dunia. Tabel 47. Tingkat Konsentrasi Empat Perusahaan Terbesar CR4 Tahun 1980-2008 Sumber : Hasil Analisis, 2009. Dari tabel hasil perhitungan CR4 di atas, yaitu dengan membagi jumlah output empat perusahaan terbesar dengan jumlah output pada industri kelapa sawit, maka pada tahun 1980, struktur pasar industri kelapa sawit CPO dalam negeri Malaysia adalah monopoli, karena pada tahun ini tingkat konsentrasi industri ini sangat tinggi yaitu mencapai 93. Sedang di tahun 1985-2008, tingkat konsentrasi mulai mengalami penurunan yaitu dari 91 menjadi 86, ini menandakan struktur pasar Industri Kelapa Sawit Kepemilikan Tahun CR4 1980 CR4 1985 CR4 1990 CR4 1995 CR4 2000 CR4 2006 CR4 2008 1. Perusahaan 56 50 45 49 59 59 60 Swasta MPOA Perusahaan Pemerintah : 2. FELDA MPOA 29 31 30 27 18 16 15 3. FELCRA 19 33 54 56 46 38 36 4. Milik Negara Kerajaan 61 64 86 78 72 78 72 Total 93 91 89 89 89 87 86 158 Malaysia menuju struktur oligopoli kuat. Menurut teori yang sudah dikemukakan sebelumnya, jika tingkat konsentrasi suatu pasar tinggi salah satu faktor penyebabnya adalah faktor hambatan masuk. Berarti, pada tahun mulai 1995 hingga 2008 seiring dengan perkembangan pasar, maka semakin banyak produsen baru memasuki pasar. Ini menandakan, bahwa hambatan pasar pada tahun tersebut mulai melonggar. Selanjutnya dapat dilihat pangsa pasar CPO Malaysia pada pasar dunia, lihat Tabel 48. Tabel 48. Pangsa Pasar Empat Besar Perusahaan Sawit Malaysia dari kode Produk MSIC 15142 pada Pasar Dunia Tahun 1998-2008 Tahun Pangsa Pasar Ekspor Sawit Dunia Perubahan Pangsa Pasar Minyak dan Lemak Dunia Perubahan 1998 68.5 - 26.0 - 1999 64.3 -6.1 29.0 11.4 2000 60.5 -5.9 27.6 -4.8 2001 60.5 30.6 10.6 2002 56.0 -7.4 29.1 -4.8 2003 56.0 30.2 3.8 2004 51.9 -7.3 28.8 -4.5 2005 50.7 -2.3 28.6 -0.8 2006 48.1 -5.1 27.3 -4.5 2007 46.3 -3.7 26.0 -4.9 2008 45.8 -1.5 25.3 -2.7 Sumber : Hasil Analisis, 2009. Meskipun pada Tabel 48., jumlah ekspor Minyak sawit dan produk sawit Malaysia dari kode MSIC 15142 naik dari tahun 1998 sampai tahun 2008, namun dari penguasaan pangsa pasar mengalami penurunan dari 68.5 tahun 1998 secara periodik sampai tahun 2008 menjadi 45.8 , kemungkinan karena terbatasnya perluasan lahan perkebunan di Malaysia dan cepatnya perluasan kebun sawit dan pertumbuhan produksi sawit di Indonesia, Vietnam dan Brazil dan ada indikasi bahwa terjadi perubahan formasi industri Sawit Malaysia dari penghasil minyak mentah mengarah ke 159 industri prosesing produk setengah jadi dan produk jadi, bahkan sebagai penyedia komponen industri berbasis sawit di seluruh dunia. Dari Tabel 48., dapat dijelaskan bahwa makin turun persentase pangsa pasar minyak sawit Malaysia terhadap pasar dunia dan pasar minyak dan lemak dunia, berarti kemampuan industri sawit Malaysia mendominasi pasar minyak sawit mentah CPO dunia makin turun. Begitu juga penguasaan pangsa pasar minyak dan lemak nabati dunia sepuluh tahun 2008 relatif lemah dan tetap, rata-rata pangsa pasar CR4 hanya + 55.3 . Sedangkan pangsa pasar empat besar industri minyak inti sawit Malaysia PKO dari kode MSIC 15143 terhadap pangsa pasar industri minyak inti sawit dunia bersifat berfluktuatif dan relatif kuat medium oligopoly CR4 sekitar 43.2 , namun sangat lemah pada pasar minyak dan lemak dunia CR4 hanya sekitar 1,7, lihat Tabel 49. Tabel 49. Pangsa Pasar Empat Besar Perusahaan Minyak Inti dan Produk Inti Sawit Malaysia kode MSIC 15143 pada Pasar Dunia Tahun 1998-2008 Tahun Pangsa Pasar terhadap Ekspor Minyak inti Sawit Dunia Perubahan Pangsa Pasar terhadap Minyak dan Lemak Dunia Perubahan 1998 44.4 17.2 1.4 16.9 1999 42.5 -4.3 1.6 11.5 2000 42.6 0.4 1.4 -8.5 2001 48.4 13.6 1.8 21.4 2002 44.3 -8.5 1.7 2.2 2003 48.6 9.6 2.0 14.1 2004 41.5 -14.7 1.7 -15.7 2005 45.3 9.3 1.9 12.4 2006 39.0 -13.9 1.6 -12.8 2007 41.2 5.6 1.8 13.0 2008 37.6 -8.7 1.7 -5.6 Rata- rata

