Koordinasi Vertikal dan Integrasi Vertikal Kesimpulan

209 MPOB, MPOC, MPOPC, Asosiasi Minyak Sawit Malaysia-MPOA, Asosiasi Perusahaan Minyak Makan Orang Malayu MEOMA, Kelompok Perusahaan Olekimia Malaysia MOMG, Persatuan Petani Kecil Sawit Malaysia NASH, Asosiasi Perusahaan Penjernih Minyak Sawit Malaysia PORAM meliputi selera konsumen consumer trend, keluhan konsumen dan pelayanan terhadap konsumen. Hasil kajian ini sangat berguna bagi penyediaan data untuk memenuhi kebutuhan konsumen pada divisi suplai dan proses produksi.

6.10. Koordinasi Vertikal dan Integrasi Vertikal

Kriteria struktur pasar oligopoli kuat high oligopoly dalam negeri Malaysia dari pasar industri minyak sawit dan produk sawit Malaysia menggambarkan adanya keseragaman strategi menghadapi pesaing pada pasar minyak sawit dan lemak dunia terutama dikalangan perusahaan swasta besar, perusahaan pemerintah, perusahaan milik kerajaan dan perkebunan rakyat Malaysia. Dari penelitian terlihat adanya koordinasi vertikal antara industri hulu sampai ke hilir di perkebunan swasta, perkebunan milik pemerintah perkebunan milik kerajaan dan perkebunan rakyat dibawah pengarahan Badan Minyak Sawit Malaysia MPOB. Bahkan di banyak tempat terdapat integrasi vertikal, dapat dibuktikan dari perkebunan on farm, pabrik pengilangan palm milling, pabrik penjernihan refinery, bahkan sampai ke pabrik produk jadi off farm di negara tujuan ekspor dikuasai oleh grup perusahaan tertentu yang juga dibawah pengarahan Badan Pengelolaan Minyak Sawit Malaysia MPOB. 210 Jumlah dan kapasitas industri sawit Malaysia dapat dilihat pada Tabel 24, Bab 3. Integrasi vertikal juga terdapat pada perkebunan rakyat yang memiliki lahan sawit antara 2 Ha sampai 3 Ha, untuk optimalisasi penggunaan lahan, kerajaan menganjurkan agar petani kecil mengusahakan ternak sapi, kambing, ternak lintah, agro wisata, tumpang sari antara tanaman sawit dengan kacang kedele, usaha perikanan dan usaha lainnya dimana permodalan dan bimbingan dibantu Kerajaan Malaysia.

6.11. Kesimpulan

1. Industri kelapa sawit Malaysia mulai dikembangkan pada tahun 1960-an dengan strategi diversifikasi pertanian bertujuan untuk memberantas kemiskinan masyarakat di pedesaan, selain itu juga dikembangkan strategi perdagangan, pertama meningkatkan efisiensi pemasaran produk sawit sampai ke pembeli akhir di Eropa, kedua, memaksimalkan pemasaran ke negara berkembang lain seperti India, Pakistan dan Timur Tengah. 2. Pada periode tahun 1980-an, berkenaan dengan kampanye negatif ASA, Industri Kelapa Sawit Malaysia melakukan strategi menambah outlet minyak sawit di negara selain Amerika Serikat sambil membuat bantahan terhadap kampanye negatif tersebut. Selain itu, Malaysia berupaya memulihkan pasar minyak sawit dengan investasi besar- besaran pada industri pengilangan minyak sawit di negara konsumen 211 akhir termasuk di Amerika Serikat, China, Vietnam, Pakistan, Mesir, Inggris dan Mexico. 3. Dikembangkan produk baru yaitu Oleokimia oleochemical dan didirikan pabrik produk tersebut pada tahun 1980 dan tahun 1990-an di Malaysia dan di negara tujuan ekspor lainnya. Pengembangan produk oleokimia menjadi momentum kedua naiknya permintaan minyak sawit Malaysia setelah momentum pertama penambahan outlet dan pendirian pabrik pengilangan minyak sawit refinery di negara tujuan ekspor. 4. Pada akhir periode tahun 1990-an kampanye anti minyak sawit kembali memanas, datang dari perkumpulan konsumen akhir produk berbasis sawit di negara tujuan ekspor. Produsen minyak sawit wajib memberi label pada kemasan produk minyak sawit yang dijual karena diduga minyak sawit mengandung senyawa asam lemak trans trans fatty acids yang membahayakan kesehatan manusia. 5. Periode tahun 2000-2020 dikembangkan industri bio-diesel sebagai kebijakan laut biru “Blue Ocean Strategy” sebagai sumber permintaan baru, pengembangan industri biodiesel menjadi sumber bisnis dengan permintaan tanpa batas dimasa datang. 6. Strategi terpadu diterapkan pada pengembangan pasar minyak sawit Malaysia memakai paradigma pemasaran terbaru yaitu pemasaran berorientasi konsumen. Berawal dari perubahan cara pandang pada akhir tahun 1990-an menganut paham ekonomi klasik yaitu mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya untuk memenuhi permintaan konsumen Supply Creates Own Demand digabung menjadi 212 perrmintaan beorientasi konsumen, baru mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya Demand Creates Own Supply. 7. Seiring dengan perubahan konsep tersebut, bidang marketing pun berobah dari prinsip 4 Ps yaitu, produk Design, Product, harga Price, tempat Place, dan promosi Marketing Communication menjadi marketing berorientasi konsumen yaitu 4 Cs yaitu, konsumen Customer, biaya Cost, kemudahan Convenience, dan komunikasi Communication. 8. Pengembangan pasar berorientasi konsumen memerlukan penerapan teknologi moderen. Malaysia telah memiliki berbagai fasilitas media komunikasi seperti multimedia Super Corridor MSC tahun 1999, kota pintar Cyberjaya, citra satelit Remote Sensing-RS, Dicision Support System-DCS, Global Positioning System-GPS, Information Communication Technology-ICT dan sebagainya untuk mempermudah komunikasi antara pengelola industri sawit Malaysia dengan konsumen, pedagang, pengambil kebijakan, eksportir, importir, pengembang, pemodal, kelompok tani, petani, ahli tanaman, ahli hama dan penyakit tanaman, peneliti dan sebagainya. 9. Strategi pengembangan Industri Sawit Malaysia dalam buku rencana pembangunan jangka panjang ke 3 IMP3 periode 2006-2020 menyangkut pasar dunia adalah melakukan promosi dan pengembangan jaringan pemasaran internasional melalui investasi industri prosesing minyak kelapa sawit di negara kaya sawit seperti Indonesia dan Vietnam. 213 10. Selain pengembangan industri prosesing di berbagai negara strategis di seluruh dunia, Industri Sawit Malaysia telah memperluas kebun kelapa sawit di berbagai negara seperti di Indonesia, Vietnam, Brazil. 11. Pengembangan teknologi pada industri sawit Malaysia disponsori oleh Institut Penyelidikan Minyak Kelapa Sawit Malaysia PORIM, Badan Minyak Sawit Malaysia MPOB, dan juga masing-masing perusahaan melakukan pengembangan teknologi. FELDA pada tahun 1980-an telah melakukan perubahan strategi pada pengembangan komoditi komersial di Malaysia meliputi penerapan manajemen profesional, upaya peningkatan kesejahteraan petani, mekanisasi bidang pemupukan, mekanisasi pemanenan dan bidang lain dari usaha pertanian serta strategi lainnya.

