Gambar 8 menunjukkan bahwa guru mewawancarai beberapa siswa. Setelah pembelajaran berakhir, peneliti menunjuk beberapa siswa, yaitu satu
siswa yang mendapat nilai tinggi, satu siswa yang mendapat nilai cukup dan satu siswa yang mendapat nilai rendah untuk diwawancarai. Wawancara ini bertujuan
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual.
4.1.2.3 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual pada siklus I belum mencapai nilai ketuntasan belajar yang ditargetkan oleh peneliti yaitu sebesar 70 atau dalam kategori baik. Nilai rata-rata
kelas yang dicapai pada siklus I sebesar 66,5 atau termasuk dalam kategori cukup. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa aspek penilaian nilai rata-rata siswa yang
masih kurang. Nilai siswa yang kurang memuaskan terdapat pada aspek penghayatan yang tercermin dalam aspek pemenggalan, kelancaran, konsentrasi
dan mimik wajah. Nilai rata-rata untuk aspek penghayatan masih kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal siswa. Hal ini disebabkan 1 pada awal pembelajaran
siswa masih belum terkondisi karena masih ada beberapa siswa yang berjalan- jalan di dalam kelas ketika guru masuk ke dalam kelas, 2 ketika pemutaran
video pembacaan puisi dari master, volume suara master kurang keras, sehingga siswa yang duduk di belakang kurang mendengar pembacaan puisi dari master,
3 banyak waktu yang terbuang sia-sia karena siswa masih merasa malu untuk
maju membacakan puisi, hal ini menyebabkan waktu penilaian dalam membacakan puisi berkurang, dan 4 beberapa siswa terlihat kurang konsentrasi
dan kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Hasil observasi siswa, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
sudah bersikap positif dan aktif dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual. Akan tetapi, masih
terdapat beberapa siswa yang berperilaku negatif. Perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa yaitu terdapat dua siswa keluar kelas tanpa izin terlebih dahulu kepada
guru, dua siswa mengantuk dan tidur di dalam kelas, lima siswa bergurau dan berbicara sendiri, terdapat dua siswa yang cara duduknya kurang sopan, terdapat
dua siswa yang makan di dalam kelas, dan siswa pasif atau malas bertanya tentang materi membacakan puisi. Perilaku tersebut harus segera diatasi agar pertemuan
selanjutnya bisa lebih baik lagi. Simpulan dari hasil jurnal siswa dan jurnal guru dapat membantu peneliti
untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran membacakan puisi. Beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual. Kesulitan yang diahadapi siswa yaitu siswa masih sulit dalam
menghayati puisi. Adapun dari jurnal guru menyatakan bahwa siswa senang, tertarik, dan bersemangat dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual. Tanggapan guru terhadap pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual yaitu dapat memberi memberi contoh konkret pembacaan puisi dari
master dan memberi motivasi kepada siswa dari master yang telah ditampilkan oleh guru. Siswa juga terlihat senang karena sebelumnya metode dan media ini
belum pernah diterapkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara perwakilan siswa yang mendapat nilai
tinggi, sedang, dan rendah dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang dan tertarik dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual dan metode ini belum pernah diterapkan sebelumnya. Siswa yang mendapatkan nilai rendah merasa kesulitan dalam memahami
penjelasan dari guru karena guru menjelaskan terlalu cepat. Jadi, untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus menggunakan cara yang mudah dipahami oleh
siswa dalam menyampaikan materi. Dari hasil dokumentasi foto siklus I dapat dilihat perilaku positif dan
perilaku negatif siswa. Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dan nilai sedang, dapat terlihat dari dokumentasi foto bahwa siswa tersebut memperhatikan
penjelasan dari guru dan terlihat antusias dalam membacakan puisi. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai terendah berperilaku negatif, dapat dilihat dari hasil
dokumentasi foto bahwa siswa bergurau dengan teman sebangku dan cara duduk siswa yang kurang sopan. Namun, sebagian siswa terlihat antusias dan
bersemangat selama proses pembelajaran membacakan puisi. Dari data tes dan nontes yang dilakukan peneliti pada siklus I, masih
terdapat beberapa kekurangan yaitu: 1 suasana kelas masih belum bisa terkondisi dengan baik, 2 ketika pemutaran video pembacaan puisi dari master,
volume suara master kurang keras, sehingga siswa yang duduk di belakang
kurang mendengar pembacaan puisi dari master, 3 banyak waktu yang terbuang sia-sia karena siswa masih merasa malu untuk maju membacakan puisi, 4
beberapa siswa terlihat kurang konsentrasi dan kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, 5 siswa terlihat pasif dan kurang antusias ketika
bertanya atau mengomentari pembacaan puisi dari teman, dan 6 nilai siswa pada aspek penghayatan masih kurang dari target yang ditentukan. Adapun solusi yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus I yaitu: 1 guru mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran dimulai, guru
menegur siswa jika masih ada siswa yang bergurau, 2 ketika guru memutarkan video pembacaan puisi, volume suara harus maksimal agar semua siswa
mendengarkan pembacaan puisi dari master, 3 guru memberikan motivasi dan reward kepada siswa agar siswa berani dan mau membacakan puisi di depan
kelas, 4 dalam proses pembelajaran, sesekali guru mengajak siswa untuk bergurau agar siswa tidak bosan, 5 guru memancing siswa untuk bertanya
dengan cara guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa apabila siswa tidak mau bertanya, dan 6 guru memutarkan video pembacaan puisi dari master lebih
dari satu kali dalam setiap kali pertemuan, guru mengulas tentang makna puisi, nada dan suasana puisi agar siswa lebih mampu menguasai aspek penghayatan.
Dengan adanya perbaikan-perbaikan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran membacakan puisi pada siklus
II dan siswa dapat memperoleh nilai yang sesuai dengan target peneliti.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Hasil tes siklus II ini merupakan perbaikan tindakan dan pemecahan masalah pada pembelajaran siklus I dengan tetap menggunakan metode Copy The
Master melalui media audio visual. Perbaikan tersebut dilakukan agar kemampuan siswa dalam membacakan puisi lebih baik dibanding kemampuan
sebelumnya. Kriteria penilaian membacakan puisi pada siklus II masih tetap sama seperti pada siklus I meliputi sebelas aspek yaitu pemenggalan, kelancaran,
konsentrasi, mimik, kejelasan ucapan, tekanan, intonasi, jeda, nada, gerak tubuh, dan penguasaan panggung.
Tindakan yang dilakukan pada siklus II yaitu guru peneliti meminta siswa untuk membacakan puisi dengan tema percintaan. Perbedaan siklus I
dengan siklus II terletak pada tema puisi dan cara guru dalam memotivasi siswa. Diharapkan puisi dengan tema percintaan akan memberikan semangat kepada
siswa dan siswa mudah untuk memahami nada dan suasana puisi, sedangkan motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu dengan cara guru
memberikan reward kepada siswa yang kemampuan membacakan puisinya mendapatkan nilai sangat baik. Pelaksanaan pembelajaran membacakan puisi
siklus II terdiri atas tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut.
4.1.4 Hasil Tes Siklus II
Hasil tes membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II dapat dilihat pada tabel 18 berikut: