57
2.5.5 Validitas dan Sensitivitas Model
Hartrisari 2007 mengemukakan bahwa seseorang pengkaji sistem perlu menetapkan tolok ukur model yang baik untuk mengetahui kinerja model. Ia perlu
meyakinkan pengguna bahwa model yang dibangun sesuai untuk penyelesaian permasalahan yang dihadapi sehingga hasil eksekusi model dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengujian model seharusnya dilakukan juga untuk mengenali keterbatasan kinerja model sehingga dapat ditentukan
kesesuaian penggunaan model dalam rangka penyelesaian masalah yang dihadapi. Semua model bersifat terbatas karena merupakan penyederhanaan dari dunia
nyata sehingga pasti berbeda dengan kenyataan sebenarnya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa secara umum pengujian model terdiri atas tahap verifikasi
dan validasi. Verifikasi dan validasi model yang biasanya dilakukan hanyalah menguji kebenaran struktur model untuk menunjukkan kesalahan minimal
dibandingkan dengan data aktual termasuk menggunakan berbagai teknik statistika. Validasi harus ditunjang oleh kebenaran yang bersifat obyektif
Hartrisari 2007. 2.6
Kebijakan
Kebijakan adalah peraturan yang telah lama dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan mempengaruhi
pertumbuhan baik besaran maupun arahnya yang melingkupi kehidupan masyarakat umum. Kebijakan dihasilkan karena adanya kebutuhan untuk
pengaturan sesuai dengan kewenangan dan lingkup kerangka kebutuhan sosial kelompoknya. Pengaturan tersebut merupakan bentuk intervensi atau aplikasi
tindakan umum yang dapat dilakukan oleh pemerintah Sanim 2005. Untuk menghasilkan kebijakan yang efektif, dapat dipakai metode
berdasarkan pola “input analisis kebijakan” atau policy analysis input disamping memanfaatkan ilmu-ilmu kebijakan yang meliputi berbagai teknologi atau model-
model analisis lain dengan sifat “terapi” atau “pragmatik” bagi masyarakat luas khususnya untuk membantu memecahkan masalah yang ada Merelman 1981,
diacu dalam Parson 1995. Terdapat beberapa ahli yang kemudian mengembangkan berbagai model analisis dengan maksud untuk dapat
58
mendukung pelaksanaan proses analisis dimaksud. Salah satu bentuk model tersebut adalah model analisis Eastonian karya David Easton Parson 1995.
Model Eastonian memiliki pendekatan berupa pengkajian proses kebijakan yang tergambar dalam bentuk masukan seperti apa yang diterima received
inputs. Masukan ini diperoleh dalam wujud arus masuk informasi tentang berbagai kejadian di lingkungannya yang dapat berasal dari pihak-pihak terkait,
media massa maupun lembaga swadaya masyarakat LSM. Masukan tersebut kemudian dikonversi menjadi suatu keluaran produk dalam bentuk kebijakan
dan rumusan outcomes-nya. Proses kebijakan menurut model Eastonian selengkapnya diilustrasikan pada Gambar 8.
Persepsiidentifikasi Regulasi
Aplikasi
Organisasi Distribusi
Penegakan hukum
Tuntutan Redistribusi
Interpretasi
Dukungan Kapitalisasi
Evaluasi
Keluhan Nilai-nilai etika
Legitimasi
Modifikasi penyesuaian Peningkatan diri
Gambar 8 Proses perumusan kebijakan berdasarkan model Eastonian. Parson 1995 menyatakan bahwa ilmu kebijakan banyak dipengaruhi oleh
hasil interaksi antara materi ilmu interdipsipliner dan interinstitusional, seperti ilmu-ilmu di bidang lingkungan hidup maupun ilmu-ilmu di bidang lainnya
seperti kesehatan, transportasi, pendidikan, kebijakan sosial, perumahan, kebijakan ekonomi dan ilmu perencanaan. David 2002 mengemukakan bahwa
kebijakan merupakan cara untuk mencapai sasaran tahunan. Kebijakan termasuk pedoman, peraturan, dan prosedur yang ditetapkan untuk mendukung usaha
mencapai sasaran yang sudah dinyatakan. Keberhasilan aplikasi kebijakan itu sangat bergantung pada keberhasilan
peran masing- masing “key actors” dalam mengaplikasikan sistem manajemen
INPUT KEBIJAKAN
OUTPUT