Sewon, Bantul FENOMENA MALAM JUMAT KLIWON DI PARANG KUSUMA

SMAN 1 Sewon, Bantul FENOMENA MALAM JUMAT KLIWON DI PARANG KUSUMA

Kemelun asap menyengat di bibir pantai. Malam hari tepat- nya malam Jumat Kliwon (6/4/2010). Diiringi semerbak wangi kembang setaman. Layaknya pasar. Malam itu, lokasi wisata pantai tersebut ramai dikunjungi warga. Namun bukan untuk berwisata. Yang menarik lagi, kawasan wisata biasanya ramai di siang hari atau sore hari. Tetapi tidak demikian untuk malam Jumat Kliwon di pantai Parang Kusumo. Justru di malam hari pengunjung objek wisata ini lebih banyak.

Gambar 1. Suasana di pantai Parangkusumo

Sebenarnya fenomena itu tidak hanya terjadi di malam Jumat Kliwon saja. Malam Selasa Kliwon juga demikian. Hal yang unik

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 • • Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Tempat bertemunya Kanjeng Ratu Kidul dengan Senopati. Itulah yang menjadikan tempat ini dianggap sakral oleh beberapa orang. Mereka meyakini bahwa tempat ini dapat mendatangkan berkah. Di dalam Puri cepuri terdapat sebuah batu, ada yang bilang batu itu adalah batu cinta. Di batu inilah Kanjeng Ratu kidul ber- temu Senopati yang tengah bertapa untuk menyempurnakan kesaktian. Selanjutnya Kanjeng Ratu Kidul jatuh cinta pada Seno- pati. Parang Kusumo juga dianggap sebagai pintu gerbang menuju Kraton Bale Sokodhomas yang dikuasai Kanjeng Ratu Kidul.

Sebelum memasuki kawasan ini, pasti akan melintasi sebuah benteng luas yang didalamnya tedapat batu besar. Batu inilah yang disebut Batu Gilang. Batu ini dipercaya datangnya dari gunung merapi, saat terjadi peristiwa meletusnya gunung. Padahal jika diilihat secara anatomi, pantai Parang Kusumo terletak jauh dari Gunung Merapi.

Gambar 2. Batu Cinta di Puri Cepuri

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Nuansa sakral akan begitu menusuk ketika memasuki kawasan Puri Cepuri. Aroma kemenyan yang dibakar berpadu aroma kem- bang setaman menambah aura mistis. Inilah salah satu ritual yang dilakukan sebagian orang di Puri Cepuri.

“Iya di sana memang sangat sakral, jika kita masuk harus mele- pas alas kaki dan jalannya jengkeng (kaki terlipat seperti posisi jong- kok)” tutur Pak Madiyo (47) saat saya temui.

Memang suasana demikian yang nampak di kawasan ini. Tetapi justru hal inilah yang menjadikan Parang Kusumo bagaikan gula yang diserbu semut.

“Kanggo ngalap berkah kanthi lantaran melek wengi,” (Demi men- dapatkan berkah dijalani dengan pengorbanan terjaga sepanjang malam) jawab Pak Madiyo saat saya tanya mengenai tujuan melaku- kan ritual di Parang Kusumo. Mungkin inilah yang menjadikan Pak Madiyo dan sebagian orang untuk melakukan ritual di Puri Cepuri.

Membakar kemenyan, menabur bunga di atas batu dan meman- jatkan doa-doa. Hal ini yang di lakukan para pengunjung. Ritual ini dilakuakan setiap malam-malam isrtimewa. Saat ditanya akan keisti- mewaan malam itu, Pak Madiyo tidak memaparkan dengan luas. Hanya mengungkapkan bahwa malam itu malam yang diberkahi Tuhan. Sehingga malam itu menjadi malam yang diistimewakan.

Kawasan pantai ini tidak hanya terkenal dengan fenomena Jumat Kliwon dan Salasa Kliwon. Kawasan Pantai Parang Kusumo juga kerap dijadikan sebagai tempat dilakukannya ritual labuhan. Yakni ungkapan syukur yang diwujudkan dengan melarung, atau melabuh beberapa sesajen ke tengah laut. Ritual ini dilakukan setiap Maulud, berdampingan dengan dilakukannya gunungan atau sekaten.

“Wah memang benar-benar terasa dampaknya. Setiap malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon, bus-bus semuanya penuh. Jadi kalau pulang sore, bisa-bisa tidak kebagian bus!” ungkap Vera (16) seorang pelajar di SMK Sewon yang biasa pulang sekolah dengan bus, di hari itu selalu direpotkan dengan penuhnya penumpang bus yang menuju arah selatan. Memang adanya fenomena itu tidak selamanya mendatangkan dampak buruk. Tetapi juga dapat ber- dampak positif bagi sebagian orang, seperti sopir bus.

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Banyak orang yang mempercayai akan keberhasilan ritual. Seperti fenomena malam Jumat Kliwon di Parang kusumo. Mereka memandang demikian dari sudut kultur dan adat. Ada yang meng- anggap yang demikian itu benar. Namun ada juga yang berpendapat bahwa ritual yang seperti itu merupakan perbuatan musrik. Hal ini ditinjau oleh sebagaian orang dari kacamata religi. Tetapi persepsi mengenai hal-hal itu tergantung pada masing-masing orang. Orang boleh menganggap hal itu benar. Namun mungkin ada yang kurang setuju. Seperti fenomena malam Jumat Kliwon ini. Padahal jika menilik lebih jauh fenomena seperti ini dapat menjadikan sesuatu yang menarik. Dapat mengundang keingintahuan dan penasaran. Pada akhirnya dapat meningkatkan nilai wisata. Hal-hal realistis yang dipadukan dengan hal gaib. Yang mungkin menjadikan hal baru yang dianggap fenomena. Serta menimbulkan argumen yang berbeda dari masing-masing orang.***

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Lia Hestu Pertiwi