43.2 1.7

Sumber : MPOB, 2007. 160

5.1.3. MES

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa MES merupakan proksi dari hambatan masuk ke dalam suatu pasar. Semakin minim biaya produksi suatu pasar, maka akan membuat para entrant enggan memasuki pasar tersebut. Hal ini karena susah bagi mereka untuk menyaingi pemain lama yang sudah dapat memproduksi komoditi tersebut dengan biaya yang rendah. Karena hal ini tentunya membutuhkan proses yang cukup panjang. Terlebih lagi, para pemain lama dapat menentukan harga yang lebih rendah dikarenakan keberhasilan mereka dalam berproduksi di batas AC minimum. Berikut perkembangan MES pada industri kelapa sawit pada tahun 1985- 2008. Lihat Tabel 50. Tabel 50. Nilai Skala Efisiensi Minimun Industri Kelapa Sawit Malaysia Tahun 1990-2008 Tahun Tingkat Skala Usaha Minimum dari Empat Perusahaan Terbesar 1990 23 1995 22 2000 22 2005 22 2006 22 2008 21 Sumber : Hasil Analisis. 2010. Jika dibandingkan dengan grafik perkembangan CR4 sebelumnya, maka pada tahun 1985 tingkat MES adalah sebesar 23 dan mengalami penurunan pada sampai tahun 2008 yaitu sebesar 22. Sedangkan tingkat konsentrasi yang terjadi antara 1985-2008 juga mengalami 161 penurunan. Hal ini menandakan semakin kecil MES maka menjadikan hambatan masuk para pemain baru ke dalam perusahaan ini menjadi melonggar. Semakin efisien suatu perusahaan dalam berproduksi maka semakin tinggi kesempatan mereka untuk menguasai pasar, dan semakin tinggi kemungkinan terjadinya tingkat konsentrasi yang tinggi yang akhirnya membuat struktur pasar cenderung ke arah monopoli. Biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan kelapa sawit cukup tinggi. Hal ini membuat biaya produksi dalam industri ini menjadi mahal. Pemain pasar yang sudah lama dalam industri ini, mereka lebih dapat memproduksi dengan biaya minimum dibandingkan dengan pemain pasar yang baru memasuki industri ini. Hal inilah yang dapat menghambat pemain pasar tersebut untuk menguasai pasar. Berdasarkan teori ekonomi industri, berproduksi pada titik biaya minimum memerlukan proses waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, meskipun jumlah perusahaan yang masuk ke dalam pasar bertambah banyak, jika tidak dapat berproduksi dengan biaya minimum yang sama dengan pesaing yang sudah menguasai pasar sejak lama, maka para pemain lama tersebut dapat lebih meningkatkan pangsa pasarnya.

5.1.4. Diferensiasi Produk Minyak Sawit Malaysia

Pada tahun 1960, Industri Minyak Sawit Malaysia masih mengekspor minyak sawit mentah Crude Palm Oil-CPO dengan jumlah 97 568 ton atau 99.8 dari produksi nasional Malaysia 97 793 ton. Secara periodik 162 prosentase ekspor minyak sawit CPO mengalami penurunan hingga tahun 1995 hanya 17 274 ton atau 0.2 dari produksi nasional Malaysia sebesar 7 810 546 ton sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk produk turunan. Lihat Tabel 25., Bab 2. Investasi pada pengembangan produk dengan tujuan efektifitas dan efisiensi penetrasi pasar minyak sawit dan produk sawit Malaysia ke negara tujuan ekspor mulai dilakukan pada tahun 1980. Tabel 52., menguraikan perkembangan jumlah produk turunan sawit Malaysia dari tahun 1998-2008. Dari Tabel 51., dapat dilihat jumlah jenis produk turunan berbasis minyak sawit yang unggul di pasar dunia, dari tahun 1998 sampai tahun 2008, pengembangan seri produk sawit Malaysia cenderung makin banyak dan beragam. Strategi diferensiasi bertujuan selain menambah peluang penetrasi pasar dan posisi pasar Market Positioning, membangun konsep merek produk sawit Malaysia The Brand Malaysia brand Concep dan pelayanan purna jual Technical Advisory Service Group-TASG sebagai dukungan terhadap merek brand support dalam mendapatkan nilai tambah value added dari produk sawit. Informasi lengkap lihat Lampiran 4.

