9. Setelah dirasa bahwa siswa sudah mengusai teknik penghayatan, vokal,
dan penampilan seperti master yang telah dicontohkan, baru kemudian siswa memilih satu puisi sesuai dengan keinginannya.
10. Guru membagikan lima puisi pada setiap kelompok.
11. Siswa memilih satu puisi sesuai dengan keinginannya, kemudian siswa
memahami puisi, menentukan nada dan suasana puisi, menentukan penjedaan atau pemenggalan puisi, dan berlatih membacakan puisi dengan
memberikan jiwa dalam pembacaan puisi. 12.
Siswa membacakan puisi di depan kelas dengan memperhatikan hal-hal yang harus diperhatikan ketika membacakan puisi teknik vokal,
penampilan, dan penghayatan. 13.
Guru menilai pembacaan puisi oleh siswa berupa penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses ketika siswa membacakan puisi yang
sama dengan master yang dicontohkan, dan penilaian hasil ketika siswa membacakan puisi sesuai dengan keinginannya.
2.3 Kerangka Berpikir
Aspek pembelajaran sastra terdiri atas empat aspek, yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Pembelajaran sastra di sekolah masih
sangat sulit penerapannya. Penelitian ini memfokuskan kepada pembelajaran sastra yaitu pada aspek membacakan puisi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas
VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dengan subjek penelitiannya adalah keterampilan membacakan puisi. Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti
sudah melakukan observasi di sekolah mengenai pembelajaran membacakan puisi yang dilakukan oleh siswa dan guru. Dari hasil observasi, diketahui
bahwa pembelajaran membacakan puisi sudah diajarkan dengan baik, akan tetapi ternyata hasilnya masih kurang memuaskan. Siswa masih kurang
terampil dalam membacakan puisi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal berasal dari siswa itu sendiri yang meliputi 1 kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi
karena dianggap membosankan, 2 siswa meremehkan materi keterampilan membacakan puisi karena siswa menganggap mudah dalam membacakan
puisi tanpa mengetahui teknik-teknik dan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi, 3 siswa masih belum percaya diri dalam
membacakan puisi di depan kelas, 4 siswa kurang memahami materi yang diberika oleh guru terutama dalam aspek menghayati puisi, sehingga siswa
masih bingung bagaimana cara membacakan puisi dengan ekspresi, irama, dan volume suara dengan penekanannya. 5 siswa kurang mendapat pengalaman
secara langsung dalam pembelajaran membacakan puisi, dan 6 siswa masih mementingkan hasil daripada proses, jadi siswa kurang memperhatikan aspek-
aspek dalam membacakan puisi, yang terpenting bagi siswa adalah mendapatkan nilai dari guru.
Faktor eksternal yang menyebabkan kurangnya nilai siswa pada keterampilan membacakan puisi adalah 1 metode dan teknik yang digunakan
oleh guru dalam pembelajaran membacakan puisi kurang variatif dan
membosankan karena metode yang digunakan sangat monoton, 2 kurangnya latihan membacakan puisi yang diberikan oleh guru, 3 sedikitnya waktu
dalam pembelajaran sastra terutama membacakan puisi sehingga membatasi kreatifitas siswa, 4 kurangnya model yang membacakan puisi yang
ditujukkan oleh guru kepada siswa, sehingga siswa hanya mempelajari buku panduan dan tidak melihat secara langsung pembacaan puisi yang dibacakan
oleh model, dan 5 guru tidak menggunakan media yang ada di sekolah. Dengan adanya bebagai masalah dalam keterampilan membacakan
puisi di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang, upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam keterampilan
membacakan puisi adalah dengan menggunakan metode Copy The Master melalui media audio visual. Melalui metode Copy The Master diharapkan
siswa mampu menguasai keterampilan membacakan puisi karena melihat master yang membacakan puisi dan dapat memperhatikan teknik vokal,
penghayatan dan penampilan dalam membacakan puisi. Sedangkan pengggunaan media audio visual sangat berpengaruh terhadap pembelajaran
membacakan puisi karena master yang membacakan puisi ditampilkan melalui media audio visual. Fungsi audio visual ini adalah agar siswa mengetahui
secara konkret bagaimana teknik-teknik membacakan puisi yang baik dan benar yang dibacakan oleh master atau orang yang sudah ahli dalam
membacakan puisi. Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran membacakan puisi dirasa lebih efektif, sesuai dengan pendapat Suharianto
dalam Doyin 2008:2 bahwa seni baca puisi pada hakikatnya adalah ―seni
tontonan‖ atau ―seni audio-visual‖, jadi cara membelajarkan puisi akan lebih efektif melalui media audio visual agar siswa mengetahui secara jelas
bagaimana teknik membacakan puisi yang baik dan benar. Setelah melakukan pembelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual, diharapkan siswa lebih terampil dalam membacakan puisi dengan memperhatikan teknik vokal, penampilan,
dan penghayatan ketika membacakan puisi, serta tercapai tujuan yang diinginkan oleh siswa dan guru sehingga dapat memberi manfaat bagi diri
pribadi siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan