Mlati, Sleman KA UMAN, KAMPUNG PENUH “LEDAKAN”
SMAN 1 Mlati, Sleman KA UMAN, KAMPUNG PENUH “LEDAKAN”
Desir angin membuat kampung tua itu terasa sejuk. Kampung yang telah berdiri sejak kurang lebih dua setengah abad itu me- miliki beberapa keistimewaan yang “meledak-ledak”.
Kampung Kauman berasal dari kata dasar kaum, sebutan untuk ulama keraton pada zaman dahulu. Kauman adalah tempat dari para ulama atau penegak agama Islam. Tak pelak, Kauman juga menjadi pusat syiar Islam. Kegiatan syiar antara lain melalui syahadaten atau lazim disebut “Sekaten”, yang dibuat oleh Keraton Yogyakarta dengan mengikuti cara syiar Sunan Kalijaga.
Keistimewaan utama Kampung Kauman adalah menjadi bagian dari keraton karena ada masjid keraton di kampung itu. Berdirinya Masjid Gede—sebutan untuk masjid milik keraton itu— sangat memerlukan keterlibatan masyarakat, terutama untuk urusan merawat dan memakmurkan masjid. Oleh karenanya, Sri Sultan Hamengku Buwana I yang sangat aktif beribadah di masjid mengangkat beberapa ulama dari berbagai daerah dan ditempat- kan di sekitar Masjid Gede. Kampung Kauman menjadi kampung santri yang masyhur pada masa itu.
Tahun 1912 merupakan tahun monumental bagi Kauman. Saat itu, muncul seorang ulama yang cerdas dan bervisi dalam pen- cerahan masa depan. Ulama itu adalah K.H. Ahmad Dahlan. Dalam rangka memajukan dan mengembangkan umat Islam, ia menawarkan tiga jurus handal. Pertama, menggerakkan segi sosial- keagamaan. Kedua, menggerakkan pembaharuan pendidikan
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Islam. Ketiga, menggerakkan pemurnian Islam atau kembali pada Al Quran dan sunnah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Gerakan yang dimulai di Kauman itu nama Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan mendapatkan dukungan dari para ulama lain dan para santrinya.
Awal mula berdirinya Muhammadiyah ialah ketika K.H. Ahmad Dahlan menerapkan ilmu yang dimilikinya, yaitu ilmu perhitungan geografis. Dengan pengetahuannya itu Sang Kiai kemudian mengubah arah kiblat langgar (tempat sholat dan mengaji). Semula ke arah sebelah, diubah kea rah barat. Namun, saat itu tidak semua umat dapat menerima perubahan itu. Sejumlah ulama menganggap hal itu menyesatkan. Maka K.H. Ahmad Dahlan pun diusir dari Kampung Kauman. Dengan keteguhan hati K.H. Ahmad Dahlan kembali ke kampung itu dan menjelaskan segalanya dengan secara perlahan-lahan.
“Akhirnya ulama dan jamaah Kampung Kauman dapat mene- rima penjelasan dan ilmu K.H. Ahmad Dahlan. Bahkan kiblat (sof) Masjid Gede juga diubah atau dibenarkan”, tutur Timur, pemuda Kampung Kauman yang dengan penuh semangat memaparkan sejarah K.H. Ahmad Dahlan.
Berdirinya Muhammadiyah membuat Kauman dikenal di seluruh penjuru Nusantara, bahkan hingga percaturan antarbang- sa. Kampung Kauman juga melahirkan Perguruan Tapak Suci, yaitu perguruan pencak silat. Perguruan Tapak Suci adalah perguruan pencak silat satu-satunya yang ada saat itu. Tapak Suci pun ikut melejit mengikuti jejak “ledakan” yang telah ditorehkan Muham- madiyah. Tapak Suci tidak hanya dikenal di Indonesia saja, namun hingga ke negara-negara manca, seperti Belanda, Suriname, Arab Saudi, dan Australia.
“Di Kauman ini lahir organisasi Islam bernama Muhamma- diyah yang menasional dan mendunia. Begitu pula lahir Perguruan Tapak Suci yang juga tersebar di negara-negara lain,” tutur Timur.
Kauman memang telah melahirkan sejumlah organisasi. Se- lain Muhammadiyah, juga Hizbul Wathan. Organisasi-organisasi
• Pesona Alam dan Budaya Jogja •
Yayasan yatim piatu berdiri akibat K.H. Ahmad Dahlan mengajarkan surat Al-Ma’un—yang mengisahkan kepedihan hidup anak yatim—kepada murid-muridnya. Kiai Dahlan mengajarkan surat itu setiap hari. Terus-menerus diulang-ulang hingga murid- muridnya merasa bosan. Apalagi mereka pun sudah hafal surat berbahasa Arab itu. Mereka lalu menanyakannya kepada Sang Kiai. Menurut Kiai Dahlan, ia mengakui bahwa murid-muridnya memang sudah hafal, namun belum mengamalkannya. Sejak itulah para muridnya mendirikan yayasan untuk anak-anak yatim piatu.
Keistimewaan lain dari Kampung Kauman adalah “warung tiban” yang menjamur di bulan Ramadhan. Ratusan penjual makan- an memajang berbagai jajanan maupun menu lauk-pauk lokal. Setiap Ramadhan, Kauman berubah menjadi kampung kuliner yang dipadati pedagang serta ribuan pengunjung. Jalan-jalan kampung menjelma menjadi restoran terbuka untuk berbuka puasa.
Itulah keistimewaan Kauman. Sebuah kampung yang penuh “ledakan”.***
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Triana Ratnaningsih