5.1.3.5. Diversifikasi Pasar

Selain strategi diferensiasi produk, dikembangkan diversifikasi pasar. Dari Tabel 53, negara tujuan ekspor komoditi dari kode MASIC 15142, MASIC 15143, MASIC 15144 semakin bertambah pada dekade terakhir, bahkan tahun 2006 mulai diekspor produk biodiesel hasil dari pengembangan strategi laut biru Blue Ocean Strategy produk industri 163 biodiesel Malaysia tahun 2003. Informasi lengkap negara tujuan ekspor industri Minyak Sawit Malaysia dapat dilihat Lampiran 5, 6, 7 dan 8. Tabel 51. Perkembangan Jenis Produk Minyak Sawit Malaysia Tahun 1997-2008, MSIC 15142, MASIC 15143, MASIC 15144 Tahun Minyak Sawit MSIC 15142 Jenis Produk Minyak Inti Sawit MASIC 15143 Jenis Produk Produk Jadi Sawit MASIC 15144 Jenis Produk 1997 28 25 34 1998 28 27 29 1999 28 28 32 2000 28 28 32 2001 28 32 35 2002 27 27 36 2003 28 24 28 2004 28 24 28 2005 28 32 35 2006 48 40 35 2007 48 40 25 2008 46 36 23 Sumber : MPOB, 2008. Menurut Gani 2006, selain Indonesia, India berpotensi menjadi tujuan utama tempat pengolahan produk turunan minyak kelapa sawit Malaysia di luar negeri. India sebagai negara tujuan ekspor kelapa sawit terbesar dunia membatasi impor bahan baku minyak biji-bijian dan minyak sawit mentah dari seluruh dunia. Pembatasan ini harus dicermati dengan mengambil peluang bagi perusahaan swasta Malaysia membangun pabrik pengolahan makanan berbasiskan kelapa sawit di India. 164 Tabel 52. Jumlah Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit Malaysia Tahun 1997-2008, MSIC 15142, MASIC 15143, MASIC 15144 dan Biodiesel Tahun Jumlah Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit MSIC 15142 Jumlah Negara Tujuan Ekspor Minyak Inti Sawit MASIC 15143 Jumlah Negara Tujuan Ekspor Produk Jadi Sawit MASIC 15144 Jumlah Negara Tujuan Ekspor Bodiesel 1997 97 58 60 1998 103 58 78 1999 109 76 90 2000 117 77 97 2001 117 86 104 2002 126 87 92 2003 137 87 110 2004 142 88 116 2005 145 89 120 2006 149 90 125 4 2007 150 99 125 9 2008 157 109 135 12 Sumber : MPOB, 2008. Menurut Gani 2006, tidak dapat dinafikan bahwa dunia berubah secara cepat sementara peluang pasar semakin sulit, hal ini berdampak kepada ekonomi, sosial, politik dan situasi di lingkungan industri sawit. Pada akhirnya, produktivitas tinggi dan nilai tambah produk sawit memberi andil dalam kestabilan ekonomi sawit Malaysia. Menurut Gani 2006, Hambatan dalam pengembangan Industri Minyak Sawit Malaysia adalah : 165 1. Lemah dalam menghadapi faktor dalam negeri dan luar negeri yang merusak perdagangan baik langsung maupun tidak langsung. 2. Tidak ada upaya dari Industri untuk meningkatkan pendapatan waktu harga meningkat, sementara pada penghasilan tetap biaya semakin meningkat. 3. Kurangnya tenaga ahli dan tenaga kerja buruh 4. Kurangnya jaringan dalam pengelolaan kebun, pamasaran maupun tenaga penulis yang berdedikasi tinggi. Menurut Gani 2005, pemasok minyak nabati dari Malaysia dan Indonesia lebih agresif di pasar India karena jaraknya lebih dekat daripada minyak kedele dari Amerika Selatan dan Amerika Serikat, minyak sawit dapat dijual lebih murah walau tarif impor minyak kedele labih rendah 10- 15 daripada minyak sawit Malaysia dan Indonesia, minyak sawit menguasai 70-75 dari 5 juta ton kebutuhan India per tahun, sisanya dikuasai oleh minyak kedele dan lainnya. Sementara itu, di China dalam waktu 7 bulan dalam tahun 2006 permintaan minyak sawit meningkat sekitar 30 menjadi 1,6 juta ton seiring naiknya harga minyak bumi, sedangkan impor minyak kedele turun sebanyak 41,5 menjadi 940,000 ton karena China memproses biji kedelenya menjadi minyak untuk kebutuhan dalam negeri. Walau begitu, persaingan pasar antara minyak sawit dan minyak kedele akan berlangsung terus menerus terkadang dengan tarif diskriminatif dan perang isu mengenai kesehatan konsumen. 166 Menurut penelitian USDA 2005, permintaan minyak sawit di India dan China naik sekitar 5,7 pada September 2006 seiiring naiknya pemakaian minyak dan lemak per kapita di India dan China menjadi 18-19 kg per kapita per tahun. Menurut Gani 2005, pemasaran minyak sawit diperkirakan meningkat dari Oktober 2005 sampai September tahun 2006. Menurut laporan Oilworld, produksi global dari delapan besar minyak sayur utama meningkat dari 106.7 juta ton tahun 2005 menjadi 112.04 juta ton pada tahun 2006, dari jumlah minyak sayur tersebut minyak sawit naik dari 32,95 juta ton tahun 2005 naik menjadi 34 juta ton tahun 2006, sedangkan minyak kedele naik dari 32.40 juta ton tahun 2005 naik menjadi 34.32 juta ton tahun 2006. Menurut Komaruddin 2006, persaingan perdagangan minyak sawit dengan minyak nabati lain semakin ketat dimasa datang, untuk mempertahankan agar Malaysia tetap unggul maka langkah-langkah berikut perlu diambil : 1. Inovasi dan teknologi produksi produk makanan berbasis minyak sawit perlu ditingkatkan 2. Pemanfaatan biomas dari limbah kelapa sawit 3. Pengembangan biofuel dari minyak sawit 4. Meningkatkan produktivitas kebun dan industri sawit nasional Malaysia Empat langkah ini sesuai dengan : 1. Naiknya permintaan bahan makanan dunia 2. Kampanye kelestarian hutan dunia 167 3. Kampanye kelestarian hewan 4. Kampanye lingkungan hidup 5. Seiring dengan keputusan UNFCC tentang pemanasan global dengan mengurangi gas rumah kaca ke atmosfir GHG yang dapat menyebabkan naiknya suhu udara, kemarau panjang dan angin topan. Menurut Gani 2005, strategi pembangunan industri hilir minyak sawit di luar negeri dapat memperluas pasar dan menjadi strategi jitu untuk menguasai pasar minyak nabati dunia. Pemerintah Malaysia menggalakkan perluasan perusahaan ke luar negeri karena kurangnya lahan untuk tanaman sawit di Malaysia seperti saat ini, Malaysia telah menguasai sekitar 25 kebun sawit di Indonesia. Untuk melihat perkembangan struktur Industri sawit Malaysia tahun 1960-2008 dan struktur industri sawit Indonesia dapat dilihat Matriks H-C Tabel 74 dan Tabel 75.

