Yogyakarta VREDEBURG, SEPI DI ANTARA KERAMAIAN
SMAN 8 Yogyakarta VREDEBURG, SEPI DI ANTARA KERAMAIAN
Pernahkah Anda jalan- jalan ke Kota Yogyakarta? Jika Anda adalah orang yang per- nah berwisata di Kota Yogya- karta, tentunya Anda pernah mendengar kawasan Malio- boro. Ya, kawasan Malioboro terletak di jantung Kota Yog- yakarta. Terdapat dua jalan
Gambar 1. Gerbang Benteng Vredeburg
di kawasan ini, yaitu jalan Jenderal Ahmad Yani dan Jalan Malioboro itu sendiri.
Kawasan Malioboro merupakan salah satu tujuan wisata di Kota Yogyakarta ini, sekaligus sentra perbelanjaan di kota ini. Kawasan Malioboro tidak hanya penuh dengan pusat-pusat perbelanjaan, tetapi juga kawasan wisata sejarah, yaitu Benteng Vredeburg, terletak di depan Gedung Agung.
Awal dibangun, tahun 1765, benteng ini semula bernama benteng Rustenburg, atau benteng peristirahatan. Di bangun di masa pemerintahan Belanda, benteng itu telah tiga kali berganti penguasaan, yaitu menjadi benteng perlindungan Belanda saat menghadapi pejuang Indonesia, di masa penjajahan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka, benteng ini juga digunakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai markas militer RI.
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Sejarah perubahan nama benteng dari Rustenburg men- jadi Vredeburg diawali dengan izin Sri Sultan Hamengku Bu- wono I di tahun 1788. Vrede- burg berarti perdamaian se- hingga Benteng Vredeburg berarti benteng perdamaian.
Setelah puas menikmati
Gambar 2. Suasana di dalam
benteng Vredeburg, pihak mili- benteng Vredeburg ter menyerahkan benteng terse-
but kepada pemerintah. Dengan persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pemilik Benteng Vredeburg saat itu, Daoed Yoesoep, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, pada tanggal 9 Agustus 1980 mengalihfungsikan Benteng Vredeburg sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya Nusantara. Kemudian, setelah selesai dipugar di tahun 1992, Benteng Vrede- burg dibuka untuk umum dengan nama Museum Benteng Yogya- karta pada tanggal 23 November.
Benteng Vredeburg sendiri memiliki beberapa koleksi benda bersejarah dari zaman Belanda, termasuk diorama-diorama yang menggambarkan zaman perjuangan dahulu. Namun, seiring berjalannya waktu, diorama-diorama tersebut tampak usang dan tidak terawatt. Misalnya, beberapa diorama yang sehurusnya dapat menjelaskan keterangan tentang diorama tidak bisa berbunyi ketika dimasukkan koin ke alat tersebut.
Tidak berfungsinya alat-alat peraga dalam benteng, sedikit bnyak mempengaruhi minat masyarakat berkunjung ke benteng Vredeburg sehingga bentes seluas kurang lebih 2100 meter persegi ini tampak sangat lengang. Meskipun saat ini dilengkapi dengan fasilitas free hotspot, ternyata belum juga menarik minat wisatawan berkunjung ke benteng ini.
Untuk menarik minta, benteng Vredeburg kini dapat digunakan masyarakat umum untuk menyelenggarakan kegiatan, misalnya pameran. Salah satu pameran yang pernah dilaksanakan di Benteng
• Pesona Alam dan Budaya Jogja •
Vredeburg adalah pameran seni Delayota Art oleh SMAN 8 Yogyakarta. Tahun 2010 merupakan tahun keempat SMA 8 Yogya- karta menyelenggarakan pameran tersebut di benteng Vredeburg. Pihak pengurus benteng sendiri sangat welcome dengan penyeleng- garaan acara-acara tersebut. Menurut mereka, dengan diadakannya pameran-pameran tersebut, maka masyakarat luas akan lebih mengetauhi keberadaan Benteng Vredeburg.
Selain melalui langkah pameran, membuka kesempatan bagi wisatawan melakukan kegiatan fotografi sebab, menurut pengelola, di lingkungan benteng sangat menarik dijadikan obyek-objek foto di kota. Nuansa jadul dibalut keindahan arsitektur Belanda membuat benteng tersebut cocok sebagai obyek foto. Sebagaimana yang dilakukan oleh Lisa, salah satu pengunjung obyek wisata tersebut.
“Keindahan arsitekturnya membuat benteng ini cocok menjadi obyek foto di tengah hiruk-pikuk kawasan Malioboro, Yogyakarta” ujarnya.
Setelah selesai berfoto di Benteng Vredeburg, Lisa pun melan- jutkan berburu foto di Monumen Serangan Umum 1 Maret yang tepat berada di selatan Benteng Vredeburg.
Indonesia memang dipenuhi dengan tempat-tempat bersejarah yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, kekurangpekaan masyarakat Indonesia sendirilah yang meredupkan keindahan dan nilai historis tempat-tempat tersebut. Nah, sebagai bangsa yang menghormati sejarah, maka selayaknya kita mulai melirik museum- museum yang menyajikan sejarah perjuangan bangsa Indonesia masa lampau, seperti yang disajikan oleh Benteng Vredeburg, Yogya- karta.***
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Rostantri Laraswati