VI. KINERJA INDUSTRI SAWIT MALAYSIA

6.1. Kinerja Pasar Industri Minyak Sawit dan Produk Sawit Malaysia

Proyeksi kinerja pasar industri sawit Malaysia periode 2006-2020 dapat dilihat Tabel 15., diproyeksikan sebagai berikut : 1. Total investasi adalah RM 26,1 milyar atau sekitar RM 1,7 milyar per tahun, utamanya investasi pada sektor prosesing oleokimia dan biodiesel 2. Nilai ekspor kotor ditargetkan RM 78,8 milyar pada akhir tahun 2020 Kinerja pasar merupakan pengaruh dari struktur dan perilaku di pasar. Kinerja pasar mencakup laba, inovasi dan efisiensi. Efisiensi perusahaan dan inovasi memberikan insentif kepada perusahaan untuk mendapatkan posisi atau share di pasar melalui biaya yang lebih murah, agar dapat bersaing dengan produk saingannya.

6.2. Kinerja Ekspor Industri Minyak Sawit dan Produk Sawit Malaysia

Berdasarkan Tabel 16. dapat dlilihat bahwa ekspor minyak sawit dan produk turunan sawit Malaysia tiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan mulai tahun 1997-2008. Tahun 1997 total ekspor minyak sawit dan produk sawit hanya RM 12 894.3 juta, tahun 2000 naik menjadi RM 14 928.6 juta, tahun 2003 naik menjadi RM 26 226.4 juta, tahun 2006 naik menjadi RM 31 850.7 juta dan tahun 2008 naik lagi menjadi RM 65 215.2 juta. Dari total ekspor minyak sawit dan produk sawit Malaysia sebanyak RM 65 215.2 juta tahun 2008 dapat diuraikan rincian sebagai berikut, nilai ekspor tertinggi sebanyak RM 41 925.9 juta 64.3 adalah ekspor Minyak Sawit Olahan PPO, nilai ekspor terbesar kedua adalah Oleokimia RM 8 706.4 juta 13.4, nilai ekspor terbesar ketiga adalah minyak sawit mentah CPO sebesar RM 6 379.4 juta 9.8. Rincian lebih lengkap Kinerja Sawit Malaysia Tabel 16.

6.3. Pengembangan Pasar Sawit Malaysia di Pasar Dunia

Strategi pengembangan Industri Sawit Malaysia dalam buku rencana pembangunan jangka panjang ke 3 IMP3 periode 2006-2020 menyangkut pasar dunia adalah melakukan promosi dan pengembangan jaringan pemasaran internasional melalui investasi industri prosesing minyak kelapa sawit di negara kaya sawit seperti Indonesia dan Vietnam. Pengembangan Investasi luar negeri adalah