5.2. Analisis Perilaku Industri Sawit Malaysia

Menyangkut kajian tentang analisis perilaku pasar dari industri minyak sawit dan produk sawit Malaysia, banyak dibahas dalam Bab 7 tentang strategi dan implikasi kebijakan. Sebagai rincian dasar dibahas dalam bab ini, bahwa perilaku pasar tidak saja merupakan dampak dari struktur versi SCP tetapi juga merupakan dampak dari versi New Chicago School atau dampak dari entry dari paradigma versi contestability terutama pada pasar produk jadi berbasiskan sawit di negara pengimpor minyak sawit Malaysia seperti di China, India, Uni Eropa, Amerika Serikat. 168 Perilaku pasar mencakup serangkaian tindakan perusahaan di pasar antara lain berkolusi dengan rivals, berlawanan dengan rivals atau kegiatan promosi dan advertensi dan promosi shepherd, 1997. Struktur mempengaruhi perilaku pasar seperti perilaku atas keputusan bagaimana kuatnya persaingan antara perusahaan atau kolusi diantara perusahaan dalam industri minyak sawit tersebut. Tingkat konsentrasi yang tinggi menyebabkan lebih besar kemungkinan terjadi kolusi. Dari pandangan Chicago School, kinerja pasar dalam hal ini tingkat efisiensi secara relatif menentukan struktur pasar dan perilaku. Sedangkan dari pandangan contestability, ”free entry” merupakan perilaku pasar yang mempengaruhi tingkat persaingan atau struktur pasar. Dalam teori organisasi, disebutkan bahwa adanya persaingan akan menciptakan perekonomian yang lebih efisien. Namun dalam kenyataan banyak hal yang membatasi terjadinya persaingan di pasar. Hambatan dalam kompetisi muncul bukan saja dari pemain pasar tetapi juga dari pemerintah Shauki, 1998. Perusahaan dominan di pasar dapat menggunakan kekuatan pasarnya untuk menghambat masuknya pesaing baru, serta untuk menghancurkan perusahaan yang ada melalui berbagai strategi. Dilain pihak hambatan terhadap pesaing baru, bisa terjadi karena pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan atau melakukan proteksi terhadap barang impor. Bahkan pemerintah bisa menghancurkan persaingan melalui kekuatan legal dengan memberi hak monopoli pada perusahaan tertentu. 169 Cara yang paling mudah dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat persaingan adalah tingkat konsentrasi. Bain 1956, menyatakan bahwa kegiatan anti kompetisi lebih mudah dilakukan, apabila tingkat konsentrasi tinggi. Konsentrasi yang tinggi memungkinkan pelaku pasar dalam hal ini perusahaan melakukan kolusi untuk menentukan harga, dilain pihak konsentrasi pasar yang rendah hanya merupakan kondisi cukup tetapi bukan kondisi perlu untuk menjamin kompetisi. Konsentrasi tinggi dapat diasosiasikan dengan kompetisi yang tinggi apabila pasar dapat ditandingi atau apa yang dikenal dengan ”contestable market”. Struktur pasar yang monopoli sekalipun, tidak berarti adanya kekuasaan yang membina kekuatan pasar, apabila terdapat potensi saingan yang setiap saat bisa masuk tanpa hambatan. Karena itu konsentrasi yang tinggi hanya akan menjadi masalah bila diikuti dengan kekuatan pasar. Bain menyatakan bahwa struktur pasar menentukan tindakan-tindakan perusahaan yang ada di pasar, karena itu konsentrasi tinggi memungkinkan terjadinya kolusi untuk menentukan harga. Gambaran perilaku dari pasar produk industri sawit Malaysia seperti telah diuraikan terdahulu, terdapat penurunan konsentrasi. Penguasaan pasar oleh kumpulan empat kelompok perusahaan terbesar Malaysia selama periode 1960-2008 menunjukkan adanya kolusi antara lain dalam menentukan harga, hal ini tercermin dari tingginya konsentrasi CR4 dalam negeri Malaysia dan sedang pada pasar minyak sawit dunia, kolusi dapat dilihat nyata dengan terbentuknya berbagai asosiasi dalam lingkup 170 Perusahaan Minyak Sawit Malaysia dari industri hulu ke hilir sebagai penentu pasar minyak sawit dan produk sawit Malaysia.

5.2.1. Lokasi Perkebunan Sawit, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergudangan Minyak Sawit Malaysia.

5.2.1.1. Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit Malaysia

Luas areal tanam kelapa sawit tahun 1960 hanya 291 ribu hektar, namun pada tahun 2003 luas areal kebun kelapa sawit mencapai 3.8 juta hektar berarti luas areal kelapa sawit Malaysia mengalami pertumbuhan 28 tiap tahun. Sebagaimana terlihat pada tabel 20 bab 2, perluasan kebun kelapa sawit terbesar terjadi di Malaysia bagian timur yaitu negara bagian Sabah dan Serawak 46.3 pada tahun 2008 dari total areal kelapa sawit Malaysia dibandingkan sumbangannya yang hanya mencapai 10.3 pada tahun 1970. Disamping perluasan areal tanam yang sangat besar di Sabah dan Sarawak, pada tahun 2003 sumbangan semenanjung Malaysia pada luas areal tanam masih lebih besar meskipun cenderung terus menurun mencapai 53.7 dari total luas areal tanam di negara Malaysia. Bagaimanapun juga, Sabah dengan luas tanam 1 135 100 ha 30 merupakan negara bagian dengan tingkat pertumbuhan paling besar mengalahkan Johor dengan luas tanam 659 639 ha 17,3 yang juga terus menurun. Luas areal tanam di Pahang 583 276 ha 15.3, Sarawak 464 774 ha 12.2 meningkat dengan cepat mengalahkan negara bagian Perak 320 810 ha 8.4 yang hanya menduduki urutan ke 5, lima negara 171 bagian ini merupakan daerah paling penting dalam luas areal tanam kelapa sawit di Malaysia.

