Bantul PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN KESEJARAHAN

SMAN 2 Bantul PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN KESEJARAHAN

Sinar mentari yang cerah seakan menambah semangat para generasi muda terpilih. Semangat untuk belajar sejarah pendidikan Indonesia dalam pembentukan karakter bangsa. Belajar sejarah dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah secara langsung. Dan mereka tergabung dalam Lawatan Sejarah.

Jadwal yang padat tak menyurutkan semangat mereka un- tuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Rasa lelah pun seakan terhapus ketika sampai ke tempat tujuan. Antusias mereka pun sangat tinggi. Semua terlihat ketika mereka berebut kesempatan bertanya kepada narasumber. Sungguh menyiratkan semangat generasi muda yang peduli akan sejarah bangsanya.

Hari demi hari mereka lewati dengan perasaan senang dan antusias. Bukan hanya berkunjung ke tempat-tempat sejarah. Tetapi, kemampuan membuat karya tulis bertemakan kesejarahan juga di-

adu. Dan itu menjadi syarat utama untuk mengikuti kegiatan ini.

Kemampuan peserta dalam bidang sejarah tentu- nya dapat terlihat ketika wakil-wakil provinsi mem- presentasikan hasil diskusi- nya. Berbagai pertanyaan juri, membuat diskusi pun

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 • • Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Banyaknya kegiatan menarik di acara tersebut seakan mema- cu semangat peserta. Sehingga para peserta ingin mengikuti semua rangkaian kegiatan. Dan pentas seni adalah salah satu hal yang paling ditunggu. Penampilan peserta dari ketiga provinsi yaitu DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sangatlah menghibur. Menyanyi, drama, dan berbagai spontanitas lainnya meramaikan acara malam itu. Sorak-sorai, canda tawa seakan melepaskan segala kepenatan dan kelelahan yang dirasakan.

Hingga tiba saatnya, kegiatan tersebut harus berakhir. Di saat itu, detak jantung mereka pun tiba-tiba berdejut kencang. Rasa pena- saran akan suatu hal yang bahagia itu pun dirasakan oleh mereka. Perasaan yang datang ketika tiba saatnya pengumuman juri. “Siapa yang akan menjadi Jawara?”, kalimat ini pun mulai masuk dibenak para generasi muda ini. Dan tepuk tangan riuh seakan memecahkan keheningan saat diumumkan para jawara dari setiap provinsi.

Senyum bahagia terpancar di wajah setiap peserta yang men- dapatkan kehormatan sebagai pemenang. Begitu pun dengan peserta lain. Rasa kecewa tak membuat mereka patah semangat. Kegagalan adalah sesuatu yang tertunda. Mungkin kalimat itulah yang dapat membuat mereka tenang. Aura bahagia tetap terasa dalam acara tersebut. Mereka pun ikut bahagia atas kemenangan ketiga peserta dari masing-masing provinsi.

Kebahagiaan itu pun dirasakan kelima belas peserta dari provinsi DIY. Pengalaman yang sangat berharga mereka dapatkan dalam kegiatan tersebut. Wawasan yang bertambah tentang sejarah pendidikan. Seperti Dyah Dhani, 16 tahun, wakil dari provinsi DIY ini juga sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Karya tulis yang menarik perhatian juri serta keaktifannya mengantarkan siswi SMA 1 Yogyakarta ini pada kesuksesan. Kesuksesan menjadi wakil DIY dalam Lawatan Sejarah tingkat Nasional.

“Perasaanku senang, soalnya sebagai anak IPA ini sebuah hal yang membanggakan,” ucapnya.

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Mendapat kesempatan ambil bagian dalam acara ini juga me- rupakan kebanggaan baginya. “Bagus… bagus, acaranya bikin tambah peka terhadap sejarah,” tegasnya. Dyah Dhani tentunya sangat bangga, karena dia yang notabene siswi jurusan IPA, justru

dapat memenangkan karya tulis bertemakan sejarah. Selain itu Puspita, 16 tahun, juga sangat senang bisa menda- patkan kesempatan menjadi salah satu peserta wakil dari DIY pada kegiatan ini.

“Menyenangkan, menambah pengetahuan yang sebelumnya saya ketahui,” ujarnya. Puspita juga sangat tertarik pada tempat-tempat bersejarah yang dikunjungi. “Aku paling suka Akademi Militer di Muntilan. Menyimpan barang-barang yang menarik dan penyampaian materi di sana dikemas dengan baik sehingga nyaman untuk diperhati- kan,” tambahnya.

Berbeda dengan Puspita, Aisyah Kusuma atau yang akrab dipanggil Sasha, 14 tahun, sangat senang bisa berkunjung di Pe- santren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.

“Aku lebih senang di Pesantren Tebuireng, soalnya bisa lihat dan berkunjung di makam Gus Dur,” ujarnya. Banyaknya tempat yang dikunjungi, sangat menambah wa- wasan para peserta. Dan ini merupakan pengalaman yang berharga. Bangsa yang maju adalah bangsa yang tak lupa dengan sejarah- nya, serta bangsa yang mau dan tahu akan perjalanan bangsanya. Perjalanan menuju kemerdekaan. Di era ini, pendidikan sejarah tentunya perlu diperhatikan. Dengan begitu, pembentukan karakter generasi muda dapat berjalan lancar tidak hanya dengan pendidikan modern. Dengan mengunjungi tempat bersejarah secara langsung tentunya akan sangat mengena pada para generasi muda. Lebih terekam dari pada hanya membaca buku dan menghafalkannya.***

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Ubaidillah A.S.

MA Ali Maksum Bantul