Bantul MELESTARIKAN KEBUDAYAAN LEWAT GENERASI MUDA
SMAN 2 Bantul MELESTARIKAN KEBUDAYAAN LEWAT GENERASI MUDA
Tugas sekolah yang banyak tidak menyurutkan niat lima orang siswi untuk berlatih menari. Rasa senang akan kebudayaan daerah adalah salah satu alasan mereka mengikuti ekstrakurikuler yang satu ini. Dengan panduan seorang guru, mbak Reni, begitu mereka panggil, mereka mendapatkan ilmu tentang tarian yang sebelumnya belum mereka pelajari.
Hari Selasa adalah hari yang padat untuk kelima orang siswi tersebut. Dari pagi sibuk dengan KBM (Kegiatan Balajar Meng- ajar) di sekolah. Dan sepulang sekolah, ekstrakurikuler tari adalah saat yang dinanti. Lelah setelah pelajaran tak mengurungkan niat mereka. Dengan tari inilah, kepenatan setelah berjam-jam duduk, menyimak pelajaran di kelas dapat hilang sejenak.
Di zaman modern ini sangat sedikit anak muda (remaja) yang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan daerah. Seperti yang dikatakan Desi Yupita Rini, 16 tahun bahwa mereka lebih menyukai hal-hal modern, seperti cheers, dibanding- kan tarian tradisional.
Desi Yupita Rini atau yang akrab dipanggil dengan Yupi ini lahir tanggal 20 Desember 1992. Yupi adalah salah seorang dari kelima siswi yang mengikuti ekstrakurikuler tari di SMAN 2 Ban- tul. Ketertarikannya dengan tari di mulai sejak ia duduk dibang- ku kelas 2 sekolah dasar.
“Awalnya karena melihat tetangga menari, aku jadi tertarik. Dan aku merasa aku bisa untuk menari,” tegasnya.
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Sungguh menyiratkan sema- ngat, keinginan, dan niat yang sa- ngat terhadap kebudayaan daerah ini. Beberapa tarian genre kreasi, ataupun klasik, telah ia pelajari. Dari kedua model tarian tersebut, tari- an klasiklah yang lebih ia minati.
“Sebenarnya keduanya suka, tapi tergantung menarik atau tidak bagiku. Tapi tujuh puluh persen aku lebih tertarik klasik,” ujarnya.
Penghayatan yang mendalam dan gerakannya yang lembut mem- buat Yupi sangat tertarik pada tarian klasik. Pengalaman tentang perlombaan tari dan gerakannya yang telah luwes membuatnya sering dijadikan contoh teman-temannya dalam berlatih tari. Walaupun begitu, pengalaman tentang perlom- baan tari tak sepenuhnya menyenangkan. Pengalaman yang tak mengenakkan pun pernah dialami. Lawan main yang tidak sejalan dengannya pun pernah membuat gadis 16 tahun ini tersisihkan dalam sebuah lomba.
“Aku berusaha menyesuaikannya, tetapi tetap saja dia kurang bisa menyesuaikannya denganku,” terangnya. Selain itu, dipilihnya ia menjadi pengisi acara di setiap acara di sekolah juga menjadi pengalaman yang ia sukai. Seperti saat wisuda siswa kelas 3 SMA 2 Bantul angkatan 2010. Yupi dan keempat temannya ikut memeriahkan acara terse- but. Dengan membawa- kan tarian golek ayun- ayun, kelima siswi tersebut membuka acara wisuda.
Dari beberapa per- lombaan tari yang pernah
• Pesona Alam dan Budaya Jogja •
Dari beberapa tarian yang telah ia pelajari, tarian Kridaningtyas adalah tarian yang sangat ia sukai. “Kridaningtyas itu tarian perang berpasangan. Aku suka tari Kridaningtyas karena gerakannya tegas dan pesan dalam tarian itu dapat disampaikan dengan gerakan dan musiknya. Selain itu tarian- nya lebih energik tapi juga ada halusnya, jadi kita harus bisa meng- atur temponya. Dan menurutku kreasi lain yang pernah aku pelajari datar-datar saja,” tambahnya.
Namun apa pun tariannya ia sangat suka demi melestarikan kebudayaan daerah sendiri. Semua yang dia tekuni ini tentunya tidak akan berhasil bila tidak ada dukungan dari keluarganya terutama orang tua. Putri dari pasangan Bapak Iswanto dan Ibu Sudarsih ini sangat mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya. Dan terutama ibunya.
“Ibuku selalu mendukungku. Ibu bilang semua kesuksesan yang telah ia raih nantinya juga akan berguna bagi diriku. Dan tentu- nya melalui tari ini, ibuku berharap aku bisa sukses. Hehehehehe,” ujarnya sambil tersenyum.
Tapi memang benar, dengan menari ia mendapatkan apresiasi yang baik dari para teman-teman atau gurunya. Saat menduduki Sekolah Menengah Pertama ia berhasil mendapatkan nilai tambahan dari pihak sekolah.
“Karena itu, rankingku juga jadi tambah bagus,” tambahnya senang. Kecintaannya terhadap kebudayaan daerah yang satu ini mem- buatnya sangat ingin jika teman-temannya dapat ikut berpartisipasi melestarikannya juga.
“Aku dulu pernah meyakinkan teman-teman untuk ikut berlatih menari. Tapi tetap saja tidak banyak yang tertarik,” ujarnya. Tapi keadaan seperti apa pun tak membuatnya patah sema- ngat untuk tetap melestarikan kebudayaan daerah ini
• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •
Dengan banyaknya remaja yang lebih menyenangi hal-hal yang bersifat modern dia berharap, nantinya ekstrakurikuler tari dapat dikategorikan sebagai ekstrakurikuler wajib untuk para siswa-siswi.
“Ya, itu merupakan cara agar tarian tradisional dapat dikenal dan dipelajari oleh kebanyakan orang terutama anak muda,” jelas- nya.
Melalui generasi muda seperti inilah yang nantinya akan mem- pertahankan dan mengembangkan kebudayaan daerah yang tentunya berbeda dengan daerah lain.***
• Pesona Alam dan Budaya Jogja •
Rona Rizkhy Bunga Chasana