Pendidikan Formal Masyarakat Kesiapan Masyarakat

11 atas SLA berturut-turut 1,26 dan 2,31. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk hanya tamat SD dan tidak tamat SD; hal ini sedikit banyak mengakibatkan tidak tergarapnya sumberdaya usaha tani sapi perah secara optimal dan rendahnya daya serap peternak-peternak sapi perah itu terhadap teknologi baru Siregar et al. 2003.

1.4.1.2 Kesehatan Masyarakat

Salah satu indikator kesehatan masyarakat ialah umur harapan hidup UHH. Pada saat ini UHH masyarakat di kedua kecamatan adalah berturut- turut 68 tahun dan 70,28 tahun atau masih di bawah standar UNDP yaitu 88 tahun. Rendahnya UHH tersebut berkaitan dengan angka kematian ibu melahirkan AKIM di kedua kecamatan yang relatif tinggi sebesar 9 dan 10 per seratus ribu atau masih di bawah target nasional yaitu 6 per seratus ribu ibu melahirkan. Rendahnya UHH juga berkaitan dengan angka kematian bayi AKB yang masih tinggi, berturut-turut sebesar 46 dan 47 per seribu kelahiran hidup atau masih di bawah target nasional 23 per seribu kelahiran hidup Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010. Keadaan ini merupakan masalah yang perlu diselesaikan bersamaan dengan peningkatan pendidikan dan ekonomi masyarakat dalam rangka percepatan peningkatan IPM.

1.4.1.3 Pendapatan Masyarakat

Proporsi keluarga tergolong miskin di kedua kecamatan pada akhir 2010 adalah berturut-turut 6,26 dan 16,93 total seluruh keluarga. Khusus tentang pendapatan USP di kedua kecamatan ini walaupun telah memberi kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan diri dan keluarga pelaku USP namun belum seluruhnya sampai pada taraf yang diharapkan. Rendahnya pendapatan peternak disebabkan karena selisih harga jual susu segar per liter di tingkat peternak dengan biaya untuk memproduksi per liter susu segar terlalu kecil Disnakkab. Subang 2010. Rendahnya pendapatan peternak sedikit banyak akan mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan hidup diri dan keluarganya, dan pada gilirannya dapat pula menghambat perkembangan USP.

1.4.1.4 Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang USP

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa stakeholder di dua kecamatan dapat dikemukakan bahwa pengetahuan peternak tentang USP pada 12 umumnya belum optimal, terutama tentang pembibitan, pengeloaan pakan ternak; pengelolaan kesehatan ternak, kesehatan lingkungan USP; dan pengelolaan atau pemanfaatan limbah ternak untuk memperoleh nilai tambah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Walaupun demikian sikap para peternak dalam rangka USP pada umumnya cukup positif ditunjukkan oleh semangat, antusiasme, ketekunan, dan keseriusan mereka yang baik dalam beternak.

1.4.1.5 Keterampilan Teknis

Keterampilan teknis dari para pelaku USP dalam beberapa aspek belum optimal, hal ini tampak dari belum mampunya mereka menggunakan strategi efisiensi penggunaan pakan di antaranya ialah penggunaan bahan baku berupa limbah pertanian dan agroindustri yang dikombinasikan dengan penggunaan probiotik, defaunasi, maupun melalui teknis suplementasi Umiyasih et al. 2008; padahal mereka memerlukan pakan olahan berupa konsentrat atau silase yang murah dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan produksi susu sapi mereka. Di samping itu kemampuan teknis mereka dalam mengolah susu segar menjadi aneka produksi makanan relatif masih kurang. Kondisi inipun turut mempengaruhi sulitnya meningkatkan pendapatan para pelaku USP.

1.4.1.6 Praktek atau Perilaku Mengelola USP

Praktek atau perilaku pelaku USP dalam mengelola usahanya pada umumnya relatif baik walaupun belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini tampak dari wujud penampilan para pelaku USP dalam: a penempatan kandang sapi perah yang belum memenuhi syarat kesehatan dan syarat-syarat yang ditentukan oleh UURI Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; yakni sebagian besar kandang sapi perah di lokasi ini berjarak kurang dari 3 meter dari rumah penduduk; b pemeliharaan kebersihan dan kesehatan kandang sapi perah yang masih kurang optimal dan berisiko menjadi gangguan kesehatan; ditunjukkan oleh saluran limbah yang terbuka yang mudah terjangkau oleh serangga dan tikus sebagai perantara penular atau penyebar penyakit; c pengelolaan pakan sapi tumbuhan hijau yang masih kurang optimal; hal ini tampak dari usaha mereka selama ini masih terbatas pada perolehan tumbuhan hijau dari ladang dan hutan atau perkebunan sejauh 3 hingga