Wonosari, Gunungkidul KEPERKASAAN MBAH SINGKEL

SMAN 1 Wonosari, Gunungkidul KEPERKASAAN MBAH SINGKEL

Mbah Singkel (87 tahun), demikian janda tua beranak satu itu biasa dipanggil. Mbah Singkel merupakan salah satu penduduk yang bertempat tinggal di Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Sudah sangat tua bila dilihat dari segi umur, tetapi masih kuat melakukan aktivfitas dalam pekerjaan utama- nya. Adapun aktivitas sekaligus sebagai pekerjaan pokoknya adalah petani.

Wanita tua ini berprofesi se- bagai petani. Pekerjaan itu sudah digeluti sejak usia beliau masih dibilang remaja. Sebuah profesi yang pada umumnya disandang untuk orang desa seperti Mbah Singkel. Gathul dan sabit merupakan senjata pokok yang digunakan untuk bekerja. Tidak perlu pakaian seragam, apalagi ID Card sebagai tanda pengenal dalam bekerja. Mbah Singkel berangkat ke ladang lebih pagi dari biasanya sebelum sekawanan burung mencoba mencuri padi yang sudah mulai menguning. Alas Dowo, tempat ladang pertaniannya, berjarak sekitar 4 km. Dengan jarak tempuh sekian itu, diperlukan waktu tidak lebih dari setengah jam dari rumah. Dan itu dijalani hampir setiap hari dengan berjalan kaki meniti

Gambar 1. Mbah Singkel

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Pekerjaan sebagai petani dengan luas lahan pas-pasan membuat Mbah Singkel harus ekstra hati-hati agar pengeluaran tidak melebihi pemasukan. Sangat wajar kalau rumahnya sampai sekarang masih berlantai tanah dengan dinding tak bertembok. Sangat menyolok jika dibandingkan dengan gambar gedung pencakar langit yang ada di lembaran kalender tahun 2010 yang tergantung di dinding rumahnya.

Berapa yang bisa dihasilkan dari bertani? Dengan luas lahan tidak lebih dari satu hektar, maka hasil panen padi yang dihasilkan sekitar tujuh karung. Tapi cukuplah untuk makan setahun dengan dua orang anggota keluarga. Sebagian hasil panen yang ditanam dengan sistem tumpang sari dan palawija bisa dijual untuk keperlu- an dapur dan keperluan-keperluan sosial sekitar yang sebenarnya justru Mbah Singkel lebih pantas menerimanya.

Apa yang mendorong Mbah Singkel tetap bertahan dengan profesi itu? Kalau dipikir, hampir semua manusia menginginkan cukup uang, kalau perlu banyak uang, apalagi sisa uang. Termasuk Mbah Singkel. Dan harapan itu diperjuangkan dengan bertani. Ada banyak yang mendorong dan menjadi alasan mengapa Mbah Singkel tetap bertahan dengan garapan ladangnya. Karena bangku sekolah dasar saja tidak pernah dijamah, karena tidak punya keterampilan yang bisa menghasilkan uang dan karena itulah satu- satunya kompetensi yang dipelajari dari orangtuanya. Alasan yang sama disampaikan oleh Mbah Kromo (63 tahun) adik perempuan Mbah Singkel yang tinggal satu rumah. “Saya cuma meneruskan kerja orangtua, lagi pula saya juga buta huruf”.

Bertani, sebuah pekerjaan yang tidak banyak diminati orang karena harus berpanas-panas, hasilnya tidak bisa dinikmati segera dan harus menunggu terlalu lama, tidak bisa cepatinstant memperoleh hasilnya. Tapi, pekerjaan ini bagi Mbah Singkel merupakan profesi yang mau tidak mau harus disenangi dan

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 • • Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Menjadi petani memang menjadi pilihan, entah apapun yang terjadi. Akan sukses atau gagal, karena itulah satu-satunya pekerja- an yang selama ini dirasa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Peker- jaan akan mendukung kesuksesan? Siapa sih yang tidak mau sukses? Tapi perlu digarisbawahi bahwa indikator sukses pada tiap orang akan berbeda. Bagi Mbah Singkel, untuk mengeja huruf abjad saja, dia tidak hafal, tapi Mbah Singkel sebenarnya mempunyai kecer- dasan tersembunyi. Apakah itu? Jika dia ditanya tentang sesuatu respon menjawab nya cepat sekali. Menurut Lik Minah (23 tahun), tetangga dekat Mbah Singkel, jika dia ditanya hal-hal yang berhu- bungan dengan zaman modern sekarang, dia sama sekali tidak tahu. Tapi jika ditanya tentang peristiwa-peristiwa zaman dahulu seperti peristiwa penjajahan dan kemerdekaan, Mbah Singkel ahlinya. Dengan menggebu orang tua itu akan bercerita ketika dia harus masuk dalam lorong untuk menghindari serangan tentara Jepang

Pekerjaan ternyata berpengaruh terhadap tubuh. Bisa dibukti- kan bahwa, Mbah Singkel, janda yang sudah berumur kepala delapan puluhan lebih ini atau lebih tepat masuk dalam golongan lanjut usia alias lansia, badannya sudah agak membungkuk. Beban berat yang menumpang dalam gendongan hampir setiap hari rupanya semakin menambah bungkuk badannya. Bukan hanya itu, karena asupan makanan yang jauh dari menu seimbang didukung dengan usia yang semakin lanjut telah menunjang perubahan bentuk badan Mbah Singkel. Sekitar sepuluh tahun lalu, ada perubahan fisik yang terjadi dengan Mbah Singkel. Punggung perempuan perkasa itu mulai bungkuk seperti padi yang merunduk. Bagaimana tidak, tiap harinya selalu beraktivitas berat, dan yang namanya ‘susu’ saja tidak pernah kenal. Bersamaan semakin mbungkuknya Mbah Singkel, dia merasa langkah-langkah kaki menjadi berkurang kecepatan langkahnya tidak seperti tahun-tahun kemarin.

