170 sebesar 6,37 kali kondisi eksisting; hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor penting
dalam sub ekologi yaitu jumlah CH
4
yang lepas ke atmosfir berkurang sebanyak 16,4 kali jumlah saat ini, di mana limbah sapi dikelola atau dimanfaatkan menjadi
biogas atau pupuk organik. Untuk kondisi moderat peningkatan yang tidak jauh berbeda pada faktor ekologi sebesar 1,37 kali dan ekonomi 1,36 kali. Perincian
perbandingan atau perbedaan hasil simulasi antar skenario kondisi optimistik, skenario kondisi moderat, dan skenario kondisi pesimistik tersebut adalah seperti
tertera dalam Tabel 31. Tabel 31 Perbandingan hasil simulasi antar skenario kondisi optimistik,
skenario kondisi moderat, skenario kondisi pesimistik dalam rangka pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang
No Peubah atau Elemen
Perbedaan antar Skenario Kondisi
Optimistik Kondisi
Moderat Kondisi
Pesimistik
1 Sub sistem Ekologi a. Jumlah sapi
1,45 1,13
0,94 b. Jumlah sapi perah
1,52 1,15
0,93 c. Jumlah sapi non perah
1,31 1,09
0,96 d. Limbah kotoran sapi yang
tidak terkelola 11,18
1,58 0,91
e. Jumlah CH
4
metana yang lepas ke atmosfir
16,40 1,90
0,82 Hasil rata-rata dalam sub
sistem ekologi 6,37
1,37 0,91
2 Ekonomi a. Jumlah peternak sapi perah
1,97 1,38
0,84 b. Jumlah pengelola biogas
2,06 1,59
0,82 c. Jumlah pemanfaat pupuk
organik 1,97
1,38 0,84
d. Kontribusi pendapatan USP terhadap pemenuhan kebu-
tuhan konsumsi keluarga 1,27
1,10 0,94
Hasil rata-rata dalam sub sistem ekonomi
2a+2b+2c+2d4 1,82
1,36 0,86
3 Sosial Perilaku berusaha sapi perah
1,45 1,25
0,88 Hasil dalam sub sistem
sosial 1,45
1,25 0,88
171
5.5 Desain Kebijakan Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro
Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang 5.5.1
Kebijakan Pengembangan Usaha Sapi Perah di Kabupaten Subang dan Masalah yang Dihadapi
Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat Dinas Peternakan Kabupaten Subang dapat dikemukakan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan usaha sapi
perah di Kabupaten Subang, yaitu: 1 penyediaan kebun HMT hijauan makanan ternak; 2 perbaikan manajemen budidaya; 3 peningkatan serta penguatan
kelembagaan; 4 peningkatan nilai tambah usaha ternak; 5 peningkatan permodalan dan kelembagaan; 6 peningkatan kerjasama kemitraan stakeholder
di bidang peternakan. Dasar hukum dari kebijakan-kebijakan tersebut ialah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan; Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009
Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 751KptsUm101982 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Peningkatan Produksi Susu Dalam Negeri; Surat Keputusan Menteri Pertanian No.404KptsOT.210 62002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha
Peternakan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273KptsOT.16042007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani; Surat Keputusan Direktur Jenderal
Peternakan Nomor 776 KptsDJPDeptan1982 Tentang Syarat-Syarat Teknis Perusahaan Peternakan Sapi Perah; Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan
Nomor 17KptsDJP Deptan83, Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengawasan dan Pemeriksaan Kwalitas Susu Produksi Dalam Negeri. Sebagian besar surat
keputusan ini adalah turunan dari Undang-Undang Nomor 6 tahun 1967 masih dinyatakan berlaku hingga diadakan penggantinya sebagai turunan dari Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dasar hukum di tingkat Kabupaten Subang di antaranya ialah Peraturan Daerah
Kabupaten Perdakab. Subang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Izin Usaha Peternakan; Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang
172 Pola Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Subang; Peraturan Bupati Subang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang; dan
Keputusan Bupati Subang Nomor 460.05 KEP. 280-BAPPEDA 2010 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah TKPKD di
Kabupaten Subang. Adapun kegiatan-kegiatan pokok untuk mengimplementasikan kebijakan
pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Subang ialah: a mendistribusikan bantuan alat, sarana yang berasal dinas dan instansi pusat dan provinsi kepada
masyarakat peternak; b mengusulkan penambahan dana, tenaga, dan sarana berkaitan dengan pengembangan usaha sapi perah baik kepada pusat, provinsi,
maupun kabupaten; c membantu peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat peternak melalui penyuluhan dengan tatap muka perorangan dan kelompok, media
elektronik dan cetak; d mendorong kelancaran pertemuan-pertemuan dinas dan instansi tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa untuk pengembangan usaha sapi
perah; e melakukan pengawasan dan memberi bantuan upaya peningkatan kesehatan sapi perah dan peternak berserta keluarganya; f melakukan
pembinaan rutin kepada para peternak dalam hal pengembangan pembibitan sapi perah, termasuk recording; g melakukan pembinaan rutin kepada peternak dan
keluarganya dalam rangka peningkatan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan lingkungan; h memberi bantuan kepada para peternak dalam hal pengelolaan
atau pemanfaatan limbah sapi perah untuk bahan baku biogas dan pupuk organik; i mendorong upaya penyediaan dan pengembangan pakan ternak sapi perah
hijauan dan konsentrat; j meningkatkan pembinaan terhadap GAPOKTAN gabungan kelompok tani, khususnya peternak sapi perah; k mendorong upaya
peningkatan jumlah dan mutu produksi susu segar sapi perah sesuai dengan standar baku; l membantu masyarakat peternak dalam hal penambahan modal
usaha melalui kerjasama dengan pihak perbankan atau lembaga keuangan lainnya; m memfasilitasi atau memberi dukungan bantuan lainnya dalam rangka
pengembangan usaha sapi perah di daerah atau desa-desa yang memungkinkan. Dari seluruh kegiatan yang dicanangkan tersebut, berdasarkan kenyataan di
lapangan, sebagian besar belum mencapai hasil yang optimal karena menghadapi