5.2.1.2. Lokasi Pabrik Kelapa Sawit Malaysia

Jumlah pabrik kelapa sawit pks di seluruh negara kerajaan Malaysia tahun 2008 ada 438 pks, pks terbanyak ada di Semenanjung Malaysia yaitu 260 pks, dengan rincian di negara bagian Pahang 70 pks, Johor 68 pks, diikuti oleh negara bagian Perak 47 pks. Sedangkan pabrik kelapa sawit terbanyak kedua ada di Sabah dan Serawak dengan rincian di negara bagian Sabah 128 pks sekaligus merupakan negara bagian dengan pks terbanyak di seluruh Malaysia dan sisanya sebanyak 50 pks ada di Serawak. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 53.

5.2.1.3. Lokasi Pabrik Inti Sawit Menurut Negara Bagian di Malaysia

Pabrik inti sawit pis tahun 2008 di Malaysia ada sebanyak 55 buah dengan kapasitas 6 781 400 ton per tahun, uraiannya 11 pis di Johor, 10 pis di Selangor, dan lainnya di Semenanjung Malaysia 12 pis, sedangkan di Sabah dan Serawak adalah 22 pis. Lihat Tabel 54.

5.2.1.4. Lokasi Pabrik Penjernih Minyak Sawit di Malaysia

Pabrik penjernih minyak sawit ppms adalah pabrik yang mengolah minyak sawit mentah CPO dan minyak inti sawit PKO menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sebanyak 68 buah. Ppms terbanyak ada di Johor yaitu 18 buah, Selangor 13 buah dan Sabah juga ada 20 buah, Perak 4 buah, Serawak juga 8 buah dan sisanya di Pulau Pinang 3 buah. 172 Tabel 53. Lokasi Pabrik Kelapa Sawit Menurut Negara Bagian Malaysia Tahun 2008 Negara Bagian Pabrik terpasang Kapasitas Tontahun Pabrik sedang dibangun Kapasitas Total Tontahun Kete- rangan Jumlah Jumlah Johor 66 16 028 600 1 67 16 028 600 1 t.a Kedah 6 1 040 000 7 1 040 000 1 t.a Kelantan 10 1 715 200 10 1 715 200 Melaka 3 552 00 3 552 00 Negeri Sembilan 15 3 163 400 2 16 3 235 400 Pahang 70 14 799 400 70 14 799 400 Perak 45 9 108 400 2 47 9 870 400 Pulau Pinang 3 438 000 3 438 000 Selangor 22 3 621 600 22 3 621 600 Terengganu 13 3 051 600 1 14 3 231 600 Semenanjung Malaysia 252 54 118 000 6 260 55 343 200 2 t.a Sabah 117 29 333 200 11 128 30 963 200 Serawak 41 9 048 000 8 50 10 242 000 1 t.a SabahSerawak 158 38 381 200 19 178 40 205 200 1 t.a MALAYSIA 406 89 282 800 25 436 96 548 400 3 t.a Sumber : MPOB, 2008. Catatan : t.a = tidak aktif Tabel 54. Lokasi Pabrik Inti Sawit Menurut Negara Bagian di Malaysia Tahun 2008 Negara Bagian Pabrik terpasang Kapasitas Tontahun Pabrik sedang dibangun Kapasitas Total Tontahun Kete- rangan Jumlah Jumlah Johor 9 1 083 000 11 1 248 000 2 t.a Selangor 8 1 125 600 10 1 358 100 2 t.a Negara Bagaian Lainnya 7 609 000 3 12 1 262 800 2 t.a Semenanjung Malaysia 24 2 817 600 3 33 3 868 900 6 t.a SabahSerawak 15 2 242 500 7 22 2 912 500 MALAYSIA 39 5 060 100 10 55 6 781 400 6 t.a Sumber : MPOB, 2008. Catatan : t.a = tidak aktif 173 Tabel 55. Lokasi Pabrik Penjernih Minyak Sawit di Malaysia Tahun 2008 Negara Bagian Pabrik terpasang Kapasitas Tontahun Pabrik sedang dibangun Kapasitas Total Tontahun Kete- rangan Jumlah Jumlah Johor 17 6 575 400 1 18 7 175 400 Perak 4 987 000 4 987 000 Pulau Pinang 3 532 000 3 532 000 Selangor 10 2 530 000 2 13 4 075 000 1 t.a Negara Bagaian Lainnya 2 570 000 1 3 624 000 Semenanjung Malaysia 36 11 194 400 4 41 13 393 400 1 t.a Sabah 11 6 337 800 9 20 9 129 100 Serawak 5 1 868 000 3 8 2 702 000 SabahSerawak 16 8 205 800 12 28 11 831 100 MALAYSIA 52 19 400 200 16 68 25 224 500 1 t.a Sumber : MPOB, 2008. Catatan : t.a = tidak aktif

5.2.1.5. Lokasi Pabrik Oleo Kimia Sawit Menurut Negara Bagian

Pabrik oleo kimia sawit poks di Malaysia berjumlah 20 buah, yang terbanyak ada di Johor 8 buah, di Selangor ada 6 buah, Pulau Pinang 3 buah dan lainnya ada 3 buah. Lihat Tabel 56. Tabel 56. Lokasi Pabrik Oleo Kimia Sawit di Malaysia Tahun 2008 Negara Bagian Pabrik terpasang Kapasitas Tontahun Pabrik sedang dibangun Kapasitas Total Tontahun Kete- rangan Jumlah Jumlah Johor 7 608 900 1 8 670 900 1 a Pulau Pinang 3 791 325 3 791 325 Selangor 6 817 746 6 817 746 Negara Bagaian Lainnya 2 381 000 1 3 441 000 1 a MALAYSIA 18 2 598 971 2 20 2 720 971 2 .a Sumber : MPOB, 2008. Catatan : a = aktif 174 5.2.1.6. Lokasi Penumpukkan dan Pelabuhan Minyak Sawit di Malaysia Lokasi penumpukkan dan pelabuhan minyak sawit, baik untuk tujuan ekspor maupun distribusi dalam negeri. Penumpukkan terbanyak ada di Semenanjung Malaysia yaitu 23 instalasi yaitu, 11 instalasi di Klang, di Butterworth 5 buah, di Pasir Gudang 3 buah dan di Kuantan 2 buah, Sedangkan lokasi penumpukkan dan pelabuhan di Sabah dan Serawak ada 9 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 57.

