Turi, Sleman PESONA DEWI KADJAR

SMAN 1 Turi, Sleman PESONA DEWI KADJAR

Pagi begitu cerah. Ki- cauan burung-burung ber- sahutan menghiasi indahnya pagi. Air sungai yang meng- alir jernih, mewarnai suasa- na pedesaan yang alami. Dewi Kadjar nan cantik itu pun telah bangun, siap me- nyambut kehadiran insan

yang jatuh hati padanya. Dewi Kadjar bukanlah seorang dara. Ia kependekan dari Desa Wisata Kampung Sejarah. Letaknya di Pedukuhan Kelor, Bangunkerto, Turi, Sleman, Yogya- karta. Jangan membayangkan pula bahwa lokasi tersebut dipenuhi wanita-wanita yang mempesona. Dewi Kadjar adalah hamparan sekitar 10 kilometer di sisi barat daya lereng Gunung Merapi, atau lebih-kurang 25 kilometer dari pusat Kota Gudeg, Yogyakarta.

Gambar 1. Pesona Dewi Kadjar

Dewi Kadjar juga mempunyai suatu rumah kuno yang ber- bentuk joglo. Rumah itu didirikan pada tahun 1835. Ia menjadi saksi bisu kegigihan para pejuang kemerdekaan yang berani mati mene- gakkan martabat bangsa Indonesia. Rumah Joglo tersebut sudah berumur 174 tahun, itu masih terpelihara sebagai cagar budaya.

Bangunan milik Sosro Pranoto itu, kata Sumadi (54), pengurus Joglo Kelor, selalu terlepas dari perhatian Belanda. Patroli tentara penjajah tidak pernah masuk ke halaman joglo. “Seperti ada ke-

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Pada masa kemerdekaan, Dusun Kelor pernah menjadi mar- kas besar Tentara Pelajar se-Yogyakarta di bawah komandan Kap- ten Martono. Setelah kemerdekaan, Martono sempat menjadi Menteri Transmigrasi dalam kabinet yang dipimpin Presiden Soe- harto.

Dusun kelor memiliki beberapa kelompok kesenian tradisio- nal, yaitu jathilan (kuda lumping), kerawitan, kethoprak, tari tradi- sional dan sholawatan. Tradisi yang masih terpelihara dengan baik adalah tradisi yang terkait dengan daur hidup, seperti brokohan, selapanan , tetakan, tetesan, mantenan, nglimani, mitoni, matang puluhi, nyatus , dan nyewu. brokohan, selapanan.

Gambar 2. Salah satu kesenian di Dewi Kadjar

Tradisi adat Jawa seperti suran, saparan, selikuran, dan ruwahan tetap dijalankan oleh masyarakat Kelor sampai saat ini. Setiap ma- lam Jemuah Kliwon para pemuka dusun membersihkan tempat-tempat dalam joglo yang dianggap keramat. Tidak ketinggalan dibuat pula sesaji kecil-kecilan untuk menghormati para arwah para sesepuh.

Menurut Ketua RW Supriyono, bila kelompok jathilan akan pentas, para pemainnya datang ke Joglo Kelor untuk berdoa terle- bih dahulu di salah satu kamar dalam joglo. Kepercayaan itu sudah

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 • • Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Selain menyuguhkan rumah joglo kebanggan warga, Dewi Kadjar juga menawarkan sejumlah aktivitas menarik. Misalnya, ter- bentang kebun salak pondoh seluas tiga hektar. Di sini, pengunjung dapat mengenal cara budidaya sa- lak pondoh hijau super. Pengunjung pun berkesempatan menyantap berbagai jenis salak pondoh organik segar petikan sendiri. Rasanya manis dan segar karena kandungan airnya

masih tinggi.

Penduduk Dusun Kelor rata- rata memang memiliki kebun salak. Perkebunan itu berkembang pesat sejak tahun 1990. Panen raya setiap tahun berkisar pada bulan April sampai Januari. Wisatawan yang datang ke dusun ini dapat menikmati perkebunan yang terbentang dari bagian utara sampai selatan dusun Kelor. Di waktu siang, wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan para petani dalam hal penanaman, pemeliharaan, pembudidayaan, dan pemetikan salak pondoh.

Gambar 3. Kebun salak pondoh

di Dewi Kadjar

Mungkin Anda mengira salak pondoh hanya satu jenis saja. Nah, di sini Anda bisa minta pemandu untuk menunjukkan dan merasakan salak pondoh hitam, hijau, kuning, serta salak madu praba dan balerante. Masing-masing memiliki kekhasan tersendiri dari ketebalan daging buah, tingkat kemanisan, ukuran, kulit, dan anatomi tanamannya.

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Selain dikenal dengan rumah joglo dan perkebunan salaknya, Dusun Kelor juga mempunyai makanan khas. Makanan yang khas itu adalah nasi pondoh dan tempe bacem. Menurut Eri, penjual nasi pondoh yang termasyhur di Kelor, makanan khas ini biasanya disajikan ketika ada sambatan (gotong royong membangun rumah).

Para pengunjung dapat praktik membuat menu tradisional itu di dapur yang masih tradisional pula. Tidak ada kompor minyak atau kompor gas, tetapi keren dengan bahan bakar kayu.

Di dusun Kelor juga terdapat beberapa kolam ikan milik para pemuda dan warga sekitar. Budi daya ikan telah menjadi usaha sampingan untuk menambah penghasilan utama dari berkebun salak pondoh. Warga Dusun Kelor membudidayakan berbagai jenis ikan, terutama lele, nila, tawes, dan gurameh. Mereka juga menyediakan kolam khusus untuk wisatawan yang ingin memancing atau men- jaring ikan. Pengunjung dapat pula mengeksplorasi lumpur dengan cara ngesat blumbang (bedah kolam).

Di Dusun Kelor mengalir sebuah sungai kecil yang merupa- kan anak sungai yang terbentuk dari letusan gunung merapi. Sungai ini melintas di sebelah timur Dusun Kelor sepanjang sekitar 1,5 kilometer dengan lebar 3-5 meter dan kedalaman air maksimal 1 meter. Para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam sungai dapat melakukan penyusuran sepanjang lebih-kurang 1,5 kilometer.

Di sungai ini, tersedia tempat untuk rehat ataupun eksplorasi air. Waktu terbaik untuk menikmati sungai itu adalah saat pagi sampai siang hari. Wisatawan dapat mandi di mata air yang ada di pinggir sungai ini. Masyarakat setempat menyebut mata air ini dengan nama Belik Cuwa. Sampai saat ini, Belik Cuwo masih digunakan sebagian masyarakat untuk mandi. Setiap menjelang pertunjukan kesenian jathilan, air belik ini juga digunakan untuk melakukan ritual pemandian kuda lumping.

Obyek wisata yang memiliki berbagai ragam keindahan seni budaya dan keunikan seperti Dewi Kadjar sangat sayang jika sepi dari kunjungan wisatawan. Mau tidak mau, kita perlu menggen- carkan promosinya, baik di dalam maupun di luar negeri. Apabila

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 • • Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Narasumber: Sudarmojo (Kepada Dukuh Kelor), Supriyono (Ketua RW), R. Sumadi (pensiunan), dan Eri Saputri (pedagang).

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Frista Zeuny Prihartanti