dalam pembacaan puisi sesungguhnya berangkat dari nada tersebut. Intonasi pembacaan puisi mencakupi irama dan penekanannya. Tekanan dalam
pembacaan puisi meliputi tekanan nada yang menyangkut tinggi rendahnya pembacaan puisi, tekanan tempo menyangkut cepat lambatnya pembacaan
puisi, dan tekanan dinamik menyangkut keras lembutnya pembacaan puisi.
4. Memberikan Pemenggalan atau Penjedaan
Inti pembacaan puisi sebenarnya ada pada pemenggalan. Pemenggalan merupakan tanda penghayatan. Menentukan pemenggalan berarti menentukan
pula tempat-tempat yang tepat untuk berhenti dan mengambil nafas Haryanto
2009:57.
Kosasih 2008:49 jeda adalah hentian arus ujaran dalam pembacaan puisi yang ditentukan oleh peralihan larik, jeda berpengaruh pada jelas-
tidaknya maksud suatu kata atau larik. Dalam penggunaannya, jeda dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu 1 jeda pendek digunakan pada
bagian antarkata dalam suatu larik, 2 jeda sedang digunakan pada bagian-bagian larik yang bertanda koma atau diantara frasa-frasa, dan 3 jeda
panjang digunakan pada pergantian larik.
5. Berlatih Membacakan Puisi
Sebelum pembaca tampil untuk membacakan puisi di depan audiens, maka pembaca harus berlatih membacakan puisi terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan agar pembaca lebih percaya diri, tidak canggung, tidak grogi, dan
lebih memahami puisi yang akan dibacakannya, sehingga pembaca mampu membacakan puisi secara maksimal. Akan lebih bagus lagi apabila dalam
berlatih membacakan puisi dilakukan secara berulang-ulang, bukan hanya satu kali saja. Dalam membacakan puisi pembaca harus memperhatikan unsur
penghayatan, vokal, dan penampilan. Penggunaan intonasi yang tepat dalam membacakan puisi sangat
penting agar audiens merasa senang dengan puisi yang dibacakan oleh pembaca dan audiens tidak merasa bosan. Kosasih 2008:49 berpendapat
bahwa intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Penggunaan intonasi dalam puisi sangat penting agar pembacaan tidak monoton sehingga
pendengar pun lebih tertarik. Intonasi juga berguna dalam memperjelas atau membedakan maksud atau pesan setiap lariknya.
6. Membacakan Puisi dengan Memberikan Jiwa dalam Pembacaan
Memberikan jiwa pada puisi selain akan menghidupkan suasana dalam pembacaan juga akan memberikan kewibawaan pada pembaca puisi
Doyin 2008:62. Dengan memahami puisi dan penghayatan puisi yang sesuai dengan suasana puisi, maka secara spontan jiwa pembaca akan menyatu
dengan jiwa puisi. Pembaca puisi yang menjiwai secara benar puisi yang dibacanya akan mampu memukau atau paling tidak membuat pendengar atau
penonton tidak berpaling dari pembacaan puisi yang dibacakannya. Seorang pembaca puisi yang baik harus mampu melebur ke dalam
dunia yang diceritakan dalam puisi tersebut. Karena pada hakikatnya gerak
dan akal pikiran pembaca puisi harus segaris dengan kehidupan di dalam puisi itu. Apabila jiwa puisi itu sudah masuk ke dalam pembaca puisi, maka
segala yang keluar dari dirinya bukanlah bohong Haryanto 2009:71. Jika jiwa puisi sudah masuk ke dalam pembaca puisi, maka ekspresi
ketika pembacaan puisi akan keluar dengan sendirinya secara alami sesuai dengan penjiwaan dari puisi tanpa ada paksaan atau gerakan yang dibuat-buat
atau over acting.
2.2.3.4 Teknik-teknik Membacakan Puisi