5.2.2. Penelitian dan Pengembangan

Menurut Wahid 2007, Penelitian dan Pengembangan tentang minyak sawit dan produk sawit Malaysia Research and Development dibawah koordinator MPOB meliputi bidang : Biologi, Integrasi dan Ekstensifikasi Usaha, Mekanik dan Prosesing, Pengembangan Produk dan Layanan Purna Jual Produk Sawit, Ekonomi dan Pengembangan Industri dan bidang Pengembangan Teknologi Oleokimia. Tabel 57. Lokasi Pelabuhan Minyak Sawit di Malaysia Tahun 2008 Pelabuhan Jumlah Instalasi Kapasitas Simpan Ton Jumlah Terima Ton Distribusi Dalam Negeri ton Ekspor Klang 11 267 800 1 499 246 539 615 878 351 Butterworth 5 128 390 817 352 251 292 583 641 Kuantan 3 199 930 2 228 696 687 226 1 499 665 PasirGudang 4 459 350 4 590 206 1 231 072 3 357 354 Semenanjung Malaysia 23 1 054 670 9 135 500 2 709 205 6 319 011 Sabah 7 174 000 2 058 345 594 137 1 394 352 Serawak 2 39 000 698 891 27 940 664 580 SabahSerawak 9 213 000 2 755 236 622 077 2 057 932 MALAYSIA 32 1 268 113 11 890 736 3 331 282 8 376 943 Sumber : MPOB, 2008. 175 Divisi Biologi dikembangkan menjadi dua Sub Divisi yaitu; Pusat Benih dan Bioteknologi Lanjutan dan Sub Divisi Unit Manajemen dan Produksi Tanaman. Sub Divisi Pusat Benih dan Bioteknologi Lanjutan terdiri dari kelompok benih dan genetik, kelompok kultur jaringan, kelompok genomik, kelompok metabolish, kelompok ekspresi genetik dan kelompok transformasi. Sedangkan, Sub Divisi Unit Manajemen dan Produksi Tanaman terdiri dari kelompok agronomi dan teknologi pemupukan, kelompok psikologi tanaman, kelompok serangga dan binatang mamalia, penyakit tanaman dan ilmu gulma serta kelompok mekanisasi tanaman. Divisi Riset Integrasi dan Ekstensifikasi Usaha, terdiri dari kelompok unit integrasi tanaman dan peternakan, kelompok integrasi tanaman, kelompok integrasi peternakan. Unit Pelatihan dan Ekstensifikasi terdiri dari kelompok penyuluhan TUNAS, kelompok pelatihan dan dukungan Media dan unit konsultansi dan implementasi proyek. Divisi Riset Mekanik dan Prosesing, terdiri dari Sub Divisi pengilangan sawit dan prosesing, kelompok riset pengilangan, kelompok riset prosesing dan katalis, kelompok kajian teknologi tentang kebersihan lingkungan pabrik dan Sub Divisi Energi dan Lingkungan yaitu kelompok energi dan kelompok lingkungan dan Sub Divisi produk pertanian terdiri dari kelompok biomas dan kelompok teknologi. Divisi Pengembangan Produk dan Layanan Purna Jual Produk Sawit terdiri dari tiga sub divisi yaitu analisis dan pengembangan kualitas, kelompok analitikal, kelompok produk inovatif, kelompok teknologi lipid. Sub divisi teknologi makanan dan nutrisi makanan terdiri dari kelompok nutrisi, 176 pusat teknologi minyak dan lemak, pusat energi protein dan sub divisi penyuluhan dan layanan teknik. Divisi Ekonomi dan Pengembangan hanya satu sub divisi yaitu tekno ekonomi yang terdiri dari riset pasar, kelompok modeling dan ekonometrik dan ekonomi produksi serta ekonomi produksi. Divisi bidang Pengembangan Teknologi Oleokimia terdiri dari empat sub divisi pengembangan produk oleokimia yaitu kelompok kosmetika, alat- alat kesehatan dan farmasi, kelompok kimia industri dan rumah tangga, kelompok polimer, platik dan zat pelapis, kelompok kimia sintesis khusus dan sub divisi metode olekimia dan penilaian lingkungan terdiri dari metode dan standar pengembangan, kelompok pengembangan produk lingkungan, sub divisi unit pengembangan bisnis oleokimia yaitu kelompok proses pengembangan dan optimisasi usaha serta sub divisi pelayanan produk oleokimia. Menurut penelitian Teik, 2001, bahwa fokus pembangunan pertanian tahap tujuh adalah pembangunan pertanian berkelanjutan yang memiliki daya saing tinggi dengan hasil yang lebih tinggi, memberi peran kepada swasta yang lebih besar, mengutamakan bidang pelayanan publik, mengatur hak kepemilikan tanah land use policy, jika diperlukan memberi subsidi agar biaya produksi menurun. Lebih lanjut menurut Teik, 2001, pada bidang riset dan pengembangan diarahkan pada penelitian intensif produk hilir agar penggunaan komoditi pertanian dapat ditingkatkan, meningkatkan keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lain, meningkatkan promosi 177 terutama pada industri yang berbasis makanan, meningkatkan partisipasi penduduk asli bumiputra pada bidang pertanian moderen yang komersial dan agribisnis.

