Wonosari, Gunungkidul GUNUNGKIDUL GUDANG OLAHAN SINGKONG
SMAN 2 Wonosari, Gunungkidul GUNUNGKIDUL GUDANG OLAHAN SINGKONG
Tiwul mungkin sudah dikenal. Namun masih ada yang perlu kita kenal. Selain kaya akan karst, Gunungkidul juga kaya olahan makanan dari bahan dasar singkong. Seharusnya ini menjadi salah satu warisan kuliner dunia bagi Indonesia untuk UNESCO. Di antara banyak makanan modern yang semakin berkembang belakangan ini, masih banyak warisan makanan tradisional yang patut kita lestarikan.
Berlatar daerah yang kering inilah, masyarakat Gunungkidul gemar menanam singkong atau nama kerennya Cassava. Hampar- an tanah berbatu memaksa mereka menanam palawija serta padi dalam sekali panen. Itupun juga jika malaikat Mikail memberikan hujan untuk mereka. Jika belum, itu menandakan bahwa singkong siap menjadi pengganjal pokok perut mereka karena hanya ketela atau singkong yang kuat tumbuh di tanah kapur ini. Karena hanya ada singkong yang bisa dimakan. Jika melimpah, singkong akan dipépé (dijemur) sehingga tampak hamparan kota Gaplek.
Dari 18 kecamatan yang ada di Gunungkidul, hanya 1 keca- matan yang tidak terdapat gunung, yaitu Wonosari. Berbukit-bukit- nya kota Seribu Bukit menambah daftar panjang perjuangan para petani di sana . Terkadang untuk sampai di ladang singkong yang mereka miliki harus menempuh berkilo-kiloan meter.
“Kalau saya jauhnya 5 kilometer, terus jika pulang harus membawa rerumputan untuk sapi,” ujar seorang nenek di kota Gaplek.
• Pesona Alam dan Budaya Jogja •
Butuh tumpuan kaki dan peluh untuk mendapatkan gumpal- an rizki yang tertanam di ladang mereka. Butuh waktu berhari- hari untuk mengubah singkong menjadi gaplek. Butuh kreatifitas tinggi untuk mengolah singkong menjadi sebuah kuliner yang memiliki nilai historis tinggi. Lalu ke manakah singkong-sing- kong tadi?
Selain menyimpan kekayaan alam, Gunungkidul juga memi- liki juru-juru masak handal di setiap rumah penduduknya. Rasanya tak pernah bosan makan tiwul di pikiran mereka. Karena tiwul adalah merupakan warisan dan tradisi. Namun, sebenarnya tidak hanya tiwul yang menjadi favorit mereka. Melainkan ber- bagai kuliner dari “Cassava” seperti gatot, getuk, cemplon, utri, dan tidak kalah yaitu krecek.
Mendengar namanya sudah ketahuan Gunungkidul banget. Nama-nama makanan tersebut boleh dibilang aneh dan ndeso namun rasanya tak kalah dengan makanan-makanan perkotaan. Satu yang khas dari makanan-makanan Gunungkidul adalah dijamin kenyang setelah memakannya. Dan tentunya nuansa tanah seribu gunung akan semakin terasa jika kita memanjakan lidah di sana .
Gunungkidul dan Gatotnya
Gambar 1. Gatot, makanan hasil olahan singkong
Ini yang benar-benar khas dari Gunungkidul, Gatot. Nama makanan ini bukan dari nama salah satu tokoh pewayangan.
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Konon, menurut simbah-simbah nama makanan ini berasal dari bunyi yang dikeluarkan saat memakannya, kemlethot, kemlethot. Begitu bunyinya. Alasan yang cukup logis untuk menamakan sebuah makanan. Sekali lagi nama mungkin aneh, tetapi rasa patut dicoba.
Awalnya pasti kita merasa enek melihat si gatot ini. Namun, ketika baunya muncul dari kukusan dan menusuk hidung kita, langsung lapar kita dibuatnya. Cara membuat makanan ini cukup mudah. Yang kita perlukan hanya singkong atau gaplek yang sudah direndam beberapa hari. Satu hal yang unik adalah, ketika merendam gaplek yang putih tersebut harus sampai berwarna hitam dan tampak seperti jamuran. Bagi yang belum berminat, mungkin si gatot tampak jijik. Namun rasanya pantas menjadi kategori delapan keajaiban dunia.
Selanjutnya, gaplek tadi dikukus hingga berbau harum. Setelah matang barulah si Gatot tadi ditaburi parutan kelapa. “Hmm… kok rasanya enak ya?” Itulah ungkapan pertama yang sering diucapkan oleh orang
yang baru pertama kali mencicipi gatot. Terasa legit, manis. Ya, memang bunyinya kemlethot, kemlethot saat memakannya.
Gunungkidul dan Getuk
Gambar 2. Gethuk, makanan hasil olahan singkong
Getuk memang sudah terkenal di beberapa wilayah di Jogja. Jenis singkong yang berbeda pasti akan menghasilkan rasa getuk yang berbeda pula. Bisa rasa manis sampai yang tawar atau yang
• Pesona Alam dan Budaya Jogja •
Getuk yang sering dihadirkan di Gunungkidul adalah getuk yang berwarna putih dan terasa lebih legit. Singkong ketan yang menjadi bahan utama yang tumbuh subur di kabupaten dengan
luas 1 / 3 Yogyakarta ini. Cara membuat getuk sangatlah mudah. Singkong yang telah di kukus ditumbuk hingga menjadi adonan yang mampat. Rasa harum mulai semerbak dengan tambahan gula jawa sesuai selera. Jika adonan masih panas maka masih lembek, namun jika sudah dingin perlahan akan mengeras. Getuk paling cocok dengan taburan parutan kelapa yang membuatnya semakin enak disantap.
