Definisi Operasional The policy model of business development of the environmentally sound micro-scale dairy cattle in Subang Regency

64 sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta. Caranya adalah memvalidasi kinerja model dengan data empiris untuk melihat sejauh mana perilaku output model sesuai dengan perilaku data empiris. Untuk validasi perilaku model digunakan: a Absolute mean error AME atau penyimpangan selisih nilai rata-rata mean hasil simulasi terhadap nilai aktual, dan b Absolute variation error AVE atau penyimpangan nilai variasi variance simulasi terhadap aktual. Batas penyimpangan yang diterima adalah antara 5 dan 10. Rumus uji statistik keduanya: AME = [Si – AiAi].................................................1 Si = Si N, dimana S = nilai simulasi Ai = Ai N, dimana A = nilai aktual N = interval waktu pengamatan AVE = [Ss – SaSa]..................................................2 Ss = Si – Si 2 N = deviasi nilai simulasi Sa = Ai – Ai 2 N = deviasi nilai aktual 2. Kebijakan Kebijakan yang dirumuskan dari penelitian ini ialah suatu upaya atau tindakan untuk mempengaruhi atau mendorong sistem USPSMWL di Kabupaten Subang yang bersifat strategis untuk jangka panjang ke arah tujuan yang diinginkan. Kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk program-program yang bersifat teknis dan jangka pendek untuk mempengaruhi sistem dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan. 3. Usaha Sapi Perah Skala Mikro a. Pengertian Pengembangan ialah upaya berkesinambungan untuk meningkatkan jumlah dan mutu sesuai dengan yang diharapkan. Usaha sapi perah ialah usaha yang dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan memperoleh pendapatan atau keuntungan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Skala mikro artin ya 65 jumlah sapi perah yang dipelihara, diusahakan atau dikelola sebanyak 1 sampai 4 ekor sapi laktasi, kering kandang, dan dara. b. Kategori Dalam penelitian ini USP dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu USP yang kurang berkembang dan USP yang cukup berkembang. Cara ukur, alat ukur, dan hasil ukur yang digunakan sebagai berikut. 1 Cara ukur : Jawaban responden dan hasil observasi 2 Alat ukur : Kuesioner atau form penilaian Tabel 4 Tabel 4. Form Penilaian Perkembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Subang No Isi Pertanyaan Nilai Jum lah 1 2 3 4 1 Ketersediaan pakan ternak hijauan 2 Ketersediaan pakan ternak konsentrat 3 Kesehatan sapi 4 Jumlah susu segar yang dihasilkan 5 Mutu susu segar yang dihasilkan 6 Biogas hasil pengolahan limbah sapi sendiri 7 Pupuk organik hasil pengelolaan limbah sapi 8 Keadaan fisik atau konstruksi kandang sapi 9 Lokasi kandang sapi 10 Kebersihan dan kesehatan kandang sapi 11 Sanitasi lingkungan kandang sapi 12 Pertambahan jumlah populasi sapi per tahun 13 Postur tubuh sapi perah 14 Sumberdaya manusia 15 Jumlah sapi yang dipelihara Jumlah nilai : 3 Hasil ukur : 1 Dikategorikan “Kurang berkembang” jika jumlah seluruh nilai jawaban ≤ median 30 2 Dikategorikan “Cukup berkembang” jika jumlah seluruh nilai jawaban median 30. 4. Usaha sapi perah skala mikro berwawasan lingkungan ialah USP yang tidak hanya memperhatikan nilai ekonomi dan sosial semata, tetapi juga memperhatikan nilai lingkungan; artinya proses kegiatan USP dipadukan dengan lingkungan hidup untuk menjamin kepentingan kemam puan, 66 kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini dan masa depan. Gambaran keterkaitan usaha sapi perah dengan lingkungan secara skematis tampak pada Gambar 2. 5. Umur adalah lama hidup dalam tahun sejak kelahiran sampai ulang tahun terakhir Masehi Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Umur dalam tahun 1 Dikategorikan “Muda-Dewasa” jika kurang dari 40 tahun 2 Dikategorikan “Dewasa-Tua” jika  40 tahun 6. Pendidikan adalah tingkat sekolah formal terakhir yang diselesaikan oleh responden ditandai oleh adanya ijazah atau tanda tamat belajar resmi dari suatu lembaga atau instansi pendidikan resmi. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Pendidikan dalam tingkat 1 Dikat egorikan “Rendah” jika tamat SD ke bawah 2 Dikategorikan “Menengah” jika tamat SLTP, SLTA, dan D3 sederajat 3 Dikategorikan “Tinggi” jika tamat D4 ke atas. 7. Pengeluaran adalah jumlah rata-rata penggunaan uang oleh responden per bulan dalam rupiah untuk keperluan konsumsi rumah tangga belanja pangan, listrik, air, telepon, pajak, retribusi, iuran sosial, transport, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Pengeluaran uang dalam rupiah 1 Dikategorikan “Sangat rendah” jika Rp.200.000,-- ke bawah 2 Dikategorikan “Rendah” jika berkisar dari Rp.201.000,- sampai Rp.350.000,-- 3 Dikategorikan “Sedang” jika berkisar dari Rp.351.000,- 67 sampai Rp.500.000,-- 4 Dikategorikan “Cukup” jika sama atau lebih besar dari Rp.501.000,-- 8. Keikutsertaan penyuluhan dan bimbingan teknis responden ialah jumlah penyuluhan dan bimbingan teknis yang diikuti oleh responden dalam empat tahun terakhir tahun 2007 sampai tahun 2010 tentang pengelolaan usaha sapi perah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan non pemerintah di daerahnya. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Jumlah dalam kali 1 Dikategorikan “Sangat kurang” jika 1 sampai 5 kali 2 Dikategorikan “Kurang” jika 6 sampai 10 kali 3 Dikategorikan “Sedang” jika 11 sampai 20 kali 4 Dikategorikan “Cukup” jika lebih dari 20 kali. 9. Lamanya menjalankan usaha sapi perah terhitung sejak awal beternak sapi sampai saat ini. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Lama dalam tahun 1 ≤ 3 tahun 2 3 tahun 3 Dikategorikan “Cukup” jika 3 tahun 10. Pengetahuan ialah pengetahuan responden masyarakat peternak tentang USPSMWL dan perihal lain yang berhubungan. Cara ukur : Jawaban responden Alat ukur : Kuesioner atau form penilaian Tabel 5 Hasil ukur : Nilai dalam angka 1. Dikategorikan “Kurang” jika jumlah seluruh nilai jawaban adalah ≤ median 70 2. Dikategorikan “Cukup” jika jumlah nilai seluruh nilai jawaban adalah median 70 68 Tabel 5 Form Penilaian Pengetahuan Responden Masyarakat Peternak tentang Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan Lingkungan No Isi Pertanyaan Nilai Ju m - la h 0 1 2 3 4 1 Bagaimana meningkatkan produksi susu sapi di Indonesia termasuk Kabupaten Subang? 2 Apa manfaat USP? 3 Apa modal pengembangan USP? 4 Apa dampak positif anak yang cukup asupan susu sapi? 5 Apa dampak negatif jika anak kekurangan asupan susu sapi? 6 Apa dampak negatif dari limbah sapi perah dibiarkan sembarangan? 7 Apa dampak negatif jika jarak kandang sapi dengan rumah hunian atau sumber air bersih terlalu dekat 10 meter? 8 Bagaimana cara mengelola limbah sapi berwawasan lingkungan? 9 Apakah limbah sapi dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga? 10 Apa saja peran pemerintah dalam pengembangan sapi perah? 11 Apa saja peran perbankan dalam pengembangan USP? 12 Apa tanda-tanda sapi yang sehat? 13 Apa tanda-tanda sapi yang sakit? 14 Apa penyebab sapi sakit? 15 Sebutkan jenis-jenis penyakit sapi? 16 Apa gejala penyakit anthrax dan bagaimana cara pencegahannya? 17 Bagaimana cara pencegahan agar sapi terhindar dari penyakit? 18 Bagaimana menerapkan usaha sapi perah berwawasan lingkungan? 19 Mengapa sapi harus divaksinasi? 20 Berapa kali sapi divaksinasi selama bunting? 21 Mengapa sapi harus diberi vitamin? 22 Berapa kali sapi diberi vitamin? 23 Mengapa sapi harus bebas dari kecacingan? 24 Berapa kali sapi diberi obat agar tidak kecacingan? 25 Apa saja syarat kandang sapi yang baik? a. Konstruksi bahan, ukuran, atap, dinding, lantai, selokan b. Lokasi jarak minimal dari rumah atau sumber air minum c. Kebersihan, cahaya, kelembaban dan suhu udara d. Keamanan dari pencurian, kebakaran, longsor dsb. e. Ketersediaan air bersih 26 Apa tanda-tanda susu sapi yang bermutu baik? 27 Limbah sapi feses dan urin dapat dimanfaatkan untuk apa? 28 Berapa kali sapi diperiksa kesehatan selama bunting? 29 Apa akibat jika sapi tidak diperiksa kesehatannya secara rutin? 30 Apa syarat-syarat pakan sapi perah yang baik? 31 Bagaimana cara meningkatkan produksi susu sapi perah? 