5.2.3. Regulasi Investasi

Dalam rangka memperbaiki Iklim Investasi pada bidang pertanian, industri pengolahan minyak kelapa sawit maupun industri produk turunan kelapa sawit Malaysia, mulai 17 Juni 2003 diberlakukan liberalisasi investasi dengan hak kepemilikan asing dapat mencapai 100 persen terutama pada proyek baru, perluasan usaha dan diversivikasi proyek yang bertujuan ekspor. Peraturan yang mengatur investasi adalah Undang-undang 1975 tentang syarat-syarat perizinan dan jaminan perlindungan pembangunan pabrik di Malaysia. Peraturan ini dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan dan perindustrian, Departemen Pembangunan Malaysia MITIMIDA. Sedangkan peraturan menyangkut perizinan perusahaan tercantum dalam Undang-undang No. 1965 tahun 2003 tentang ketentuan perusahaan dan aturan bisnis di Malaysia. Peraturan lain adalah : - Undang-undang No. 1990 tahun 2003, tentang Kawasan Brikat Free Zone Act Perusahaan yang beroperasi pada zone ini dapat keringanan biaya cukai minimal dan kebebasan pajak impor bahan baku atau komponen mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang digunakan secara langsung dalam proses produksi, juga pemberlakuan formalitas minimal dalam ekspor produk akhirnya. 178 - Undang-undang No. 1983 tentang Hak Paten, tahun 1996. Memberikan perlindungan bagi penemuan baru berupa hak paten terutama temuan pada ilmu terapan bidang industri. Menurut ketentuan paten diberikan selama dua puluh tahun mulai dari dibukukannya penemuan tersebut. - Undang-undang No. 1997, Aturan tentang Merek Dagang tahun 1996 Memberikan cukup perlindungan merek dagang dan jasa. Periode perlindungan diberikan selama 10 tahun, dan dapat diperbaharui setiap 10 tahun berikutnya. - Undang-undang 1987, tentang Hak Cipta Perlindungan secara komprehensip bagi hak cipta. - Undang-undang 1996, tentang Rancang Bangun Industri Memberi perlindungan kepada rancang bangun industri Malaysia. Rancang bangun industri dapat diregistrasi, tentu rancang bangun yang baru bukan dari sisi metode konstruksi atau rancang bangun menurut fungsinya. - Kebijakan tentang Hak Kepemilikan Asing a. Penguasaan Asing terhadap Investasi Secara efektif mulai tanggal 17 Juni 2003, investor asing dapat memilki hak aset di Malaysia sampai 100 persen terutama pada investsi baru, juga investasi pada proyek perluasan dan diversivikasi pada perusahaan yang ada, dan juga perusahaan ekspor. 179 b. Pengelolaan tentang hak kepemilikan, efektif mulai 17 Juni 2003 diberi fleksibilitas untuk memperbaiki keadaan, atau sesuai permintaan menurut situasi dan kondisi. c. Perusahaan yang Mengalami Penurunan Ekspor Mulai tanggal 17 Juni 2003, perusahaan berorientasi ekspor yang mengalami kelesuan permintaan agar menggarap potensi permintaan dalam negeri Malaysia dengan ketentuan sebagai berikut : - Sampai 100 persen dari out put perusahaan, jika diperlukan bebas dari pajak impor. - Sampai 80 persen produk impor dari Asean sesuai kesepakatan tentang tarif CEPT dikenakan 5 persen. d. Akuisisi, Merger dan Pengambilalihan Penguasaan aset, merger atau pengambialihan perusahaan diatur oleh panitia investasi asing Foreign Investment Committee-FIC sesuai daftar petunjuknya. Untuk fleksibilitas kepemilikan asing, bertujuan agar Malaysia unggul dalam mendapatkan investasi langsung FDI, Malaysia telah membuat ketentuan tentang merger, akuisisi dan pengambilalihan secara efektif mulai 21 Mei 2003 yaitu : 1. Untuk penguasaan aset oleh orang Malaysia dan orang asing yang berminat secara bersama-sama, maka penguasaan oleh orang Malaysia sekurang-kurangnya 30 persen. Dalam kasus penguasaan oleh bangsa asing secara mayoritas, sisanya harus dikuasai oleh orang 180 Malaysia atau kerjasama antara orang asing dengan orang Malaysia sama besar. 2. Tingkat pencapaian kepemilikan asing dan orang Malaysia dibebaskan oleh komisi investasi asing FIC dengan kisaran dari RM 5 juta naik sampai RM 10 juta. Kepemilikan dan pengawasan asing dibawah RM 10 juta diupayakan kepemilikan orang Malaysia perorangan sebesar 15 persen dan sampai 30 persen untuk kelompok orang Malaysia. 3. Sesuai arus liberalisasi, keinginan asing diberikan izin kepemilikan mencapai RM 150.000 per unit tanpa batas jumlah kepemilikan.

5.2.4. Kegiatan Promosi dan Advertensi

Chandran 2007, dalam Khairudin Hashim mengatakan bahwa akan sia-sia membuat perencanaan sistem sosial dan sistem lingkungan jika sistem idustri sawit Malaysia tidak layak dan tidak menguntungkan”. Industri Kelapa Sawit Malaysia melalui koordinator MPOB membuat advertensi dengan merek bahwa pengelolaan industri sawit Malaysia menganut prinsip usaha yang menguntungkan, aman bagi kesehatan, ramah lingkungan dan berkelanjutan Ecologycal and Sustainabilty. Basiron 2007, Pembeli minyak sawit diseluruh dunia telah menganggap bahwa suplier minyak sawit Malaysia dapat dipercaya karena konsistensi dalam kualitas. Konsep The Brand Malaysia, sawit adalah komoditi penting dan telah berhasil membangun pencitraan tentang minyak sawit Malaysia di mata masyarakat dunia. 181 Jaminan konsistensi dalam kualitas dan pelayanan purna jual yang cemerlang, bertindak sebagai pendukung merek Brand Support yaitu MPOB dengan Kelompok Penasehat Tekniknya, dan lembaga MPOC yang memiliki banyak kantor di seluruh dunia dan senantiasa siap menerima keluhan dari pelanggan. MPOB 2008, Pencitraan produk sawit yang dibangunan di Malaysia adalah bahwa produk sawit sebagai bahan makanan yang sehat, bergizi, bebas lemak trans, bebas kolesterol dan mengandung zat antiseptis serta mengandung zat kerotine dan vitamin. Kelapa sawit juga dicitrakan sebagai tanaman penyerap karbondioksida terbesar diatara tanaman lainnya, sistem pengelolaan industri sawit yang memperhatikan keberagaman hayati, tanaman yang produktif dan ramah lingkungan serta sebagai sumber bahan bakar yang sehat bagi manusia dan planet bumi dengan semboyan anugerah dari alam, anugerah untuk kehidupan ”A Gift from Nature, A Gift for Live .