Gunungkidul dan Cemplonnya
Gambar 3. Cemplon
Mendengar namanya mungkin belum terbayang di benak kita tentang rupa makanan tersebut. Tak kenal maka tak sayang. Siapa tak mengenal cemplon, maka tak akan menyukai makanan khas Gunungkidul ini. Cemplon adalah makanan ringan berben- tuk bulat yang dibuat dari parutan singkong. Bola-bola singkong tersebut diisi dengan gula jawa yang membuat kita semakin ter- goda untuk menyantapnya.
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Cemplon merupakan salah satu makanan yang sangat unik. Entah kenapa orang Gunungkidul begitu kreatif dan sederhana menamakan makanan ini. Kini cemplon sangat jarang dijumpai di pasar-pasar. Hanya beberapa pasar tradisional saja yang tetap eksis menjajakanya untuk para peminat setianya. Hanya dengan menyukai makanan ini, maka secara tidak langsung kita telah ikut berperan melestarikannya.
Gunungkidul dan Utri
Gambar 4. Utri
Yang tak kalah dengan masakan dari singkong lainnya adalah utri. Jika masakan lain kebanyakan direbus atau digoreng, maka makanan yang satu ini sedikit berbeda. Aroma khas dari utri se- merbak karena bungkusnya yaitu daun pisang. Parutan singkong dicampur dengan gula jawa yang dibungkus daun pisang yang ke mudian dikukus atau dipanggang sesuai selera kita. Hmm.. dijamin menggoyang lidah.
Untuk yang menyukai rasa yang lebih legit cocok menikmati versi kukus, namun yang lebih suka rasa gurih, dipanggang dalam kwali patut dicoba. Utri dapat dijumpai di beberapa daerah di Gunungkidul. Utri mempunyai nama lain yaitu lemet. Dinamakan lemet karena “mlenyek” atau lembek. Utri ini merupakan makanan favorit bagi para lansia kota Gaplek. Kenapa? Ya, karena tidak perlu usaha keras untuk memakannya.
• Pesona Alam dan Budaya Jogja •
Gunungkidul dan Krècèk
Gambar 5. Krecek, makanan dari singkong menyerupai krupuk
Berbeda dengan utri, mungkin ini makanan yang tidak di- sukai oleh para kakek dan nenek. Ya, teksturnya yang keras dan gurih, membuat gigi para nenek yang ompong bertambah ompong. Menurut mereka nama Krècèk berasal dari bunyi “krècèk- krècèk”. Krecek-krecek” saat memakan makanan ringan tersebut. Cara membuat krècèk sangatlah sederhana. Singkong yang telah direbus, dipotong, dan dibumbui sesuai selera lalu dijemur. Jemuran singkong yang telah kering tadi lalu digoreng. Jadilah Krecek atau kripik singkong ala Gunungkidul.
Seperti halnya getuk, krècèk juga tersedia dalam berbagai pilihan rasa dan variasi. Ada krecek manis, pedas, dan rasa bawang, dengan berbagai olahan bumbu yang dijamin alami dan tradisional.
Gunungkidul, si kota Gaplek, tak pernah berhenti membuat cerita. Penduduknya yang hidup penuh kesederhanaan dengan ma- kan apa yang dapat tumbuh di Gunungkidul. Mulai dari singkong penyimpan harapan yang masih tertanam di tanah tandus sampai bulir-bulir padi yang bertahan hidup di rekahan tanah.
Singkong Gunungkidul memiliki kandungan pati atau karbo- hidrat yang sangat tinggi. Pati inilah yang membuat masyarakat Gunungkidul yang kesehariannya tidak lepas dari makan singkong menjadi lebih energik. Singkong yang mereka makan bisa menjadi cadangan energi yang bisa digunakan esok hari.
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Akan tetapi kurangnya cakupan gizi terutama protein juga menjadi pertimbangan mengapa generasi penerus Gunungkidul rata-rata masih kalah dengan anak lain. Dibalik wajah gersang petani Gunungkidul, tersimpan sebuah harapan besar untuk anak cucunya agar biasa mengrubah hidup mereka. Namun yang tak biasa mereka ubah adalah warisan masakan singkong yang sudah mendarah daging.
Melimpahnya akan singkong, membuat warga Gunungkidul yang mayoritas petani semakin kreatif membuat aneka kuliner yang memiliki nilai historis tinggi. Gatot, gethuk, utri, cemplon, dan krècèk. Krecek adalah salah sedikit dari sekian banyak kuliner kota Gaplek yang patut kita lestarikan. Makanan-makanan tersebut adalah makanan rakyat yang didapat dengan perjuangan dan diolah dengan tangan-tangan kesederhanaan.
Predikat kota Gaplek sepertinya akan luntur jika kebanyakan masyarakat Gunungkidul sendiri sudah melupakan makanan tanah kebanggaan mereka. Kuliner-kuliner rakyat mereka anggap sebagai makanan yang jadul dan sudah tidak terkenal lagitrend. Di sisi lain banyak makanan asing yang merenggut kejayaan si singkong. Sebagai sebuah tradisi, makanan olahan singkong khas kota Gaplek harus tetap dilestarikan. Karena, tidak salah memang jika Gunungkidul adalah gudang makanan olahan singkong.***
• Pesona Alam dan Budaya Jogja •
Wahyu Nur Aisyah