membacakan puisi, 3 langkah-langkah membacakan puisi, dan 4 teknik-teknik
membacakan puisi.
2.2.3.1 Pengertian Membacakan Puisi
Membaca puisi tentunya berbeda dengan membacakan puisi. Kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Membacakan puisi dan membaca puisi
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menikmati karya sastra yang disampaikan oleh penyair kepada pembaca puisi.
Wiyanto 2005:44 mengemukakan bahwa membaca puisi ada dua macam, yaitu membaca untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain.
Membaca puisi untuk orang lain atau membacakan puisi pada dasarnya sama dengan mengkonkretkan puisi yang melibatkan puisi yang dibaca, pembacaan,
dan pendengar. Membaca puisi merupakan suatu kegiatan memahami dan menikmati
makna suatu puisi yang disampaikan oleh pembaca untuk diri individu atau pembaca sendiri, bukan untuk orang lain atau audiens.
Membacakan puisi merupakan upaya penyampaian suatu makna atau pesan kepada audiens atau pendengar yang terkandung di dalam puisi yang
diciptakan oleh penyairnya. Melalui kegiatan membacakan puisi pembaca bermaksud mengajak pendengar atau penontonnya memahami dan merasakan
puisi yang dibacanya. Membacakan puisi harus memperhatikan penghayatan, vokal, dan penampilan yang merupakan syarat pembacaan puisi yang baik.
Membacakan puisi bukanlah sekadar melisankan puisi atau menyuarakan puisi,
melainkan juga mengekspresikan perasaan dan jiwa yang ditangkap oleh pembaca dari puisi tersebut.
Kegiatan membacakan puisi dilakukan dengan dilihat oleh orang banyak para hadirin, oleh karena itu, sebelum membacakan puisi harusnya seorang
pembaca puisi mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi tersebut agar orang yang mendengarkan, mengetahui makna dalam puisi tersebut.
Di dalam pembacaan puisi, pembaca dapat mengajarkan bagaimana cara mengatur suara sehingga diperoleh kesan tertentu dari keseluruhan penampilan
pembaca itu baik, dari segi suaranya maupun dari segi ekspresi wajahnya. Semua itu didasari oleh penghayatannya terhadap puisi yang dibacanya Ali 2001:11.
Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu, pembaca harus memperhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan jeda.
Tujuannya agar isi puisi dapat terekspresikan dengan jelas sehingga pendengar bisa memahami maksud penyairnya dengan baik Kosasih 2008:47.
Sebagai seni ―audio visual‖ membacakan puisi dituntut enak didengar dan enak dilihat. Agar enak didengar berarti ―semua yang dihasilkan oleh alat ucap‖ si
pembaca harus benar dan indah. Agar enak dilihat berarti ―semua gerak yang dihasilkan oleh ang
gota tubuh‖ si pembaca puisi juga benar dan indah. Oleh karena itulah membacakan puisi tergolong ke dalam seni pertunjukan Doyin,
2008:2-3. Pada hakikatnya membacakan puisi merupakan upaya ―menyampaikan‖
apa yang dipikirkan atau apa yang dirasakan oleh penulis puisi kepada pendengar atau penonton. Oleh karena itu, keberhasilan pembacaan puisi dapat diukur
dengan seberapa jauh apa yang dipikirkan atau apa yang dirasakan penulis puisi sampai kepada pendengar atau penonton Doyin 2008:1.
Membacakan puisi pada dasarnya upaya penyampaian pesan dari penulis kepada pendengar. Sehingga dapat diibaratkan bahwa seorang pembaca puisi
seperti jembatan penghubung, yaitu menghubungkan penulis puisi dengan penikmat puisi Haryanto 2009:2.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca puisi dan membacakan puisi sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak
pada cara penyampaiannya. Membaca puisi disampaikan oleh pembaca untuk pembaca itu sendiri dan menikmati sendiri puisi yang dibacakannya. Sedangkan
membacakan puisi adalah suatu kegiatan apresiasi dari penyair yang disampaikan oleh pembaca puisi sebagai perantara dalam bentuk lisan untuk menyampaikan
suatu pesan dan amanat yang terkandung dalam puisi dengan memperhatikan teknik vokal, penghayatan, dan penampilan.
2.2.3.2 Unsur-unsur Membacakan Puisi