32 Mengapa pemerah susu harus sehat? 33 Apa tanda-tanda susu sapi yang rusak? 34 Mengapa lingkungan sekitar kandang sapi harus bersih dan sehat? 35 Bagaimana mengolah atau memanfaatkan limbah sapi menjadi bio- gas dan pupuk organik? Jumlah nilai : 69 11. Praktek atau perilaku dalam mengelola USP ialah tindakan atau kegiatan nyata peternak dalam proses pengelolaan usaha sapi perah. Cara ukur : Hasil observasi Alat ukur : Form penilaian Tabel 6 Hasil ukur : Nilai dalam angka 1. Dikategorikan “Kurang baik” jika jumlah seluruh nilai jawaban ≤ median 28. 2. Dikategorikan “Cukup baik” jika jumlah seluruh nilai jawaban median 28. Tabel 6 Form Penilaian Praktek atau Perilaku Responden Masyarakat Peternak dalam Mengelola USPSMWL No Isi Pertanyaan Nilai Jum- lah 1 2 3 4 1 Berapa kali kandang sapi dibersihkan setiap hari? 2 Apakah sapi dimandikan setiap hari? 3 Apakah responden peternak menjaga kebersihan tangan, kuku pada saat pemerahan susu? 4 Apakah responden peternak sapi sering berkonsultasi dengan petugas peternakan pemerintah setempat tentang pengembangan sapi perah? 5 Apakah responden peternak sapi selalu mengikuti acara penyuluhan dan bimbingan teknis tentang USP dari pemerintah, pihak perbankan, atau pihak swasta? 6 Apakah responden peternak menggunakan perlengkapan atau peralatan pemerahan susu yang bersih dan sehat? 7 Apakah responden peternak sapi menggunakan masker selama pemerahan sapi? 8 Apakah responden peternak sapi tepat waktu dalam memerah susu? 9 Apakah responden peternak sapi sebagai kader atau anggota kelompok peternakan Desa? 10 Apakah responden sapi teratur memberi pakan sapi? 11 Apakah responden teratur memberi vitamin sapi? 12 Apakah responden peternak sapi menjual sapi jantan lebih dini berumur muda sehingga nilainya minimum ? 13 Apakah responden peternak sapi membuang sampah atau limbah sapi dengan baik 14 Apakah responden peternak sapi bekerjasama baik dengan para peternak lainnya, dengan pemerintah, dengan pihak perbankan, dan pihak swasta setempat? Jumlah: 70 12. Lamanya mengurus USP per ekor sapi per hari artinya masa mulai kegiatan pagi sampai sore hari yang sama; mencakup kegiatan mencari pakan sapi, memandikan sapi, memberi pakan sapi, membersihkan kandang sapi, memerah dan menyetor susu sapi, pemeliharaan kesehatan sapi, dan lainnya. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Lama dalam jam 1 Dikategorikan “Kurang” jika satu jam 2 Dikategorikan “Sedang” jika 1 jam 3 jam. 13. Kondisi fisik dan lingkungan rumah responden artinya keadaan umum rumah responden dinilai berdasarkan pada kriteria rumah sehat yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, di antaranya variabel a komponen rumah : skala nilai 0 – 396; b sarana sanitasi: skala nilai 0 – 375; dan c perilaku penghuni: skala nilai 0 – 440. Cara Ukur : Observasi dan wawancara dengan responden Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : Nilai dalam angka 1 Dikategorikan “Tidak sehat” jika bobot atau nilai 1.068 2 Dikategorikan “Sehat” jika bobot atau nilai 1.068. 14. Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator komposit yang menggabungkan tiga aspek penting, yaitu peningkatan kualitas fisik kesehatan intelektualitas pendidikan, dan kemampuan ekonominya daya beli seluruh komponen masyarakat dalam kurun waktu tertentu Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang 2009. Indeks pendidikan diukur dengan angka melek huruf AMH dan rata- rata lama sekolah RLS. AMH adalah persentase penduduk usis 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis baik huruf latin maupun lainnya. RLS adalah rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan yang pernah dijalani. Target AMH menurut UNDP adalah 100 dan RLS adalah 15 tahun. Indeks pendidikan yaitu 23 indeks melek huruf + 13 indeks rata-rat a 71 lama sekolah. Indeks AMH adalah hasil dari: AMH riil - 0 100-0. Indeks ARLS adalah hasil dari: ARLS riil - 0 15 - 0. Indeks kesehatan diukur dengan umur harapan hidup UHH. Target UHH menurut UNDP adalah 85 tahun dan minimum 25 tahun. Indeks AHH