Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master Melalui Media Audio Visual Siswa Kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang
DENGAN
MELALUI
SISWA KELAS
Diajukan untuk
Nama NIM Prodi Jurusan
FAKULTAS
UNIVERSITAS
i
DENGAN METODE
COPY THE MASTER
MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL
KELAS VIIA SMP ATTHOHIRIYYAH SEMARANG
SKRIPSI
untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Strata
Oleh:
Nama : Norma Ellyana
NIM : 2101407066
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
MASTER
SEMARANG
Strata I
(2)
ii
Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. dan pembimbing II: Dra. Nas Haryati S., M.Pd.
Kata kunci: membacakan puisi, metodeCopy The Master, media audio visual. Puisi merupakan karya sastra yang memiliki kekhususan, baik ditinjau dari segi bahasa, pilihan kata, maupun keindahan dalam rangkaian setiap baris. Salah satu cara untuk memahami puisi yaitu dengan menigkatkan kemampuan pembacaan. Selama ini siswa masih merasa kesulitan ketika membacakan puisi di depan kelas, kesulitan yang belum dikuasai oleh siswa yaitu dalam aspek penghayatan. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti memberikan suatu metode dan media agar proses pembelajaran lebih menarik dan siswa mampu menghayati puisi. Metode dan media yang digunakan yaitu metodeCopy The Master melalui media audio visual. Penelitian ini difokuskan kepada keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: (1) bagaimana peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang setelah dilakukan pembelajaran dengan metode Copy The Master melalui media audio visual. (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi tentang peningkatan keterampilan siswa dalam membacakan puisi dan perubahan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metodeCopy The Mastermelalui media audio visual.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Subjek penelitiannya adalah keterampilan membacakan puisi dan objek penelitiannya adalah kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu keterampilan membacakan puisi dan metode Copy The Master melalui media audio visual. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dan nontes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal nilai rata-rata siswa yaitu 59,1 atau dalam kategori kurang, setelah mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metodeCopy The Mastermelalui media audio visual, nilai rata-rata kelas siklus I yaitu 66,5 atau dengan kategori cukup, terjadi peningkatan dari kondisi awal ke siklus I sebesar 7,4%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 74,9 atau dalam kategori baik, terjadi peningkatan dari siklus I dan siklus II sebesar 8,4%. Pembelajaran membacakan puisi dengan metodeCopy The Mastermelalui media audio visual mampu mengubah perilaku siswa ke arah postif.
(3)
iii
puisi kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dapat meningkat setelah dilakukannya pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual dan terjadi perubahan perilaku siswa ke arah positif.
Peneliti memberikan saran bagi guru untuk menggunakan metode dan media sebagai alternatif dalam pembelajaran membacakan puisi. Saran bagi siswa, siswa diharapkan membaca buku-buku sastra khususnya puisi, dan siswa harus banyak berlatih membacakan puisi.
(4)
iv panitia ujian skripisi pada
hari : Selasa
tanggal : 5 Juli 2011
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Dra. Nas Haryati S., M.Pd.
(5)
v
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitian Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, pada
hari : Selasa tanggal : 5 Juli 2011
Panitia Ujian Skripsi,
Ketua Sekertaris
Prof. Dr. Rustono, M.Hum. Sumartini, S.S., M.A.
NIP 195801271983031003 NIP 197307111998022001
Penguji I
Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP 1965061219994121001
Penguji II Penguji III
Dra. Nas Haryati S., M.Pd. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.
(6)
vi
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 5 Juli 2011
(7)
vii Motto:
Selalu berpikir positif, pantang menyerah, selalu berusaha dan berdoa adalah kunci menuju keberhasilan.
Persembahan:
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapak (Mahmudi) dan Ibu (Nur
Azizah) serta adikku (Diah Arum Saputri) yang tidak pernah berhenti mendoakanku;
(8)
viii
telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Agus Nuryatin., M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, saran, dan motivasi yang berharga dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dra. Nas Haryati S., M.Pd. selaku dosen II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, saran, dan motivasi yang berharga dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Mukh Doyin, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran bagi peneliti untuk memperbaiki skripsi ini.
4. Bapak (Mahmudi) dan Ibu (Nur Azizah) yang senantiasa memberi motivasi, semangat, dukungan, serta doanya yang mengiringi langkahku. 5. Ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin
(9)
ix
Unnes yang telah memberikan bekal ilmu dan memberi kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
8. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studinya.
9. Hadi Prayitno, S.Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA N 2 Mranggen Demak yang senantiasa memberikan nasihat, ilmu, dan motivasi kepada peneliti.
10. HM Su’ud. Lc., M. S. I. selaku Kepala Sekolah SMP Atthohiriyyah Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.
11. Mukaromah, S.Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Atthohiriyyah Semarang yang telah bersedia membantu peneliti.
12. semua guru dan staf karyawan SMP Atthohiriyyah Semarang yang membantu dan memudahkan peneliti mengadakan penelitian.
13. Miftahul Adnan yang senantiasa membantu, memberi motivasi, dan memberikan semangat bagi peneliti.
14. seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi peneliti.
15. sahabat-sahabat “Cery Kos” (Nailil, Nayla, Arini, Pepy, mbak Ninda, mbak Ika, mbak Umi, mbak Iva, Ana, mbak Wulan, dan mbak Dyah) yang mendukung peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
(10)
x
2007 yang memberikan semangat dan motivasi.
18. semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Meskipun demikian, semoga skripsi ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya.
Semarang, 5 Juli 2011
(11)
xi
JUDUL ... i
SARI ... ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GRAFIK ... xx
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR DIAGRAM ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Pembatasan Masalah ... 10
1.4 Rumusan Masalah ... 10
1.5 Tujuan Penelitian ... 10
(12)
xii
2.2.1 Hakikat Membaca ... 23
2.2.1.1 Pengertian Membaca ... 24
2.2.1.2 Tujuan Membaca ... 25
2.2.1.3 Ragam Membaca ... 27
2.2.1.4 Membaca Indah (estetis) ... 29
2.2.2 Hakikat Puisi ... 30
2.2.2.1 Pengertian Puisi ... 30
2.2.2.2 Unsur-unsur Puisi ... 34
2.2.3 Hakikat Membacakan Puisi ... 41
2.2.3.1 Pengertian Membacakan Puisi ... 42
2.2.3.2 Unsur-unsur Membacakan Puisi ... 44
2.2.3.3 Langkah-langkah Membacakan Puisi ... 51
2.2.3.4 Teknik-teknik Membacakan Puisi ... 57
2.2.4 MetodeCopy The Master ... 61
2.2.4.1 Pengertian MetodeCopy The Master ... 61
2.2.4.2 Kriteria PemilihanMaster ... 64
2.2.4.3 Prinsip-prinsip MetodeCopy The Master ... 64
2.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan MetodeCopy The Master... 66
2.2.4.5 Perbedaan MetodeCopy The Masterdengan Pemodelan ... 66
(13)
xiii
2.2.5.2 Macam-macam Media Audio Visual ... 70
2.2.5.3 Manfaat Media Audio Visual ... 72
2.2.6 Pembelajaran Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual... 74
2.2.7 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual ... 74
2.3 Kerangka Berpikir ... 76
2.4 Hipotesis Tindakan ... 79
BAB III METODE PENELITIAN... 80
3.1 Desain Penelitian ... 80
3.2 Proses Tindakan Siklus I ... 81
3.2.1 Perencanaan Siklus I ... 81
3.2.1.2 Tindakan Siklus I ... 82
3.2.1.3 Observasi Siklus I ... 85
3.2.1.4 Refleksi Siklus I ... 86
3.3 Proses Tindakan Siklus II ... 87
3.3.1 Perencanaan Siklus I ... 87
3.3.1.1 Tindakan Siklus II ... 88
3.3.1.2 Observasi Siklus II ... 91
3.3.1.3 Refleksi Siklus II... 93
3.4 Subjek Penelitian ... 93
(14)
xiv
3.6.1 Instrumen Tes ... 96
3.6.2 Instrumen Nontes ... 106
3.6.2.1 Lembar Observasi ... 106
3.6.2.2 Lembar Jurnal ... 107
3.6.2.3 Pedoman Wawancara ... 108
3.6.2.4 Dokumentasi Foto ... 109
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 109
3.7.1 Teknik Tes ... 109
3.7.2 Teknik Nontes ... 110
3.7.2.1 Observasi ... 110
3.7.2.2 Jurnal ... 111
3.7.2.3 Wawancara ... 111
3.7.2.4 Dokumentasi ... 112
3.8 Metode Analisis Data ... 113
3.8.1 Metode Kualitatif ... 113
3.8.2 Metode Kuantitatif ... 113
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 115
4.1 Hasil Penelitian ... 115
4.1.1 Kondisi Awal ... 115
(15)
xv
4.1.2.1.1 Hasil Tes Aspek Pemenggalan ... 120
4.1.2.1.2 Hasil Tes Aspek Kelancaran ... 121
