Tujuan Penelitian The policy model of business development of the environmentally sound micro-scale dairy cattle in Subang Regency

3 Subang. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, ditetapkan tujuan khusus yaitu 1 teridentifikasinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang; 2 teridentifikasinya kebutuhan-kebutuhan stakeholder dalam pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang; dan 3 terumuskannya model kebijakan dan strategi pengembangan USPSMWL di Kabupaten Subang.

1.3 Kerangka Pemikiran

Dalam rangka pembangunan di bidang peternakan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia, pemerintah telah menetapkan sejumlah peraturan perundang-undangan, di antaranya ialah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Keputusan Menteri Pertanian No.404KptsOT.21062002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan. Undang-Undang lain yang mendukung penumbuhan dan pengembangan usaha peternakan di daerah-daerah dalam wilayah negara Indonesia ialah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 ditegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dikemukakan bahwa UMKM bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan pada demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Ditegaskan pula bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: 1 pendanaan, 2 sarana dan prasarana, 3 informasi usaha, 4 kemitraan, 5 izin usaha, 6 kesempatan berusaha, 7 promosi dagang, dan 8 dukungan kelembagaan. Aspek pendanaan ditujukan untuk: 1 memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan selain bank; 2 memperbanyak lembaga pembiayaan dan 4 memperluas jaringan sehingga dapat di akses oleh UMKM; 3 memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan; dan 4 membantu para pelaku UMKM untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa atau produk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh pemerintah. Kebijakan lain yang mendukung penumbuhan dan pengembangan UMKM di Indonesia ialah dari Bank Indonesia yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 32PBI2001 tentang pemberian kredit usaha kecil; yang intinya menganjurkan bank untuk menyalurkan kredit UMKM sesuai business plan. Kebijakan yang terkait tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 839PBI2005 perihal Pemberian Bantuan Teknis Dalam Pengembangan UMKM; yang intinya Bank Indonesia memberikan bantuan teknis berupa pelatihan dan penyediaan informasi kepada perbankan, lembaga pembiayaan dan Business Development Service Provider BDSP. Dalam rangka pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Subang Jawa Barat ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Perdakab. Subang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Izin Usaha Peternakan. Maksud dari penetapan peraturan tersebut ialah mendorong peningkatan kesempatan berusaha, kesejahteraan rakyat dan terciptanya iklim usaha yang mampu menunjang pengembangan peternakan; serta menjalankan fungsi di bidang pengendalian dan pengawasan dari pemerintah kabupaten dalam usaha menjamin kepastian dan perlindungan hukum sehingga berdampak positif bagi tertib pengaturan dan peningkatan pendapatan asli daerah PAD Kabupaten Subang. Usaha peternakan yang dimaksud dalam peraturan tersebut adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang melaksanakan kegiatan menghasilkan ternak ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta usaha menggemukkan suatu ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkannya. Dalam peraturan tersebut Kepala Dinas Peternakan atau pejabat yang ditunjuk melakukan bimbingan dan pengawasan kegiatan usaha peternakan. Khusus aturan perundangan tentang usaha peternakan sapi perah golongan kategori pengusaha mikro di Kabupaten