adalah hasil dari : UHH riil - 25 85 - 25. Kemampuan daya beli adalah kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup secara layak. Komponen kemampuan daya beli penduduk diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Batas minimum kemampuan daya beli penduduk sebesar Rp. 300.000,- perkapita per tahun untuk memenuhi kebutuhan dasar paling minimum. Setara dengan dua kali garis kemiskinan yang terrendah di perdesaan Sulawesi Selatan dan Papua pada tahun 1990. Batas maksimum kemampuan daya beli penduduk sebesar Rp.732.720,- kapitatahun untuk memenuhi kebutuhan dasar paling minimum. Indeks konsumsi per kapita riil adalah hasil dari: daya beli riil – 300.000 732.720 – 300.000. 15. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang harmonis ialah kerjasama yang didasari oleh motivasi, tujuan yang serasi dan jelas, saling menguntungkan, semangat musyawarah dan mufakat, tanpa saling intervensi terhadap fungsi sektoral dan tanpa ada salah satu pihak yang merasa terpaksa atau dipaksa sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Kerjasama ini didasarkan pada pendekatan kesisteman dalam arti bahwa usaha sapi perah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional adalah tugas seluruh aparatur pemerintah. 16. Kontribusi pendapatan USP terhadap kebutuhan konsumsi pelaku USP dan keluarganya ialah besarnya persentase pendapatan USP netto satu bulan terhadap jumlah pengeluaran, menurut kondisi harga pada saat penelitian, untuk konsumsi minimun keluarga pelaku USP selama satu bulan.

3.5 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data

3.5.1 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dikumpulkan data sekunder dan data primer yang relevan dengan topik penelitian. Sumber data sekunder di antaranya ialah 72 dokumen-dokumen yang dipublikasikan oleh dinas dan instansi yang terkait berupa buku, hasil penelitian, laporan hasil pertemuan, evaluasi program, dan lainnya. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mendatangi dinas dan instansi yang terkait di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa. Sumber data primer ialah hasil pengamatan fakta di lapangan; dan hasil analisis dan kesimpulan jawaban responden dalam kuesioner. Data sekunder mencakup 1 kondisi geografis; 2 topografi; 3 iklim; 4 curah hujan; 5 suhu udara; 6 kelembaban udara; 7 pertanian: tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan; 8 perdagangan; 9 administrasi pemerintahan; 10 kependudukan: jumlah, komposisi, pekerjaan, mata pencaharian, pertumbuhan, penyebaran, IPM; 12 kesehatan: sarana dan tenaga, UHH, AKIM, AKB, dan angka kesakitan umum; 13 pendidikan: sarana dan tenaga, ARLS, AMH; 14 perekonomian: pendapatan per kapita riil per tahun, konsumsi per kapita riil per tahun, tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK, lapangan usaha, tabungan per kapita per tahun; 15 usaha peternakan sapi perah: jumlah sapi perah, jumlah peternak, produksi susu per sapi perah per hari, harga susu, permodalan dan masalahnya, jumlah peternak yang mengolah limbah ternak sapi perah menjadi biogas dan pupuk organik. Data primer berupa hasil wawancara dengan responden ditampung dalam kuesioner, mencakup: karakteristik responden; kebijakan pemerintah, kebijakan perbankan, gambaran kondisi sumberdaya alam dan lingkungan serta gambaran pendapatan dan pengeluaran USP yang diselenggarakan. Data tentang karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, kondisi fisik rumah, domisili, konsumsi per kapita keluarga, pengetahuan umum tentang peternakan, dan sikap atau persepsi terhadap pengembangan USP di masyarakat. Khusus untuk peternak, data karakteristik ditambah dengan pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan atau USP yang berwawasan lingkungan, persepsi terhadap USPSMWL, dan perilaku dalam mengelola USP selama ini. Data mengenai USP mencakup: sumber modal USP; jumlah sapi yang dipelihara dan perinciannya; cara mengawinkan sapi; frekuensi pemberian makan sapi; jenis pakan yang diberikan; kepemilikan kandang; kondisi atap, dinding,