4.1.2.1.3 Hasil Tes Aspek Konsentrasi ... 122
4.1.2.1.4 Hasil Tes Aspek Mimik Wajah ... 122
4.1.2.1.5 Hasil Tes Aspek Kejelasan Ucapan ... 123
4.1.2.1.6 Hasil Tes Aspek Tekanan ... 124
4.1.2.1.7 Hasil Tes Aspek Intonasi ... 125
4.1.2.1.7 Hasil Tes Aspek Jeda ... 126
4.1.2.1.8 Hasil Tes Aspek Nada ... 127
4.1.2.1.9 Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh ... 127
4.1.2.1.10 Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung ... 128
4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus I ... 131
4.1.2.2.1 Hasil Observasi ... 131
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal ... 134
4.1.2.2.3 Hasil Wawancara ... 138
4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto ... 142
4.1.2.3 Refleksi Siklus I ... 148
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 152
4.1.4 Hasil Tes Siklus II ... 152
4.1.4.1 Hasil Tes Aspek Pemenggalan ... 155
4.1.4.2 Hasil Tes Aspek Kelancaran ... 156
(16)
xvi
4.1.4.7 Hasil Tes Aspek Intonasi ... 160
4.1.4.8 Hasil Tes Aspek Jeda ... 161
4.1.4.9 Hasil Tes Aspek Nada ... 162
4.1.4.10 Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh ... 162
4.1.4.11 Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung ... 163
4.1.5 Hasil Nontes Siklus II ... 166
4.1.5.1 Hasil Observasi ... 166
4.1.5.2 Hasil Jurnal ... 169
4.1.5.3 Hasil Wawancara ... 173
4.1.5.4 Dokumentasi Foto ... 175
4.1.5.5 Refleksi ... 179
4.1.6 Pembahasan ... 181
4.1.6.1 Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi ... 186
4.1.6.2 Perubahan Perilaku Siswa ... 192
BAB V PENUTUP ... 197
5.1 Simpulan ... 197
5.2 Saran ... 198
DAFTAR PUSTAKA... 200
(17)
xvii
(18)
xviii
Tabel 3 Rentang Nilai Keterampilan Membacakan Puisi ... 105
Tabel 4 Hasil Tes Membacakan Puisi Kondisi Awal ... 116
Tabel 5 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus I ... 118
Tabel 6 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Pemenggalan Siklus I ... 120
Tabel 7 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kelancaran Siklus I ... 121
Tabel 8 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Konsentrasi Siklus I ... 122
Tabel 9 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Mimik Siklus I... 123
Tabel 10 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kejelasan Ucapan Siklus I... 124
Tabel 11 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Tekanan Siklus I ... 124
Tabel 12 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Intonasi Siklus I ... 125
Tabel 13 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Jeda Siklus I ... 126
Tabel 14 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Nada Siklus I ... 127
Tabel 15 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Gerak Tubuh Siklus I ... 128
Tabel 16 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Penguasaan Panggung Siklus I... 128
Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi ... 129
Tabel 18 Hasil Observasi Siklus I ... 132
Tabel 19 Hasil Jurnal Siswa Siklus I... 135
Tabel 20 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus II ... 153
Tabel 21 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Pemenggalan Siklus II... 155
(19)
xix
Tabel 24 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Mimik Siklus II ... 158
Tabel 25 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kejelasan Ucapan Siklus II ... 158
Tabel 26 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Tekanan Siklus II ... 159
Tabel 27 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Intonasi Siklus II ... 160
Tabel 28 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Jeda Siklus II ... 161
Tabel 29 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Nada Siklus II... 162
Tabel 30 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Gerak Tubuh Siklus II ... 163
Tabel 31 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Penguasaan Panggung Siklus II ... 164
Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi Siklus II ... 164
Tabel 34 Hasil Observasi Siklus II ... 167
Tabel 35 Hasil Jurnal Siswa Siklus II ... 169
Tabel 36 Peningkatan Nilai Rata-rata Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 186
(20)
(21)
xxi
Gambar 1 Aktivitas Awal Pembelajaran Membacakan Puisi ... 142
Gambar 2 Siswa Membacakan Puisi ... 143
Gambar 3 Siswa Melihat Pembacaan Puisi dariMaster... 144
Gambar 4 Siswa Mendengarkan Penjelasan Materi dari Guru ... 145
Gambar 5 Siswa Bertanya Mengenai Materi yang Belum Dipahami ... 145
Gambar 6 Siswa Membentuk Kelompok ... 146
Gambar 7 Siswa Membacakan Puisi ... 147
Gambar 8 Guru Melakukan Wawancara ... 147
Gambar 9 Aktivitas Awal Pembelajaran Membacakan Puisi ... 175
Gambar 10 Guru Menjelaskan Materi ... 176
Gambar 11 Aktivitas Siswa Bertanya ... 176
Gambar 12 Siswa Melihat VideoMaster ... 177
Gambar 13 Siswa Membentuk Kelompok ... 177
Gambar 14 Siswa Membacakan Puisi ... 178
(22)
xxii
Diagram 2 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus I ... 119 Diagram 3 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus II... 154 Diagram 4 Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Membacakan Puisi ... 187 Diagram 5 Hasil Nilai Keterampilan Membacakan Puisi ... 188
(23)
xxiii
Lampiran 1 RPP Siklus I ... 203 Lampiran 2 Lembar Observasi ... 224 Lampiran 3 Jurnal Siswa ... 227 Lampiran 4 Jurnal Guru ... 228 Lampiran 5 Pedoman Wawancara ... 229 Lampiran 6 Dokumentasi Foto ... 230 Lampiran 7 Teks PuisiMaster ... 231 Lampiran 8 Teks Puisi yang Dibacakan Siswa ... 232 Lampiran 9 Hasil Observasi Siklus I... 237 Lampiran 10 Contoh Hasil Jurnal Siswa ... 240 Lampiran 11 Hasil Jurnal Guru ... 243 Lampiran 12 Hasil Wawancara ... 244 Lampiran 13 Skor Tes Membacakan Puisi Siswa Siklus I ... 246 Lampiran 14 Tabel Nilai Aspek Membacakan Puisi Siklus I ... 249 Lampiran 15 Hasil Tes Kondisi Awal ... 252 Lampiran 16 Hasil Tes Siklus I ... 254 Lampiran 17 RPP Siklus II... 256 Lampiran 18 Lembar Observasi ... 277 Lampiran 19 Jurnal Siswa ... 280 Lampiran 20 Jurnal Guru ... 281 Lampiran 21 Pedoman Wawancara ... 282
(24)
xxiv
Lampiran 25 Contoh Hasil Jurnal Siswa ... 290 Lampiran 26 Hasil Jurnal Guru ... 293 Lampiran 27 Hasil Wawancara ... 294 Lampiran 28 Skor Tes Membacakan Puisi Siklus II ... 296 Lampiran 29 Tabel Nilai Aspek Membacakan Puisi Siklus II ... 299 Lampiran 30 Hasil Tes Siklus II... 302 Lampiran 31 Formulir SK Pembimbing Skripsi ... 304 Lampiran 32 Formulir Pembimbingan Skripsi ... 305 Lampiran 33 Surat Izin Observasi ... 309 Lampiran 34 Surat Izin Penelitian ... 310 Lampiran 35 Surat Bukti Penelitian ... 311 Lampiran 36 Surat Selesai Bimbingan Skripsi... 312 Lampiran 37 Surat Keterangan Lulus EYD ... 313
(25)
1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kompetensi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
meliputi kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek
keterampilan yaitu aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Berkaitan dengan hal tersebut dalam KTSP, guru, dan sekolah diberi
kesempatan untuk membuat kurikulum operasional yaitu guru memiliki
kebebasan yang besar untuk mengubah atau membuat perencanaan
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Kompetensi
dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap yang
mendasari seseorang dalam berbuat atau berperilaku.
Salah satu kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah
aspek bersastra. Pembelajaran sastra di sekolah memiliki fungsi utama sebagai
penghalus budi pekerti, peningkatan kepekaan rasa kemanusiaan, kepedulian
sosial, penumbuh apresiasi, dan menyalurkan gagasan atau emosi dengan
berimajinasi. Melalui karya sastra, siswa diajak untuk memahami, menikmati,
menghayati, dan mampu mengekspresikan karya sastra khususnya puisi, karena
karya sastra yang baik adalah dapat melarutkan perasaan pembaca ke dalam
karya yang telah disajikan, dan mampu menambah atau memperluas wawasan
tentang karya sastra. Diharapkan setelah sastra diajarkan di sekolah, siswa
(26)
bentuk suka atau senang membaca semua jenis karya sastra berupa membaca
cerpen, novel, drama, dan puisi.
Pembelajaran sastra pada dasarnya mengemban misi afektif, yaitu
memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya (lebih) tanggap terhadap
peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam,
menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah
manusiawi, pengenalan, dan rasa hormatnya terhadap tata nilai, baik dalam
konteks individual, maupun sosial (Sumardi 1992:196).
Salah satu pembelajaran sastra di sekolah adalah kompetensi
membacakan puisi. Puisi merupakan karya sastra yang berbeda dari karya
sastra yang lain. Puisi memiliki kekhususan baik ditinjau dari segi bahasa,
pilihan kata, dan keindahan dalam setiap baris. Puisi juga memiliki rima dan
irama yang sangat indah ketika puisi itu dibacakan. Salah satu cara untuk
memahami karya sastra puisi adalah dengan meningkatkan kemampuan
pembacaan. Guru dalam mengajarkan sastra di sekolah mempunyai peranan
aktif dalam membimbing anak didiknya mencintai sastra termasuk puisi.
