Doyin 2008:29 mengemukakan bahwa sebelum membacakan puisi, terlebih dahulu pembaca harus memahami isi puisi. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca bisa menyampaikan kepada pendengar atau penonton seperti yang diharapkan oleh jiwa puisi itu sendiri. Pemahaman puisi dapat dilakukan
dengan cara membuat parafrase puisi. Haryanto 2009:29 sebelum membacakan puisi terlebih dahulu
pembaca harus membedah isi puisi untuk memahaminya. Pemahaman terhadap puisi dan bagaimana pembacaannya dapat dilakukan dengan
membuat parafrase terlebih dahulu. Membacakan puisi bukanlah sekadar melisankan puisi atau menyuarakan puisi, melainkan juga mengekspresikan
perasaan dan jiwa.
3. Menentukan Nada dan Suasana Puisi
Nada dan suasana puisi adalah sikap penyair dalam menyampaikan pesan kepada pembaca dan bagaimana pula kesan pembaca tentang sajak
yang dibacakannya. Nada berkaitan dengan sikap penyair, sedangkan suasana berkaitan dengan tema. Tema keagamaan misalnya, akan menimbulkan
suasana kekhusukan Sumardi 1997:59. Kosasih 2008:39 mengemukakan bahwa sikap penyair kepada
pembaca disebut nada. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap
jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya.
Effendi dalam Djojosuroto 2005:25 mengemukakan bahwa nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan feeling dan sikap penyair
terhadap pembaca tone, maka suasana berarti keadaan perasaan yang ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang dapat ditangkap
oleh pancaindra. Doyin 2008:55 mengemukakan bahwa untuk menangkap suasana
puisi, ada dua cara yang bisa digunakan yaitu dengan menangkap setting yang tergambarkan dalam puisi melalui baris-baris puisi dan dengan melihat
pilihan kata diksi. Waluyo 2003:37 mengemukakan bahwa puisi mengungkapkan nada
dan suasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Contoh nada dalam puisi
yaitu nada sinis, memberontak, humor, mencekam, santai, takut, pesimis, karismatik, dan lain sebagainya.
Setiap pembaca puisi wajib mengetahui nada dan suasana dalam puisi yang hendak di bacanya, karena hal tersebut akan menentukan cara
membacanya, apakah suaranya harus keras, nadanya meninggi, iramanya cepat, atau tangannya harus mengepal dan sebagainya, nada dan suasana puisi
itulah yang menentukannya Suharianto 1981:61. Jika pembaca mampu menentukan nada dan suasana yang digambarkan di dalam puisi, maka
pembaca mampu menghayati pembacaan puisi secara optimal. Berbekal pemahaman tentang suasana puisi, pembaca bisa
menentukan nada yang tepat dalam pembacaan puisi. Intonasi atau lagu
dalam pembacaan puisi sesungguhnya berangkat dari nada tersebut. Intonasi pembacaan puisi mencakupi irama dan penekanannya. Tekanan dalam
pembacaan puisi meliputi tekanan nada yang menyangkut tinggi rendahnya pembacaan puisi, tekanan tempo menyangkut cepat lambatnya pembacaan
puisi, dan tekanan dinamik menyangkut keras lembutnya pembacaan puisi.
4. Memberikan Pemenggalan atau Penjedaan