Cangkringan, Sleman WAJAH ALAMI DESA WISATA SAMBI

SMAN 1 Cangkringan, Sleman WAJAH ALAMI DESA WISATA SAMBI

“Desa Alami Asli Jogja”. Itulah sebutan resmi untuk Desa Wisata Sambi sejak tahun 2002. Desa wisata ini terletak di Pedu- kuhan Sambi, Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupa- ten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya di Jalan Kali- urang kilometer 19,2.

Adalah Ir. Dra. Suliantoro Sulaiman yang pertama kali meng- gagasnya. Didukung oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman dan warga masyarakat Sambi, ide dosen Institut Pertanian (Instiper) Yogyakarta itu menjadi kenyataan.

Desa Wisata Sambi memiliki beragam potensi wisata menarik yang pantas ditawarkan kepada wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Letaknya yang relatif dekat dengan Gunung Merapi menghadirkan panorama alam teramat indah yang memanjakan mata. Persawahan hijau dan pepohonan rindang memberikan kesegaran dan ketenteraman di hati.

Air jernih mengalir menimbulkan suara gemericik. Rumah- rumah adat seperti joglo, limasan, sinom, beserta halamannya yang luas menjadi tempat bermain atau bersantai sambil menikmati sejuknya udara serta suasana desa yang sungguh alami.

Keindahan dan kemegahan Gunung Merapi dapat dilihat secara jelas ketika cuaca cerah. Dalam cuaca pagi yang cerah, tubuh Merapi tampak seperti tiang kekar yang menyangga langit biru. Tak hanya itu. Jika aktivitasnya sedang meningkat, pada malam hari Merapi menyuguhkan percik-percik dan lelehan lava pijar. Dari kejauhan, percik dan aliran lava pijar itu tampak seperti

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Di samping menyajikan keindahan dan keagungan alam pegu- nungan, Desa Wisata Sambi pun menawarkan kepada para wisatawan untuk menikmati jogging track. Pengunjung diajak melin- tasi area persawahan serta menyusuri sungai. Sambil mengagumi air yang jenih mengalir, pengunjung juga ditantang untuk me- naklukkan rintangan-rintangan yang menghadang di alam.

Setelah puas bercengkerama dengan alam, para wisatawan dapat menikmati aneka makanan tradisional. Menu langka seperti sega wiwit , sega menggana, dan beragam suguhan lokal lainnya siap mengajak pengunjung menyusuri petualangan lidah.

Di sisi selatan Dusun Sambi, membentang perkebunan buah naga. Gubug-gubug berdiri untuk menikmati sulur-sulur pohon dan buah berwarna merah itu. Tidak jauh dari situ, tersedia tempat untuk kegiatan outbound yang cukup memadai.

Mengapa Sambi dijadikan sebagai desa wisata? Karena dusun itu mempunyai banyak kelebihan. Misalnya secara geografis ber- ada di lereng Merapi yang berhawa sejuk, masih banyak rumah yang berarsitektur khas Jawa, penduduknya masih asli (belum ada pendatang), alamnya indah, air dan sungai yang mengalir sepanjang tahun, dan beberapa seni budaya yang masih hidup. Hal terakhir ini bukan isapan jempol. Masyarakat Dusun Sambi sungguh melestarikan kesenian daerah seperti wayang kulit, kerawitan, pethilan fragmen tari Ramayana, dan jathilan.

Di Sambi pengunjung dapat pula belajar—atau sekadar me- rasakan—sebagai orang desa yang sesungguhnya. Semua kegiatan dilakukan secara tradisional. Sekadar contoh, membajak sawah dengan kerbau atau sapi, menanam padi hingga memanen dan menumbuk padi, membudidayakan jamur, memelihara sapi perah, memerah susu sapi, menangkap ikan di kolam, membuat jamu tradisional, dan membatik.

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Tersedia rumah joglo, sinom, dan limasan dengan pendopo yang luas untuk arena kegiatan, seperti rapat, seminar, lokakarya, latihan dan pentas seni, serta kegiatan lain. Rumah-rumah penduduk pun dapat menjadi home stay yang memadai, lengkap dengan sajian menu-menu tradisional. Dolanan khas anak desa, seperti gobag sodor, egrang, theklek buta, hingga membuat anyaman dan hiasan dari janur menambah lengkapnya kekayaan alam dan budaya Dusun Sambi.

Status sebagai desa wisata memberikan keuntungan nyata bagi warga Sambi. “Dengan adanya desa wisata ini, dampak positif dirasakan oleh warga, yaitu bisa membawa kemajuan dan menam- bah penghasilan warga,” tutur Indrayanto, salah seorang warga Dusun Sambi.***

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Putri Astuti Handayani