Seorang guru harus mampu membacakan puisi sebagai contoh konkret agar
siswa mampu memahami teknik-teknik dalam membacakan puisi.
Pembelajaran membacakan puisi pada siswa SMP/MTs. kelas VII
diberikan pada semester dua, difokuskan pada membaca indah puisi dengan
menggunakan irama, volume suara, mimik, kinestetik yang sesuai dengan isi
puisi. Kurang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
(27)
kemampuan bersastra dan melakukan optimalisasi dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode, teknik, dan media yang tepat agar memenuhi
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Pembelajaran membacakan puisi di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah
Semarang sudah diajarkan dengan baik, akan tetapi ternyata hasilnya masih
kurang memuaskan, siswa masih kurang memahami cara membacakan puisi
dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek yang ada di dalam
pembacaan puisi, hal ini disebabkan guru masih kurang maksimal dalam
menggunakan metode dan media pembelajaran. Dalam kenyataannya, guru
tidak mempraktikkan di depan kelas bagaimana teknik-teknik yang digunakan
dalam membacakan puisi dan tidak memberi contoh yang nyata kepada siswa
tentang bagaimana cara membacakan puisi yang benar. Sehingga siswa kurang
memahami cara membacakan puisi.
Beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran
membacakan puisi, yaitu guru harus memberi penjelasan tentang pengertian
dan teori membacakan puisi, bagaimana membacakan puisi sesuai aspek-aspek
yang perlu diperhatikan dalam membacakan puisi, memberi contoh konkret
pembacaan puisi mulai dari teknik penghayatan, vokal, dan penampilan, dan
siswa harus banyak berlatih membacakan puisi, karena untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam membacakan puisi, siswa harus sering berlatih
membacakan puisi, bukan hanya melihat pembacaan puisi. Apabila seorang
guru kurang mampu dalam membacakan puisi dengan baik, maka guru dapat
(28)
sebagai contoh konkret untuk siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.
Media yang digunakan dapat melalui media audio visual.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah
Semarang, masih terdapat berbagai permasalahan dalam pembelajaran
membacakan puisi di sekolah. Berbagai permasalah yang dihadapi siswa yaitu
(1) siswa masih belum maksimal dalam memahami materi yang diberikan oleh
guru, (2) siswa masih belum percaya diri dalam membacakan puisi di depan
kelas, (3) siswa masih kurang memperhatikan dan menyimak materi yang
diberikan oleh guru di depan kelas karena proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dianggap membosankan, (4) kurangnya sarana dan prasarana dalam
pembelajaran sastra di sekolah, (5) kurangnya buku penunjang atau sumber
pembelajaran yang relevan, sehingga siswa kurang mampu mengembangkan
pengetahuannya terhadap karya sastra khususnya membacakan puisi, (6) guru
kurang memanfaatkan media yang ada di sekolah, (7) siswa kurang mendapat
pengalaman secara langsung dalam pembelajaran membacakan puisi, (8) siswa
belum optimal dalam membacakan puisi, siswa masih belum menguasai
aspek-aspek dalam membacakan puisi, terutama aspek-aspek penghayatan, dan (9) siswa
masih mementingkan hasil daripada proses, jadi siswa kurang memperhatikan
aspek-aspek dalam membacakan puisi, yang terpenting bagi siswa adalah
mendapatkan nilai dari guru.
Siswa pada umumnya belum mampu membacakan puisi sesuai
dengan aspek-aspek yang ada dalam membacakan puisi. Aspek-aspek yang
(29)
penampilan. Ketiga aspek tersebut sama-sama memiliki peranan yang penting,
aspek penghayatan adalah aspek yang sangat penting dalam membacakan puisi,
akan tetapi dari 39 siswa kelas VIIA lebih dari 70% siswa masih belum mampu
menguasai aspek penghayatan. Nilai rata-rata kelas hanya 59,1 sedangkan
standar ketuntasan minimal nilai bahasa Indonesia adalah 65. Jadi, masih
banyak siswa yang nilainya di bawah rata-rata dan di bawah standar ketuntasan
minimal nilai bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan menghayati puisi sama
halnya dengan menyatukan jiwa puisi dan memahami makna yang terkadung di
dalam puisi serta suasana puisi itu sendiri. Siswa belum mampu dan belum
maksimal menghayati makna yang terkandung di dalam puisi yang sedang
dibacakannya, sehingga dalam membacakan puisi terkesan datar dan kurang
menjiwai makna yang terkandung dalam puisi yang dibacakannya.
Agar pembelajaran membacakan puisi menjadi optimal, siswa
mampu memahami dan mengetahui cara membacakan puisi yang baik dan
benar, serta mampu menghayati makna puisi yang merupakan salah satu aspek
terpenting dalam membacakan puisi, maka diperlukan metode dan media yang
tepat agar siswa tertarik dalam pembelajaran membacakan puisi. Penggunaan
media yang tepat juga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
membacakan puisi karena penggunaan media sangat berperan penting dalam
proses pembelajaran membacakan puisi. Media yang digunakan dalam
pembelajaran membacakan puisi dapat berupa media audio maupun media
audio visual. Namun, akan lebih efektif lagi bila menggunakan media audio
(30)
Dari beberapa permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam
membacakan puisi, terutama dalam aspek penghayatan, maka diperlukan suatu
solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Peneliti memilih metode
Copy The Master sebagai solusi permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
Dengan metode ini diharapkan siswa mampu menghayati dan menjiwai makna
dari puisi yang dibacakannya secara optimal karena metode Copy The Master
adalah suatu metode yang digunakan untuk meniru atau mencontoh teknik dan
cara yang digunakan oleh master ketika membacakan puisi. Jadi, siswa dapat
melihat dan mencontoh teknik penghayatan dari master yang dihadirkan oleh
guru, selain itu dengan metode tersebut diharapkan mampu memotivasi siswa
dalam membacakan puisi.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio
visual. Alasan digunakannya media audio visual untuk mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran membacakan puisi disebabkan media audio
visual ini lebih efektif digunakan daripada menampilkan model secara
langsung. Penggunaan media audio visual ini juga praktis dan memudahkan
guru dalam proses pembelajaran sehingga guru tidak perlu memberikan contoh
membacakan puisi di depan kelas dan guru tidak perlu menghadirkan master
yang membacakan puisi di dalam kelas. Media audio visual adalah jenis media
yang selain unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat dan
kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik sebab
mengandung kedua unsur jenis media audio dan visual (Sanjaya 2008:172).
(31)
membacakan puisi secara konkret dan mampu mendengarkan suara dari
master. Media audio visual ini juga dapat ditampilkan secara berulang-ulang
bila siswa belum memahami aspek-aspek dalam membacakan puisi. Dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual ini, diharapkan siswa
mampu membacakan puisi sesuai dengan aspek-aspek pembacaan puisi,
mampu menghayati makna yang terkandung di dalam puisi, mampu memenuhi
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan, dan mampu
memecahkan permasalahan dalam pembelajaran membacakan puisi.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian
keterampilan membacakan puisi siswa di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah
Semarang dengan metode Copy The Master melalui media audio visual yang
diharapkan mampu meningkatkan nilai siswa dalam membacakan puisi
terutama pada aspek penghayatan.
1.2Identifikasi Masalah
Keterampilan siswa dalam membacakan puisi masih kurang
maksimal dan rata-rata kelas menunjukkan bahwa nilai siswa belum memenuhi
standar nilai. Dalam pembacaan puisi, siswa harus paham benar tentang teori
membacakan puisi beserta teknik-teknik dalam pembacaan puisi agar siswa
mampu mengekspresikan puisi sesuai dengan isi puisi. Banyak masalah yang
muncul dalam meningkatkan keterampilan membacakan puisi yang disebabkan
oleh faktor guru, siswa, dan sarana prasarana dalam pembelajaran membacakan
(32)
Cara mengajar guru yang kurang inovatif dan kreatif, mengakibatkan
siswa kurang memahami materi membacakan puisi. Guru masih menggunakan
metode ceramah dalam mengajarkan membacakan puisi sehingga siswa belum
memahami teknik-teknik membacakan puisi. Ketika guru menjelaskan di
depan kelas, tidak jarang siswa yang asyik berbicara sendiri dengan teman
sebangkunya. Hal ini disebabkan guru kurang menggunakan metode yang
bervariasi. Guru juga tidak memanfaatkan media semaksimal mungkin dalam
pembelajaran membacakan puisi, dan guru juga tidak memberikan contoh atau
model orang yang membacakan puisi di depan kelas. Jadi, siswa hanya
mengetahui teorinya saja, tanpa mengetahui bagaimana cara praktik langsung
dan teknik-teknik dalam pembacaan puisi. Dalam keterampilan membacakan
puisi, media yang tepat untuk digunakan adalah media audio visual.
