95 Tentang lahan untuk tanaman pakan sapi, menurut keterangan
responden, hanya sebagian kecil saja pelaku USP yang memiliki, itu pun dengan luas yang kurang mencukupi dibandingkan dengan luas lahan yang
dibutuhkan sekitar 1.000 m
2
per ekor sapi. Lahan yang ada di sekitar permukiman penduduk, walaupun potensil ditanami dengan baik, adalah milik
negara yang penggunaannya harus berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
4.4.2 Keadaan dan Pengelolaan Kesehatan Lingkungan USP
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden masyarakat diketahui bahwa semua pelaku USP memiliki kandang sapi sendiri
yang berukuran hampir sama rata-rata 1,5 m X 2,5 m per ekor sapi berlantai semen dan beratap genteng; sebagian besar 92,2 responden menempatkan
kandang sapinya kurang dari 5 meter dari rumah hunian, bahkan beberapa di antaranya menempel pada rumah hunian dengan alasan keamanan dan
kemudahan pemeliharaan.
4.4.3 Keadaan dan Pengelolaan Limbah Sapi Perah
Proporsi responden yang mengelola limbah sapi perah sendiri menjadi biogas baru mencapai 25,94 55 USP212 USP100. Dari sejumlah
inipun belum seluruhnya mengolah secara optimal dalam skala besar dengan alasan belum ada pemasarannya. Mereka pada umumnya baru mengolah untuk
mencukupi satu sampai dua keluarga dengan 5-6 anggota saja, artinya limbah sapi yang terserap baru sebagian kecil saja. Sisa limbah yang belum
dimanfaatkan menjadi biogas sekitar 85,54 pada umumnya belum dikelola dengan baik dan sehat.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usaha Sapi Perah dan
Kebutuhan-Kebutuhan Pengembangan Usaha Sapi Perah Skala Mikro Berwawasan di Kabupaten Subang
Untuk lebih memperjelas gambaran umum dan kebutuhan-kebutuhan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang, berikut ini diketengahkan hasil
analisis data berdasarkan jawaban responden masyarakat pelaku USP, bukan pelaku USP, dan responden dinas dan intansi termasuk pembahasannya.
5.1.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usaha Sapi Perah
Dari analisis data atau uji hubungan secara statistik dapat diketahui sejumlah faktor yang berhubungan dengan
“minat masyarakat menjadi pelaku USP” dan “perkembangan atau kemajuan USP” dalam kontekstual pengembangan
USPSMWL di Kabupaten Subang. Untuk keperluan uji hubungan dengan “minat
menjadi pelaku USP” digunakan data dari jawaban responden masyarakat bukan pelaku USP; sedangkan untuk keperluan uji hubungan dengan
“perkembangan atau
kemajuan USP” digunakan data dari jawaban responden masyarakat pelaku USP. Hasil analisis dan pembahasan ini diperlukan untuk memperkaya bahan-
bahan masukan pengambilan keputusan dalam rangka perumusan disain kebijakan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang yang tepat.
5.1.1.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan “Minat Menjadi
Pelaku Usaha Sapi Perah ”
Hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan signifikan secara statistik dalam Alpha 0,05 dengan
“minat menjadi pelaku USP” yaitu ketersediaan lahan p-Value: 0,000; status pekerjaan p-Value:
0,000; terganggu bau limbah p-Value: 0,000. Sementara faktor yang berhubungan tidak signifikan secara statistik dalam Alpha
0,05 dengan “minat menjadi pelaku USP” yaitu pengetahuan tentang USP p-Value: 0,146 dan
tingkat pendidikan formal p-Value: 0,186. Adapun keterampilan responden dan permodalan USP tidak dapat diuji secara statistik karena semua responden
menyatakan tidak terampil mengelola USP dan tidak memiliki dana atau modal untuk berusaha sapi perah.