5.3. Kesimpulan

Industri sawit Malaysia memiliki fokus yang jelas bahwa komoditi sawit adalah komoditi komersial penuh full commercial dengan menjual produk turunan dari minyak sawit sedangkan industri sawit Indonesia masih mengandalkan penjualan bahan baku CPO. Untuk mampu bersaing di pasar internasional maka prinsip efektifitas, efisensi dan profitabilitas amat diperhatikan dengan seksama, bahkan struktur pasar industri minyak sawit dan produk sawit dalam negeri Malaysia adalah oligopoli kuat hight 182 oligopoly dengan konsentrasi CR4 mendekati 90 . Langkah yang dilakukan oleh Pemerintah dan Swasta Malaysia adalah : 1. Menggabungkan konsep dasar marketing yang selama ini yaitu, besarnya permintaan ditentukan oleh suplai dengan besarnya suplai ditentukan oleh permintaan konsumen terutama untuk beberapa produk turunan minyak sawit tertentu Demand Create Own Supply, dengan moto Produk Sawit untuk Konsumen. 2. Penggabungan dua konsep dasar marketing tersebut, dimungkinkan dengan penerapan teknologi informasi dan komunikasi Information Communication Technology-ICT untuk membagi informasi dan data, meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri sawit Malaysia. 3. Semenjak tahun 1999 dilakukan deregulasi dan debirokratisasi, Industri kelapa sawit Malaysia berada dibawah pengelolaan dan pengawasan tiga kementerian yaitu Kementerian Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan Antar Bangsa dan Industri serta berbagai asosiasi seperti; Asosiasi Minyak Sawit Malaysia Malaysian Palm Oil Association- MPOA, Badan Minyak Sawit Malaysia Malaysian Palm Oil Board- MPOB dan Konsulat Minyak Sawit Malaysia Malaysian Palm Oil Council-MPOC, Asosiasi Perusahaan Minyak Makan Orang Malayu MEOMA, Kelompok Perusahaan Oleokimia Malaysia MOMG, Persatuan Petani Kecil Sawit Malaysia NASH, Asosiasi Perusahaan Penjernih Minyak Sawit Malaysia PORAM. 183 4. Kriteria struktur pasar oligopoli kuat high oligopoly dalam negeri Malaysia, menggambarkan adanya keseragaman strategi menghadapi pesaing pada pasar minyak sawit dan lemak dunia terutama dikalangan perusahaan swasta besar, perusahaan pemerintah, perusahaan milik kerajaan dan perkebunan rakyat Malaysia. 5. Diferensiasi produk sawit sebagai strategi jitu untuk mendapatkan penetrasi pasar dan posisi pasar Market Positioning dan membangun konsep produk sawit bermerek Malaysia The Brand Malaysia serta pelayanan purna jual Technical Advisory Service Group-TASG sebagai dukungan terhadap merek brand support. 6. Diversifikasi pasar, negara tujuan ekspor komoditi dari kode MASIC 15142, MASIC 15143, MASIC 15144 semakin bertambah pada dekade terakhir, bahkan tahun 2006 mulai diekspor produk biodiesel hasil dari pengembangan strategi laut biru Blue Ocean Strategy produk industri biodiesel Malaysia tahun 2003.

VI. STRATEGI KEBIJAKAN PADA INDUSTRI SAWIT MALAYSIA

6.1. Perkembangan Strategi Industri Sawit Malaysia 6.1.1. Strategi Kebijakan Periode 1960-1980 Phase pertama adalah periode tahun 1960 sampai 1980. Industri kelapa sawit Malaysia mulai dikembangkan pada tahun 1960-an melalui strategi diversifikasi pertanian bertujuan untuk memberantas kemiskinan masyarakat di pedesaan. Data menunjukkan produksi minyak kelapa sawit pada tahun 1960 hanya 91 793 ton, meningkat tajam menjadi 2,6 juta ton pada tahun 1980. Pada proses awal pengembangan industri minyak sawit Malaysia menganut paham mazhab ekonomi klasik yaitu mengusahakan suplai minyak sawit sebanyak-banyaknya untuk memenuhi permintaan dalam negeri maupun luar negeri Supply Creates Own Demand. Pada tahun 1980, produksi minyak sawit Malaysia jauh melebihi konsumsi dalam negeri Malaysia, pertanyaan yang muncul waktu itu, bagaimana memasarkan kelebihan produksi minyak kelapa sawit ke luar negeri secara tepat dan efisien ? dengan pengembangan pabrik pengolahan minyak sawit menjadi barang setengah jadi dan barang jadi di Eropa, Timur Tengah dan lainnya maka pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan pamasaran produk ini ke negara tersebut. Tajamnya kenaikan produksi minyak sawit pada periode ini adalah hasil dari pengembangan strategi investasi sektor produksi kelapa sawit secara massal. Pengembang kebun kelapa sawit terbesar waku itu adalah