Siswa dalam menerima pelajaran tentang membacakan puisi masih
kurang antusias dan tidak termotivasi, sehingga nilai yang diperoleh masih
kurang maksimal. Hal ini disebabkan ada dua faktor yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Adapun faktor internal berasal dari siswa itu sendiri yang
meliputi (1) kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
membacakan puisi karena dianggap membosankan, (2) siswa meremehkan
materi keterampilan membacakan puisi karena siswa menganggap mudah
dalam membacakan puisi tanpa mengetahui teknik-teknik dan aspek-aspek
yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi, (3) siswa masih belum
percaya diri dalam membacakan puisi di depan kelas, (4) siswa kurang
(33)
puisi, sehingga siswa masih bingung bagaimana cara membacakan puisi
dengan ekspresi, irama, dan volume suara dengan penekanannya. (5) siswa
kurang mendapat pengalaman secara langsung dalam pembelajaran
membacakan puisi, dan (6) siswa masih mementingkan hasil daripada proses,
jadi siswa kurang memperhatikan aspek-aspek dalam membacakan puisi, yang
terpenting bagi siswa adalah mendapatkan nilai dari guru.
Faktor eksternal yang menyebabkan kurangnya nilai siswa pada
keterampilan membacakan puisi adalah (1) metode dan teknik yang digunakan
oleh guru dalam pembelajaran membacakan puisi kurang variatif dan
membosankan karena metode yang digunakan sangat monoton, (2) kurangnya
latihan membacakan puisi yang diberikan oleh guru, (3) sedikitnya waktu
dalam pembelajaran sastra terutama membacakan puisi sehingga membatasi
kreatifitas siswa, (4) kurangnya model yang membacakan puisi yang
ditujukkan oleh guru kepada siswa, sehingga siswa hanya mempelajari buku
panduan dan tidak melihat secara langsung pembacaan puisi yang dibacakan
oleh model, dan (5) guru tidak menggunakan media yang ada di sekolah.
Sarana dan prasarana di sekolah sangat mempengaruhi keberhasilan
ketercapaian kompetensi dalam pembelajaran membacakan puisi. Jika sarana
dan prasarana masih kurang memadahi, maka proses pembelajaran menjadi
terhambat, terutama dalam proses pembelajaran membacakan puisi. Jika sarana
dan prasarana sudah memadahi, akan tetapi tidak digunakan secara optimal dan
maksimal, maka proses pembelajaran pun menjadi terhambat terutama dalam
(34)
1.3Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam
pembelajaran membacakan puisi sangat banyak, akan tetapi yang diteliti oleh
penulis adalah permasalahan membacakan puisi dari aspek motivasi dan
ekspresi yaitu teknik penghayatan, vokal, dan penampilan, terutama pada aspek
penghayatan. Permasalahan tersebut akan diatasi dengan metode Copy The
Master Melalui Media Audio Visual.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelas
VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang setelah dilakukan pembelajaran
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
2. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP
Atthohiriyyah Semarang dalam mengikuti pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
1.5Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsi peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelas
VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dengan metode Copy The Master
(35)
2. Mendeskripsi perubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah
Semarang dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual.
1.6Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, baik
secara teoretis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk menambah khasanah penelitian dalam aspek keterampilan
membacakan puisi di SMP Atthohiriyyah Semarang, sehingga dapat
meningkatkan mutu kualitas pendidikan di sekolah tersebut agar lebih
baik dari yang sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat
untuk memberikan alternatif bagi guru untuk menggunakan metode
Copy The Master dan media audio visual ketika kegiatan
pembelajaran puisi di sekolah dan tidak hanya menggunakan metode
ceramah secara teoretis saja sehingga siswa tidak merasa bosan dalam
proses pembelajaran dan dapat meningkatkan keterampilan siswa
(36)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan alternatif untuk
memperbaiki kinerja dalam pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master dan memanfaatkan media
audio visual. Penggunaan metode dan media ini, dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam membacakan puisi,
karena dengan metode Copy The Master siswa dihadirkan
master yang membacakan puisi dari master yang sudah ahli baik
dari sastrawan, guru itu sendiri, atau dari siswa yang sering
memenangkan perlombaan puisi. Master tersebut ditampilkan
oleh guru melalui media audio visual sehingga semua siswa
dapat melihat dan mendengar secara langsung pembacaan puisi
tersebut, sehingga siswa tidak merasa bosan dan termotivasi
dalam pembelajaran membacakan puisi.
b. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang
nyata kepada siswa tentang bagaimana membacakan puisi yang
benar dengan memperhatikan teknik-teknik tertentu. Hal ini juga
dapat meningkatkan keterampilan membacakan puisi siswa
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual,
sehingga siswa akan lebih mudah dalam pembelajaran
(37)
secara langsung contoh pembacaan puisi dari master yang sudah
ahli dalam membacakan puisi.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan
tentang penggunaan metode Copy The Master melalui media
audio visual dan dapat menerapkan metode dan media tersebut
(38)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1Kajian Pustaka
Penelitian tentang peningkatan keterampilan membaca aspek
berbahasa sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai keterampilan
aspek bersastra terutama keterampilan membacakan puisi masih sedikit.
Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang relevan dan dapat
memberikan manfaat dan informasi bagi peneliti. Dari hasil penelitian tentang
membacakan puisi sudah banyak manfaat yang dapat menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran membacakan puisi. Beberapa hasil penelitian terdahulu
yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu peningkatan keterampilan
membacakan puisi dan metode yang digunakan, dapat dijadikan sebagai kajian
pustaka dalam penelitian ini. Penelitian tersebut sudah dilakukan oleh
Rosenblum, dkk. (2000), Snowden, dkk. (2003), Widiastuti (2007), Nurmala
(2008), Aminanto (2008), Rokhanawati (2008), Hati (2009), dan Ismail (2009).
Penelitian Rosenblum, dkk. (2000) yang berjudul Face and Mouth
Inversion Effects On Visual and Audio Visual Speech Perception mengkaji
tentang kinerja pidato dengan konteks wajah tegak dengan mulut tegak dan
wajah terbalik dengan mulut tegak serta efek mulut dalam persepsi pidato
visual dan audio visual. Mendengarkan pidato dengan cara visual dan audio
visual dapat menyampaikan informasi kepada pendengar, pendengar mampu
memahami pembicaraan dari pidato secara visual dan audio visual. Ada bukti
(39)
bahwa persepsi ujaran visual merupakan komponen penting dari pidato umum
proses persepsi. Hasil dari penelitian ini yaitu dalam mendengarkan pidato,
pendengar akan lebih mudah memahami informasi dalam pidato melalui media
visual dan audio visual dengan wajah tegak dengan mulut tegak lurus yang
dianggap relatif normal.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas adalah sama-sama menggunakan media audio visual yang digunakan
untuk memperjelas pemahaman pendengar dalam menyampaikan informasi.
Media audio visual terdiri atas unsur gambar dan suara, sehingga penonton
dapat melihat dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh penutur.
Subjek penelitian di atas berbeda dengan subjek penelitian yang diangkat oleh
peneliti. Subjek penelitian di atas adalah menyampaikan pidato, sedangkan
subjek penelitian peneliti yaitu membacakan puisi.
Penelitian Snowden, dkk. (2003) yang berjudul The Teacher
Directed Shared Reading Experience: A Strategy for Literacy Instructional Scaffolding mengkaji tentang startegi dalam membaca agar siswa mampu
memahami bacaan. Dengan menggunakan pengalaman membaca yang
mengutamakan tiga tujuan utama membaca yaitu tingkah laku/sikap, isi
bacaan, dan proses membaca. Guru ikut serta dalam menggunakan strategi
pembelajaran berdasarkan syarat-syarat kebahasaan. Setelah pembaca mulai
mengenal bacaan, mereka akan memahami bacaan dan mendapatkan informasi
(40)
peningkatan siswa dalam membaca dan mencapai hasil yang diinginkan yaitu
mampu memahami bacaan.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas adalah sama-sama mengkaji tentang membaca (dalam konteks membaca
puisi). Dalam penelitian di atas, menjelaskan bahwa membaca untuk
menemukan informasi membutuhkan strategi dalam memahami bacaan. Hal ini
sama halnya dengan membacakan puisi, membacakan puisi juga membutuhkan
strategi agar pendengar mampu memahami makna dari puisi yang pembaca
bacakan.
Penelitian Widiastuti (2007) yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Membacakan Puisi Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 Bawang Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2007/2008 dengan Teknik Latihan Berjenjang Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan menyimpulkan
bahwa keterampilan membacakan puisi siswa kelas XB SMA Negeri 1 Bawang
dengan teknik latihan berjenjang pendekatan kontekstual komponen pemodelan
dari prasiklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes
prasiklus menunjukkan skor rata-rata kelas sebesar 49,3 dan termasuk kategori
sangat kurang, kemudian siklus I memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 68,5
dan termasuk dalam kategori cukup. Pada hasil tes membacakan puisi antara
prasiklus dan siklus I mengalami peningkatan sebesar 18,72 atau 38%.
Sedangkan peningkatan yang terjadi pada siklus I sampai siklus II sebesar
(41)
termasuk dalam kategori baik. Peningkatan yang terjadi dari hasil tes
membacakan puisi prasiklus sampai siklus II sebesar 30,43 atau 38%.
Relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang diangkat oleh
peneliti memiliki kesamaan yaitu pada subjek penelitian keterampilan
membacakan puisi. sedangkan teknik yang digunakan dan objek penelitiannya
berbeda. Dalam penelitian di atas, objek penelitiannya adalah siswa SMA kelas
X, sedangkan objek penelitian yang peneliti lakukan adalah pada siswa kelas
VII SMP. Jadi topik yang peneliti angkat merupakan pengembangan dari
penelitian keterampilan membacakan puisi dengan metode Copy The Master,
selain menggunakan teknik dan pendekatan seperti yang terdapat dalam
penelitian di atas.
Penelitian Nurmala (2008) yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Membacakan puisi Melalui Teknik Pemodelan dengan Menggunakan Media
VCD Siswa Kelas X-2 SMA Muhammadiyah Semarang menyimpulkan bahwa
keterampilan membacakan puisi siswa kelas X-2 SMA Muhammadiyah 1
Semarang mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran puisi
melalui teknik pemodelan dengan menggunakan media VCD. Peningkatan
pada siswa ini dapat dilihat dari hasil tes keterampilan membacakan puisi pada
siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan. Pada hasil tes prasiklus
hanya ada 1 siswa atau 3,1% yang memiliki kategori baik dalam membacakan
puisi, 4 siswa atau 12,1% yang memiliki kategori cukup, dan sebanyak 84%
siswa yang memiliki kategori kurang. Kemampuan rata-rata kelas yaitu 48,5
(42)
% yang termasuk dalam kategori baik, ada 17 siswa yang termasuk dalam
kategori cukup yaitu 52,3%, sedangkan siswa yang memiliki kategori kurang
adalah 14 siswa atau 39,3%. Dalam siklus I nilai rata-rata kelas dalam
membacakan puisi adalah 56,2% atau kategori cukup. Pada siklus II, nilai
rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 1,6% dari 56,2% pada tes siklus I
menjadi 57,8 pada tes siklus II. Jadi hasil nilai rata-rata kelas pada siklus I
sebesar 56,2 atau pada kategori cukup. Hasil nilai rata-rata pada kelas pada
siklus II sebesar 57,8 atau kategori cukup. Selisih rata-rata antara siklus I dan
siklus II sebanyak 1,6. Jadi nilai membacakan puisi siswa meningkat tiap
siklusnya.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas adalah sama-sama menggunakan media VCD atau media audio visual
dalam membacakan puisi. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui secara
konkret bagaimana pembacaan puisi karena media audio visual dapat melihat
gambar dan suara dari orang yang membacakan puisi. Objek penelitian yang
peneliti kaji berbeda dengan penelitian di atas. Jadi penulis ingin
mengembangkan media ini dengan subjek yang berbeda yaitu pada siswa kelas
VII SMP tidak hanya digunakan pada siswa kelas X SMA saja.
Penelitian Aminanto (2008) dengan judul Peningkatan Keterampilan
Membacakan puisi dengan Teknik Latihan Terbimbing dan Media Reading Box pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 39 Semarang menyimpulkan bahwa
keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIB SMP Negeri 39 Semarang
(43)
terbimbing dan media Reading Box mengalami peningkatan. Penilaian
berdasarkan pada penguasaan penghayatan. Hasil analisis data dari tes siklus I
dan tes siklus II mengalami peningkatan. Pada pembelajaran membacakan
puisi siklus I mencapai nilai rata-rata 68,9 dan pada siklus II meningkat
menjadi 76,3 dan termasuk dalam kaegori baik. Pada siklus I dan siklus II
terjadi peningkatan sebesar 10,7%.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas yaitu memiliki objek dan subjek penelitian yang sama. Subjek
penelitiannya sama-sama keterampilan membacakan puisi dan objeknya adalah
siswa kelas VII SMP, sehingga penelitian di atas dapat dijadikan kajian pustaka
dalam penelitian ini, karena objek dan subjek kajiannya sama. Penelitian yang
diangkat oleh peneliti merupakan pengembangan dari penelitian di atas berupa
penggunaan metode dan media dalam proses pembelajaran membacakan puisi.
Penelitian Rokhanawati (2008) dengan judul Peningkatan
Keterampilan Menulis Poster dengan Metode Copy The Master pada Siswa Kelas VIIIA MTs. Al Hidayah Banjarharjo, Kabupaten Brebes. Penelitian
tersebut memang bukan penelitian dalam aspek keterampilan membacakan
puisi akan tetapi aspek keterampilan menulis poster. Akan tetapi penelitian ini
dapat dijadikan kajian pustaka yang relefan karena metode yang digunakan
sama dengan metode yang akan digunakan oleh peneliti, yaitu sama-sama
dengan menggunakan metode Copy The Master. Dengan menggunakan metode
Copy The Master, keterampilan menulis teks poster pada siswa kelas VIIIA
(44)
ini dapat dilihat dari hasil prasiklus, siklus I, dan siklus II yang semakin
meningkat. Hasil tes prasiklus menunjukkan rata-rata skor sebesar 60,6, siklus
II menunjukkan rata skor sebanyak 65,06. Sedangkan pada siklus II
rata-rata skornya mencapai 73,1. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari prasiklus
ke siklus I sebesar 4,46 dan dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 8,04.
Dengan demikian terjadi peningkatan tiap siklusnya dengan pembelajaran
menggunakan metode Copy The Master.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas menggunakan metode yang sama, yaitu sama-sama menggunakan metode
Copy The Master. Perbedaan pada penelitian ini, pada penelitian di atas,
metode Copy The Master digunakan untuk aspek keterampilan menulis poster.
Akan tetapi metode tersebut dijadikan penulis untuk mengembangkan subjek
penelitiannya. Metode yang biasanya digunakan untuk aspek menulis
kemudian diadopsi menjadi keterampilan membacakan puisi. Selain itu objek
kajian penelitian juga sama-sama siswa kelas VII SMP.
Penelitian Hati (2009) dengan judul Peningkatan Keterampilan
Membacakan Puisi dengan Teknik Jangkar Emosi dan Media VCD pada Siswa Kelas X-6 SMA Negeri 1 Batang menyimpulkan bahwa keterampilan
membacakan puisi siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Batang mengalami
peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik jangkar emosi dan
media VCD. Peningkatan keterampilan ini dapat dilihat dari hasil tes siklus
keterampilan membacakan puisi antara siklus I dan siklus II yang mengalami
(45)
pemenggalan 66,87, aspek mimik 70, aspek lafal 78,75, aspek nada 63,12,
aspek tekanan 68,75, aspek intonasi 75, aspek jeda 67,5, aspek gesture 61,25,
aspek penguasaan panggung 64,06. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa keterampilan membacakan puisi pada siklus I termasuk dalam kategori
cukup. Pada siklus II menunjukkan nilai rata-rata siswa dalam tiap aspek yaitu
dalam aspek pemenggalan 75,62, aspek mimik 79,37, aspek lafal 84,37, aspek
nada 78,12, aspek tekanan 79,37, aspek intonasi 82,5 aspek jeda 76,25, aspek
gesture 74,37 dan aspek penguasaan panggung 73,75. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keterampilan membacakan puisi pada siklus II terbukti
dalam kategori baik. Hasil rata-rata pada siklus sebesar 67,4 dengan kategori
cukup. Hasil rata-rata siklus II adalah 77,93 dengan kategori baik. Peningkatan
rata-rata pada siklus I dan siklus II adalah 10,53 atau sebesar 15% dari rata-rata
siklus I.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas yaitu memiliki subjek penelitian yang sama, yaitu sama-sama meneliti
tentang keterampilan membacakan puisi dengan media VCD. Media VCD
sama halnya dengan media audio visual. Jadi topik yang peneliti angkat
merupakan pengembangan dari teknik yang digunkan dalam membacakan
puisi. Selain menggunakan teknik, untuk meningkatkan keterampilan
membacakan puisi juga dapat menggunakan metode agar pembelajaran puisi
mencapai hasil yang maksimal.
Penelitian Ismail (2009) dengan judul Peningkatan Kemampuan
(46)
Audio Visual Siswa Kelas VII SMP Islam Al Irsyad Kota Semarang menyimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam membacakan
puisi melalui pembelajaran membacakan puisi dengan metode latihan
berjenjang menggunakan media audio visual dan terjadi perubahan perilaku
siswa ke arah positif. Nilai rata-rata kelas membacakan puisi yang dicapai pada
siklus I yaitu 65,7 dengan kata lain masuk kategori cukup. Pada siklus II
meningkat sebesar 6,5% dengan nilai rata-rata kelas 73,4 atau dengan kata lain
masuk kategori baik. Dengan kata lain peningkatan yang terjadi pada siklus I
sampai siklus II adalah sebesar 7,7 atau 6,5%.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas yaitu menggunakan media yang sama yaitu media audio visual dan objek
penelitian yang sama yaitu siswa kelas VII SMP. Akan tetapi peneliti
menggunakan media yang berbeda dengan metode penelitian di atas. Metode
penelitian di atas menggunakan metode penelitian berjenjang, sedangkan
metode dalam penelitian ini menggunakan metode Copy The Master. Jadi
metode yang digunakan oleh peneliti merupakan pengembangan dari metode
penelitian di atas.
Berdasarkan kajian pustaka di atas, peningkatan keterampilan
membacakan puisi telah banyak dilakukan dengan menggunakan teknik
pemodelan, latihan berjenjang, jangkar emosi, latihan tebimbing, dan
pemanfaatan media audio visual yang berupa VCD. Dari beberapa hasil kajian
pustakan di atas, tampak bahwa peningkatan keterampilan membacakan puisi
(47)
diteliti. Metode Copy The Master hanya digunakan untuk aspek menulis poster.