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Bekerja dengan kondisi badan membungkuk, bagi mbah Singkel hal itu ‘no problem’. “Selama saya masih diparingi nyawa sama Gusti Allah, saya tetep mau bekerja terus. Kalau tidak, mau dapat uang darimana. Masa minta. Yo malu no,” tutur Mbah Singkel dengan semangat- nya.

Kondisi fisik Mbah Singkel yang semakin membungkuk ini, sangat rawan sekali untuk jatuh. Adik perempuannya sering kha- watir jikalau nanti terjatuh dari tempat yang tinggi dan umurnya yang semakin tua. Tapi jika Mbah Singkel dinasehati oleh adiknya, dia tidak mau menuruti.

Bagaimana menysikapi kemajuan teknologi pertanian? Pekerjaan petani yang saat ini mulai terbantu dengan mengguna- kan peralatan mesin-mesin bermotor semakin meninggalkan ke- giatan tradisional seperti mencangkul. Tetapi peralatan bermotor ternyata tidak berlaku bagi lahan garapan Mbah Singkel karena lahan yang ada tidak terjangkau oleh roda kendaraan. Biaya opera- sional juga tentu akan menjadi kendala sehingga tenaga tangan ma- nusia menjadi andalan untuk menggarap ladangnya.

Bagaimana cara bertani? Bagi Mbah Singkel tidak mengenal apa itu ilmu biologi, apalagi ilmu hama tanaman. Yang ia tahu adalah ilmu tanaman yang ia pelajari dari sekitar, ilmu penyakit tanaman yang ia peroleh dari fakta sekeliling yang terjadi secara musiman. Orang jawa bilang, ilmu Mbah Singkel adalah ‘ilmu titen’, yaitu ilmu karena hapalan dari belajar kenyataan hidup sehari-hari.

Pekerjaan petani yang terpapar sinar matahari langsung mem- buat kulit seakan terbakar, dan merubah kulit yang kecoklatan menjadi lebih hitam. Topi caping yang melekat di kepala mMbah Singkel rupanya kurang memberi perlindungan terhadap paparan sinar panas matahari, sehingga kulit keriput itu semakin bertambah kusut kehitaman, apalagi tak pernahtanpa tersentuh handbody

Perjalanan panjang ke ladang yang dijalani sudah berpuluh - puluh tahun, membuat telapak kaki Mbah Singkel menjadi terlihat lebih tebal. Mengapa begitu? Karena alas kaki yang berbentuk san- dal jepit menjadi barang langka yang hanya dipakai saat tertentu

• Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 • • Antologi Feature Bengkel Sastra Indonesia 2010 •

Hasil dari bertani, dengan masa panen maksimal dua kali setahun, sekadar untuk mencukupi makan, tidak banyak yang dialihkan untuk keperluan sandang ataupun papan. Suatu ketika ada tukang kredit pakaian datang menawarkan dagangan keliling,

“Pake ini Mbah biar awet muda!” maka Mbah Singkel hanya mesam-mesem . “Bisa dikredit lho Mbah!” Pedagang masih saja merayu. Dengan iming-iming diskon

segala, ternyata tidak membuat Mbah Singkel tertarik. Kenapa? Harga yang tidak terjangkau dengan pemanfaatan batrang yang ditawarkan rupanya menjadi alas an Mbah Singkel untuk menolak tawaran itu. Cukup beberapa lembar kain jarik dan kebaya yang warnanya sudah memudar terbasuh sabun colek merupakan pakaian kerja sekaligus pakaian tidur Mbah Singkel.

Apa yang bisa diperoleh dari sisi positif pekerjaan mMbah Sing- kel? Tidak hanya berpeluang untuk tidak banyak korupsi, ternyata mejadi petani merupakan kebanggaan tersendiri. Kenapa? Hanya sederhana yang ada dalam pikiran Mbah Singkel ‘bisa memberi makan orang banyak’ itu saja. Singkat tetapi sangat bermakna bijak.

Ada sisi lain yang menjadi kebanggaan banyak orang karena bertani tidak saja memberi makan orang banyak melainkan dengan banyak gerak akan berdampak pada kesehatan tubuh. Jangan kaget kalau penyakit stroke dan jantung banyak menyerang orang-orang karena kebiasaan mereka yang salah termasuk pola makan dan olah raga yang tidak dilakukan dengan teratur. Dengan jalan kaki menyusuri bukit yang dilakukan hampir setiap hari, menjadi arena olahraga tersendiri bagi Mbah Singkel.***

• Pesona Alam dan Budaya Jogja •

Astri Desiana