Peneliti ingin mencoba menggunakan metode Copy The Master dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan media audio visual. Penelitian ini
dilakukan dengan harapan penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian
sebelumnya dan merupakan pengembangan dari metode yang sudah diteliti
seperti yang telah dipaparkan di atas.
2.2Landasan Teoretis
Landasan teoretis adalah teori-teori yang relevan dan digunakan untuk
menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teoretis juga berfungsi sebagai
dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang yang
diajukan oleh peneliti, serta dapat membantu penyusunan dalam instrumen
penelitian.
Landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) hakikat
membaca, (2) hakikat puisi, (3) hakikat membacakan puisi, (4) metode Copy The
Master, dan (5) media audio visual.
2.2.1 Hakikat Membaca
Hakikat membaca merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan teori
tentang membaca dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan
variabel-variabel penelitian. Landasan teoretis tentang hakikat membaca yaitu (1)
pengertian membaca, (2) tujuan membaca, (3) ragam membaca, dan (4) membaca
(48)
2.2.1.1Pengertian Membaca
Aminuddin (2004:15) menjelaskan bahwa upaya pemahaman
unsur-unsur dalam bacaan sastra tidak dapat dilepas dari masalah membaca. Sebab itu
sebelum melaksanakan kegiatan apresiasi dalam rangka usaha memahami
unsur-unsur intrinsik dalam teks sastra, masalah membaca sedikit banyak harus
dipahami oleh para calon apresiator. Istilah membaca dapat mencakup
pengertian yang luas sekali. Hal itu terjadi karena membaca dapat dibedakan
dalam berbagai ragam sesuai dengan (1) tujuan, (2) proses kegitan, (3) objek
bacaan, dan (4) media yang digunakan.
Aminuddin (2004:15) memaparkan beberapa rumusan pengertian
membaca sebagai berikut:
a. Membaca adalah mereaksi yaitu memberikan reaksi karena dalam
seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf
sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya.
b. Membaca adalah proses yang pada dasarnya adalah kegiatan yang cukup
kompleks. Disebut kompleks karena membaca melibatkan berbagai
aspek, baik fisik, mental, bekal pengalaman dan pengetahuan maupun
aktivitas berpikir dan merasa.
c. Membaca adalah pemecahan kode dan penerimaan pesan.
d. Membaca adalah kegiatan bertujuan, kunci pemerolehan informasi atau
pengetahuan, dan membaca adalah kreatifitas karena dalam membaca
seseorang bukan hanya melakukan analisis, tetapi juga sintesis. Bukan
(49)
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk
di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan
menulis) (Haryadi 2007:4). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga,
membaca adalah melihat serta memahami dari apa yang tertulis, melafalkan
tulisan (Depdiknas 2007:98).
Membaca merupakan suatu aktivitas yang sangat jamak dilakukan bagi
siapa pun, di mana pun, dan kapan pun berikut dengan objek yang sangat
beraneka ragam. Aktivitas membaca sebenarnya bisa dikatakan
gampang-gampang susah, yakni sesungguhnya bergantung pada kondisi dan situasi baik
yang datang dari si pembaca itu sendiri, bahan bacaan, maupun dari lingkungan
tempat aktivitas itu berlangsung (Nuriadi 2008:1).
Berdasarkan definisi pengertian membaca oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas melihat
lambang-lambang tulisan dalam bentuk rangkaian huruf, kata, kalimat, dan paragraf
untuk memperoleh infomasi, proses penerimaan pesan dari penulis dan
pembaca, dan suatu proses memahami makna dalam kata atau kalimat-kalimat
dalam bacaan tersebut.
2.2.1.2Tujuan Membaca
Suyitno (1985:37) memaparkan bahwa tujuan pembelajaran membaca
(50)
1. Untuk mendapatkan penyempurnaan penguasaan segala hal yang
berkait dengan teknik membaca, sehingga anak dapat membaca dengan
tepat dan cepat.
2. Untuk mendapatkan penyempurnaan pemahaman isi buku-buku,
majalah, surat kabar, brosur, dan media massa lainnya.
3. Untuk mendapatkan penambahan perbendaharaan kata sehingga anak
mampu berbahasa tingkat lanjut, baik reseptif maupun
aktif-produktif.
4. Untuk mendapatkan penumbuhan kesadaran akan kepentingan
membaca sebagai sarana mendapatkan informasi untuk memperluas
perbendaharaan pengetahuannya, sehingga minat anak untuk selalu
membaca akan tumbuh secara teratur.
5. Untuk mendapatkan penumbuhan sikap suka mencari kesenangan,
kenikmatan, kepuasan batin dari bacaan, sehingga anak dapat
memahami dan menghayati karya sastra.
Untuk mendapatkan informasi, pembaca perlu membuat atau mengikuti
sistem atau cara kerja dalam membaca (Haryadi 2007:11). Nuriadi (2008:1)
menjelaskan bahwa tujuan membaca untuk (1) memperoleh pengetahuan
sebanyak-banyaknya, dan (2) mencari hiburan, sehingga aktivitas ini akan
terasa ringan dan menyenangkan. Tujuan membaca adalah mendapatkan
(51)
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan yang
paling utama dalam proses membaca adalah untuk memperoleh informasi dari
sumber tertulis. Informasi ini diperoleh dari proses pemahaman makna tiap
rangkaian kata dan kalimat.
2.2.1.3Ragam Membaca
Aminuddin (2004:17-21) mendefinisikan tujuh ragam membaca yang
secara keseluruhan meliputi:
1. Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang berusaha
memahami keseluruhan isi bacaan secara mendalam sambil
menghubungkan isi bacaan itu dengan pengalaman maupun
pengetahuan yang dimiliki pembaca tanpa diikuti gerak lisan maupun
suara.
2. Membaca cepat adalah ragam membaca yang dilaksanakan dalam
waktu yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara
garis besar saja.
3. Membaca teknik adalah membaca yang dilaksanakan secara bersuara
sesuai dengan aksentuasi, intonasi, dan irama yang benar selaras dengan
gagasan serta suasana penuturan dalam teks yang dibaca.
4. Membaca bahasa yaitu kegiatan membaca yang bertujuan memperkaya
kosakata, mengembangkan kemampuan menyusun kalimat, perolehan
gaya bahasa yang keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk
(52)
5. Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang dilatarbelakangi tujuan
menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar
dalam suatu teks sastra.
6. Membaca kritis adalah kegiatan membaca dengan menggunakan pikiran
dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan
suatu konsep dengan jalan membandingkan isi teks sastra yang dibaca
dengan pengetahuan, pengalaman serta realitas lain yang diketahui
pembaca untuk memberikan identifikasi, perbandingan, penyimpulan,
dan penilaian.
7. Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang dilatari tujuan
menerapkan perolehan pemahaman dari pembaca untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang bersifat aplikatif.
Selanjutnya, Aminuddin (2004:21) juga meninjau ragam membaca dari
cara yang digunakan, membaca dapat dibedakan antara membaca secara
scanning dan membaca secara skimming. Membaca secara skimming adalah
membaca secara cepat atau bahkan secepat kilat untuk menemukan
gagasan-gagasan inti dalam bacaan. Membaca skaning adalah membaca yang
dilaksanakan secara bertahap, mulai dari aspek yang paling kecil, misalnya
bunyi dan kata, sampai ke aspek yang besar yaitu pokok-pokok pikiran yang
(53)
Dari beberapa definisi ragam membaca di atas, dapat disimpulkan
bahwa membacakan puisi termasuk ke dalam membaca estetis atau membaca
indah.
2.2.1.4Membaca Indah (Estetis)
Suyitno (1985:36) mengemukakan bahwa membaca indah sama halnya
dengan membaca emosional yang bertujuan untuk menikmati keindahan,
memberikan kepuasan perasaan dan juga melatih pembentukan fantasi terhadap
pembaca. Contoh dari membaca indah yaitu ketika pembacaan puisi.
Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu,
pembaca harus memperhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan jeda.
Tujuannya agar isi puisi dapat terekspresikan dengan jelas sehingga pendengar
bisa memahami maksud penyairnya dengan baik (Kosasih 2008:47).
Aminuddin (2004:20) mengemukakan bahwa dari berbagai ragam
membaca di atas, yang memiliki kaitan utama dengan kegiatan mengapresiasi
karya sastra khususnya membacakan puisi, adalah ragam membaca estetis atau
membaca indah. Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang
dilatarbelakangi tujuan menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan
yang terpapar dalam suatu teks sastra. Agar pembaca mampu menghayati dan
mampu mengapresiasikan puisi, terlebih dahulu pembaca harus memahami isi
serta suasana puisi yang dibacakannya.
Kemampuan membaca indah tentu tidak diperoleh dalam waktu yang
(54)
bentuk keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu keterampilan yang
perlu dilatih dan mampu memahami maksud penulis dengan cepat, efektif, dan
efisien. Contoh membaca indah adalah membacakan puisi, agar membacakan
puisi terlihat indah dan dapat menyampaikan makna puisi maka pembaca perlu
memperhatikan teknik-teknik dalam membacakan puisi.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca puisi
termasuk ke dalam membaca estetis atau membaca indah karena membaca
estetis merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami dan
mengapresiasikan makna dari puisi yang dibacanya.
2.2.2 Hakikat Puisi
Hakikat puisi merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan teori
tentang puisi dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan
variabel-variabel penelitian. Landasan teoretis tentang hakikat puisi yaitu (1) pengertian
puisi dan (2) unsur-unsur puisi.
2.2.2.1Pengertian Puisi
Sampai sekarang belum ada batasan yang tepat tentang pengertian puisi.
Namun beberapa definisi telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian
puisi. Secara umum pengertian puisi adalah sebuah deretan kata-kata indah yang
diciptakan sesuai dengan perasaan pengaranganya.
Sumardi, dkk. (1997:3) puisi adalah karangan bahasa yang khas yang
(55)
terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan
ditafsirkan secara estetik. Kekhasan susunan bahasa dan susunan peristiwa itu
diharapkan dapat menggugah rasa terharu pembaca. Puisi sebagai jenis sastra
memiliki susunan bahasa yang relatif lebih padat dibandingkan dengan prosa.
Pemilihan kata atau diksi dalam cipta puisi dapat dikatakan sangat ketat.
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‗membuat‘ atau poeisis‗pembuatan‘, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan ‗membuat‘ dan ‗pembuatan‘ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah
Aminudin (2004:134).
Menurut Hudson dalam Aminudin (2004:134) mengungkapkan bahwa
puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media
penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan untuk
menggunakan garis dan warna untuk menggambarkan gagasan pelukisnya.
Tarigan dalam Djojosuroto (2005:10) mengatakan bahwa kata puisi
berasal dari bahasa Yunani ―poesis‖ yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poetry yang berarti puisi, poet berarti penyair, poem berarti
syair, sajak. Arti yang semacam ini lama kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi ―hasil seni sastra yang kata-katanya diusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kiasan‖. Dapat dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, sedangkan prosa
(56)
Djojosuroto (2005:9) mendefinisikan bahwa puisi adalah suatu sistem
penulisan yang margin kanan dan penggantian barisnya ditentukan secara
internasional oleh suatu mekanisme yang terdapat dalam baris itu sendiri. Aspek
penting dari puisi terlihat dalam etimologi kata puisi itu sendiri. Puisi atau (verse)
berasal dari bahasa Latin Versus yang berasal dari kata kerja verso,versare, yang
berarti to turn (mengadap). Dalam bahasa Inggris verse mengacu pada pengaturan
baris demi baris yang disengaja yang membedakannya dari prosa (Wallace dalam
Djojosuroto 2005:9-10).
Beberapa pendapat dari ahli mencoba mendefinisikan definisi batasan
puisi yang terangkum dalam buku Pradopo (2009:5-7) sebagai berikut:
1. Wirjosoedarmo mendefinisikan bahwa puisi itu karangan yang terikat
oleh (a) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan); (b)
banyak kata dalam tiap baris; (c) banyak suku kata dalam tiap baris; (d)
rima; (e) irama.
2. Altenbernd mendefinisikan puisi adalah pendramaan pengalaman yang
bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum).
3. Samuel Taylor Coleridge mendefinisikan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur yang lain sangat erat
hubungannya, dan sebagainya.
4. Carlyle berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
(57)
seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang
menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu
dengan mempergunakan orkestra bunyi.
5. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan yang
imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
6. Audien mendefinisikan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan
perasaan yang bercampur-baur.
7. Dunton berpendapat bahwa puisi itu merupakan pemikiran manusia
secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Disini
misalnya dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik
(misalnya selaras, simetris, memilih kata-katanya tepat, dan lain
sebagainya) dan bahasanya penuh perasaan serta berirama seperti musik
(pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).
8. Shelley mendefinisikan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang
paling indah dalam hidup pembaca.
Pradopo (2009:7) menyimpulkan beberapa definisi tentang pengertian
puisi dari para ahli yang tersebut di atas. Puisi itu mengekspresikan pemikiran
yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam
susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang pentig yang direkam
dan diekspresikan dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu
merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah
(58)
Dari berbagai pendapat sastrawan di atas tentang definisi pengertian
puisi, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ungkapan perasaan atau curahan
hati pengarang, baik dalam keadaan sedih maupun gembira, baik pengalaman
pribadi pegarang atau pengalaman orang lain mengenai sesuatu yang dirasakan,
dilihat, atau dipikirkannya dan merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif
manusia disampaikan melalui tulisan rangkaian kata-kata indah dan padat yang
mengandung makna, rima, dan irama yang disusun sedemikian rupa oleh
pengarangnya.
2.2.2.2Unsur-unsur Puisi
Waluyo (1991:71) mendefinisikan bahwa unsur-unsur bentuk atau
struktur fisik puisi, yaitu unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi.
Unsur-unsur itu adalah (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa
figuratif (majas), (5) versifikasi, dan (6) tata wajah.
Menurut Aminuddin (2004:136) bangun struktur puisi adalah unsur
pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut meliputi (1)
bunyi, (2) kata, (3) larik atau baris, (4) bait, dan (5) tipografi. Bangun struktur
tersebut sebagai salah satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam
puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin
dan daya kritis pikiran pembaca.
Senada dengan Aminuddin, Suharianto (2005:38-49) juga
mengungkapkan beberapa unsur-unsur dalam karya sastra puisi yaitu (1) tema, (2)
(59)
Djojosuroto (2005:15) juga mendefinisikan unsur puisi yang terdiri atas
struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik terdiri atas diksi, gaya bahasa,
dan bunyi. Sedangkan struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.
1. Tema
Waluyo (2003:17) mengemukakan bahwa tema adalah gagasan
pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya.
Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui
latar belakang penyair agar tidak tidak salah menafsirkan tema tersebut.
Tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari
keseluruhan makna dalam suatu puisi (Aminuddin 2004:151).
Seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan
media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Dengan
demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan
(Suharianto 2005:38).
Djojosuroto (2005:15) mendefinisikan tema adalah gagasan pokok
yang dikemukakan penyair lewat puisinya. Tema puisi biasanya
mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki.
Kosasih (2008:37) tema puisi merupakan gagasan utama penyair
dalam puisinya, gagasan penyair cenderung tidak selalu sama dan besar
(60)
2. Diksi
Berdasarkan bentuk dan isi, kata dalam puisi dapat dibedakan
antara (1) lambang, yaitu kata-kata itu mengandung makna seperti makna
kamus atau makna leksikal, (2) ulterance atau indice yaitu kata-kata yang
mengandung makna sesuai keberadaan dalam konteks pemakaian, (3)
simbol, bila kata itu mengandung makna ganda (Aminuddin 2004:140).
Diksi yang dihasilkan oleh penyair memerlukan proses yang
panjang. Penyair tidak menentukan sekali jadi diksi yang akan digunakan
dalam puisi. Oleh sebab itu, seorang penyair menulis puisi menggunakan
pilihan kata yang cermat dan sistematis untuk menghasilkan diksi yang
cocok dengan suasana (Leech dalam Djojosuroto 2005:16).
Wiyanto (2005:34) mengemukakan bahwa diksi adalah pemilihan
kata untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Selain itu, diksi adalah
kemampuan memilih kata denga cermat sehingga dapat membedakan
secara tepat nuansa makna dan kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa.
Menurut Waluyo (dalam Kosasih 2008:33), diksi adalah kata-kata
yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat
cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan
bunyinya, maupun hubungan kata dengan kata-kata lain dalam baris dan
(61)
3. Rima dan Irama
Waluyo (1991:90-94) mengemukakan bahwa rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestra. Irama atau ritme sangat berhubungan dengan bunyi dan juga
berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat serta
pemotongan frasa yang berulang-ulang.
Aminuddin (2004:137) mengemukakan pengertian rima adalah
bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada
akhir larik-larik puisi. Irama yaitu bunyi yang menimbulkan unsur
musikalitas baik berupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah,
panjang-pendek, dan kaut lemah yang keseluruhannya mampu menimbulkan
kemerduan.
Senada dengan Aminuddin, Suharianto (2005:45) juga
mengemukakan pengertian rima adalah istilah lain untuk persajakan atau
persamaan bunyi. Sedangkan irama yang disebut juga dengan ritme adalah
tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lembut, atau cepat dan lambatnya
kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca.
Rima (sajak) adalah persamaan atau pengulangan bunyi.
Persamaan (pengulangan-pengulangan) bunyi yang memberikan kesan
merdu, indah, dan dapat mendorong suasana yang dikehendaki oleh
penyair dalam puisinya. Sedangkan irama atau ritme adalah pengulangan
bunyi baik pada kata, frasa, maupun kalimat yang teratur, terus menerus,
(62)
4. Baris dan Bait
Aminuddin (2004:145) mengemukakan bahwa baris dalam puisi,
pada dasarnya merupakan pewadah, penyatu, dan pengembang ide penyair
yang diawali lewat kata. Bait adalah kesatuan larik yang berada dalam satu
kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah
dari kelompok larik (bait) lainnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bait diartikan sebagai sajak
dua baris (dalam karya sastra) sedangkan baris adalah deretan huruf pada
tulisan atau cetakan (Depdiknas 2007:106-122).
5. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret.
Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu
kata-kata menjadi lebih konkret seperti pembaca hayati melalui penglihatan,
pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian adalah kata atau susunan
kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan (Waluyo 1991:78).
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang memperjelas
atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui
pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji
visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil) (Waluyo
(63)
6. Daya Bayang
Puisi harus mampu menjadikan sesuatu yang semula abstrak
menjadi konkret karena dengan demikian, puisi menjadi lebih hidup di
dalam khayal pembacaannya. Daya bayang yaitu kemampuan menciptkan
citra atau bayangan dalam benak pembaca dalam suatu puisi (Suharianto
2005:40).
7. Tipografi
Waluyo (1991:97) mengemukakan bahwa kata-kata yang disusun
mewujudkan larik yang panjang dan pendek yang membentuk suatu
kesatuan padu. Pengganti larik panjang dan pendek sedemikian bervariasi
secara harmonis sehingga menimbulkan ritma yang padu.
Aminuddin (2004:146) mengemukakan bahwa tipografi adalah
cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu
yang dapat diamati secara visual.
8. Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias
atau makna lambang (Waluyo 1991:83).
Tujuan menciptakan gaya bahasa dalam puisi antara lain (1)
(64)
makna tambahan, (3) menambah intensitas dan menambah konkret sikap
dan perasaan penyair, dan (4) agar makna yang diungkapkan lebih padat
(Perine dalam Djojosuroto 2005:17).
9. Amanat
Waluyo (2003:40) mengemukakan bahwa amanat adalah pesan
atau nasihat yang merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah
membaca puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan
cara pandang pembaca terhadap suatu hal.
Puisi mengandung pesan atau amanat, atau himbauan pada penyair
kepada pembaca. Amanat dapat dibandingkan dengan kesimpulan tentang
nilai atau kegunaan puisi itu bagi pembaca. Setiap individu memiliki
penafsiran yang berbeda terhadap amanat yang disampaikan dalam puisi
(Djojosuroto 2005:16).
Senada dengan Djojosuroto, Kosasih (2008:39) mendefinisikan
bahwa amanat adalah yang hendak disampaikan oleh penyair dapat
ditelaah setelah pembaca memahami tema, rasa, dan nadaa puisi. Tujuan
amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan
puisinya.
Berdasarkan definisi unsur-unsur puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur yang terdapat dalam puisi yaitu (1) tema adalah gagasan pokok,
(65)
ingin disampaikan kepada pembaca, (2) diksi yaitu pilihan kata yang khas yang
digunakan oleh penyair untuk membangun suasana puisi, (3) rima adalah
persamaan bunyi dalam puisi, sedangkan irama yaitu unsur yang membentuk
suatu musikalitas bunyi yang berfungsi untuk menghidupkan suasana puisi, (4)
baris adalah suatu deret kata yang berbentuk frasa, kalimat, atau satu kata.
Sedangkan bait adalah kumpulan baris atau larik yang tersusun secara harmonis
yang membentuk suatu kesatuan makna dan suasana dalam puisi, (5) pengimajian
adalah susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Pengimajian dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair, (6) daya bayang adalah menciptakan situasi dalam benak
pembaca dan menjadikan sesuatu yang abstrak menjadi konkret, (7) tipografi
adalah tata wajah atau bentuk penulisan puisi yang dapat diamati secara visual, (8)
majas adalah gaya bahasa yang berfungsi untuk menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu, dan (9) amanat adalah
pesan yang disampaikan kepada pembaca melalui puisi.
2.2.3 Hakikat Membacakan Puisi
Hakikat membacakan puisi merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan
teori tentang membacakan puisi dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai
dengan variabel-variabel penelitian. Landasan teoretis tentang hakikat
(66)
membacakan puisi, (3) langkah-langkah membacakan puisi, dan (4) teknik-teknik
membacakan puisi.
2.2.3.1Pengertian Membacakan Puisi
Membaca puisi tentunya berbeda dengan membacakan puisi. Kedua istilah
tersebut memiliki makna yang berbeda. Membacakan puisi dan membaca puisi
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menikmati karya sastra yang disampaikan
oleh penyair kepada pembaca puisi.
Wiyanto (2005:44) mengemukakan bahwa membaca puisi ada dua
macam, yaitu membaca untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain.
Membaca puisi untuk orang lain atau membacakan puisi pada dasarnya sama
dengan mengkonkretkan puisi yang melibatkan puisi yang dibaca, pembacaan,
dan pendengar.
Membaca puisi merupakan suatu kegiatan memahami dan menikmati
makna suatu puisi yang disampaikan oleh pembaca untuk diri individu atau
pembaca sendiri, bukan untuk orang lain atau audiens.
Membacakan puisi merupakan upaya penyampaian suatu makna atau
pesan kepada audiens atau pendengar yang terkandung di dalam puisi yang
diciptakan oleh penyairnya. Melalui kegiatan membacakan puisi pembaca
bermaksud mengajak pendengar atau penontonnya memahami dan merasakan
puisi yang dibacanya. Membacakan puisi harus memperhatikan penghayatan,
vokal, dan penampilan yang merupakan syarat pembacaan puisi yang baik.
(1)
Niken : saya merasa lebih berhasil daripada ketika saya membacakan puisi pada pertemuan kemarin.
Adi : saya merasa sudah berhasil dibandingkan pertemuan kemarin Fitri : sudah berhasil karena saya tidak terlalu grogi seperti pada
pertemuan kemarin.
5. Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II? Niken : tidak ada saran, karena pembelajarannya sudah bagus.
Adi : tidak ada saran. Fitri : tidak ada saran.
(2)
Tabel Nilai Rata-rata Tiap Aspek Membacakan Puisi Siklus II
Tabel 21. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Pemenggalan Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 17,9% 148
195 x 100 = 75,9 Baik
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 148 100 %
Tabel 22. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kelancaran Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 148
195 x 100 = 75,3
Baik
2 Baik 4 20 80 51,3%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 147 100 %
Tabel 23. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Konsentrasi Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 146
195 x 100 = 74,9 Baik
2 Baik 4 19 76 48,7%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 146 100 %
Tabel 24. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Mimik Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 141
195 x 100 = 72,3 Baik
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 19 57 48,7%
4 Kurang 1 0 0 0%
(3)
Tabel 25. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kejelasan Ucapan Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 143
195 x 100 = 73,3
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 17 51 43,6%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 143 100 %
Tabel 26. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Tekanan Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 3 15 7,7% 142
195 x 100 = 72,8 Baik
2 Baik 4 19 76 48,7%
3 Cukup 3 17 51 43,6%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 142 100 %
Tabel 27. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Intonasi Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 145
195 x 100 = 74,4 Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 145 100 %
Tabel 28. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Jeda Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 145
195 x 100 = 74,4 Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 - - 0%
(4)
Tabel 29. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Nada Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 17,9% 149
195 x 100 = 76,4
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 149 100 %
Tabel 30. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Gerak Tubuh Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Jumlah nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 8 40 20,5% 149
195 x 100 = 76,4 Baik
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 149 100 %
Tabel 31. Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Penguasaan Panggung Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 8 40 20,5% 150
195 x 100 = 76,9 Baik
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
(5)
Hasil Tes Membacakan Puisi
Kelas VIIA SMP Athohiriyyah Semarang Siklus II
No Nama Siswa Nilai Siswa Kategori
Nilai
1. Abdul Rokhim 87 Sangat baik
2. Adi Rizki Agus S. 75 Baik
3. Adi Tio Pangestu 73 Baik
4. Ahmad Khoirul A. 75 Baik
5. Amalia Nur R. 73 Baik
6. Anang Santoso 78 Baik
7. Anis Irmawati 89 Sangat baik
8. Bayu Ardianto 85 Sangat baik
9. Bibit Rizal Azhari 75 Baik
10. Dian Fitri K. 81 Baik
11. Dwi Putri Lestari 71 Baik
12. Fatchor Rohman 76 Baik
13. Fitri Mutia Sari 67 Cukup
14. Gita Handayani 69 Cukup
15. Hidayah L. 71 Baik
16. Imam Purwoko 73 Baik
17. Indra Arif Lukman 73 Baik
18. Khafidhotul U. 71 Baik
19. Lina Fitriyani 73 Baik
20. Marco Tri Y. 78 Baik
21. Maya Devi A. 73 Baik
22. M. Andi Sanditya 75 Baik
23. Mira Isti Faizah 73 Baik
24. Muhamad Tofik 75 Baik
(6)
25. Muhammad A. W. 71 Baik
26. Muhammad Fadholi 76 Baik
27. Muhammad Khusain 71 Baik
28. Muhamad Nurohim 71 Baik
29. Muhamad Taufiq A. 69 Cukup
30. Niken Febrianti 95 Sangat Baik
31. Nur Rohmad 71 Baik
32. Puguh Setiawan 78 Baik
33. Rosid Haryono 76 Baik
34. Siti Fatonah 75 Baik
35. Sulistiyo Aji N. 75 Baik
36. Supriyadi 71 Baik
37. Syarifudin 73 Baik
38. Tika Afreni 69 Cukup
39. Yulianto Dwi N. 71 Baik
Jumlah 2921 Baik