Penyampaian Pokok-Pokok Materi dan Penjelasannya

95 dalam penyampaian informasi, yaitu: 1 menyampaikan pokok-pokok materi dan penjelasannya; dan 2 pemberian contoh dan noncontoh. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut tentang dua langkah dalam penyampaian informasi untuk anak lamban belajar di kelas III B, kelas V A, dan kelas V B.

a. Penyampaian Pokok-Pokok Materi dan Penjelasannya

Cara yang ditempuh ketiga guru kelas dalam menyampaikan pokok-pokok materi dan penjelasannya untuk anak lamban belajar, sama dengan penyampaian pokok-pokok materi dan penjelasannya untuk siswa lainnya. Ketiga guru kelas menyampaikan pokok-pokok materi melalui ceramah secara lisan dan klasikal dan menyampaikan penjelasan setiap pokok materi melalui ceramah secara lisan dan klasikal, kemudian diikuti tanya jawab dengan siswa secara klasikal. Dalam menjelaskan cara mengerjakan soal Matematika, ketiga guru kelas juga menuliskan di papan tulis dan menjelaskan setahap demi setahap. Akan tetapi, ketiga guru kelas memberikan beberapa perlakuan khusus terkait karakteristik masing-masing anak lamban belajar. Dalam kegiatan tanya jawab, anak lamban belajar cenderung pasif untuk bertanya. Namun, ketiga guru kelas tidak memberikan perlakuan khusus pada anak lamban belajar karena pada kegiatan tanya jawab tersebut guru kelas harus mengkondisikan kelas agar siswa yang bertanya tidak membuat gaduh dan guru menjawab pertanyaan siswa 96 lainnya. Meskipun tidak memberikan perlakuan khusus, GK2 memberikan kesempatan pada anak lamban belajar AN dan SD untuk menjawab pertanyaan yang secara individual diajukan GK2 dan memberi kesempatan kedua anak lamban belajar untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Selain dari GK2, GPK2 juga menanamkan pada anak lamban belajar AN untuk mau bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Demikian juga dengan GK3 ynag dalam menjelaskan materi memberi kesempatan anak lamban belajar EP dan IN untuk bertanya materi yang belum dipahami, meskipun akhirnya kedua anak lamban belajar juga tidak memanfaatkan kesempatan untuk bertanya. Dalam penyampaian pokok-pokok materi dan penjelasannya untuk anak lamban belajar, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan guru kelas, yaitu penggunaan bahasa, penggunaan media pembelajaran atau alat peraga, pengulangan materi, dan pemahaman konsep. Komponen pertama adalah penggunaan bahasa dalam menjelaskan materi untuk anak lamban belajar. Ketiga guru kelas menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, tetapi GK3 mayoritas menggunakan bahasa Jawa. Ketiga guru kelas menggunakan bahasa yang sederhana dan sebisa mungkin dapat dipahami semua siswa, termasuk anak lamban belajar. Apabila dalam materi terdapat kosa kata baru atau kosa kata sukar, ketiga guru kelas menjelaskan kosakata tersebut dengan kata-kata yang lebih sederhana atau dengan kata-kata 97 yang sering didengar siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semua siswa dapat memahami kosa kata baru atau kosa kata sukar tersebut. Komponen kedua adalah penggunaan media pembelajaran atau alat peraga. Dalam penyampaian pokok-pokok materi dan penjelasannya, ketiga guru kelas tidak selalu menggunakan media pembelajaran atau alat peraga. Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa media pembelajaran yang digunakan ketiga guru kelas untuk membantu anak lamban belajar dalam memahami materi sama dengan siswa lainnya. Ketiga guru kelas menggunakan media komputer atau animasi. GK1 menggunakan media komputer atau animasi saat tidak bisa membawa contoh langsung kepada siswa. GK2 menggunakan media komputer atau animasi untuk memperkuat pemahaman anak lamban belajar melalui pembelajaran interaktif, misalnya dengan „Jogja Belajar‟ yang dilaksanakan di ruang baca. GK3 juga menggunakan media komputer atau animasi, tetapi selama ini menghadapi kendala dalam persiapan seperti LCD dan proyektor yang membutuhkan bantuan banyak orang dan alokasi waktu yang dibutuhkan cukup banyak. Keefektifan pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga dalam pembelajaran untuk anak lamban belajar di masing-masing 98 kelas berbeda-beda. GK1 menyampaikan bahwa pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga untuk anak lamban belajar di kelas III B masih kurang efektif dalam membantu anak lamban belajar AP untuk memahami materi karena GK1 masih harus memberikan penjelasan dan pengulangan-pengulangan lagi untuk anak lamban belajar AP. Hampir sama dengan GK1, GK2 juga mengemukakan bahwa pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga hanya sedikit efektif untuk anak lamban belajar AN dan SD. Namun, GK3 mengemukakan bahwa pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga di kelas V B untuk anak lamban belajar termasuk efektif. Dalam hal pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga untuk membantu anak lamban belajar dalam pemahaman materi ini, GPK2 mengemukakan bahwa keefektifan penggunaan media pembelajaran atau alat peraga tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor guru kelas, tetapi juga dipengaruhi oleh keaktifan dan daya tangkap anak lamban belajar. Komponen selanjutnya adalah pengulangan materi. GK1 memberi pengulangan materi secara klasikal untuk konsep dasar dan pengulangan materi secara individual yang disampaikan secara umum dan sekilas untuk anak lamban belajar.GK2 memberikan pengulangan secara klasikal dan kelompok untuk mengulangi konsep dasar dan mengulangi materi yang belum dipahami siswa, dan pengulangan materi secara secara individual untuk mengingatkan anak lamban belajar tentang konsep tertentu dan membantu anak lamban belajar 99 saat belum memahami materi. GK3 memberikan pengulangan materi secara klasikal untuk beberapa konsep dasar dan materi yang membutuhkan pembahasan lebih lanjut dan pengulangan materi secara individual saat anak lamban belajar bertanya pada GK3. Pengulangan individual untuk anak lamban belajar lebih banyak diberikan oleh ketiga guru kelas pada komponen partisipasi siswa dan kegiatan lanjutan. Komponen terakhir adalah pemahaman konsep. GK1 menjelaskan bahwa pemahaman konsep untuk anak lamban belajar sama dengan siswa lainnya, sedangkan GK2 dan GK3 lebih menekankan pemahaman konsep daripada hafalan pada anak lamban belajar. Dalam memberikan pemahaman konsep untuk anak lamban belajar AP, GK1 juga meminta bantuan GPK1 karena keterbatasan guru kelas. GPK1 lebih banyak membantu guru kelas dalam memahamkan konsep untuk anak lamban belajar pada pelaksanaan latihan atau praktik. GK1 memahamkan konsep pada anak lamban belajar dengan melakukan tanya jawab dengan siswa, mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan memberikan pengulangan konsep dasar. GK2 lebih menekankan pemahaman konsep dasar pada anak lamban belajar dibandingkan hafalan karena memori anak lamban belajar terbatas. GK2 menekankan pemahaman konsep melalui tanya jawab dengan anak lamban belajar, memberikan beberapa kali pengulangan konsep dasar, menerapkan permainan bisik berantai, 100 memberikan contoh penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari- hari, melalui praktik langsung, dan melalui media komputer atau animasi dalam bentuk pembelajaran interaktif. Sama seperti GK2, GK3 juga lebih menekankan pemahaman konsep pada anak lamban belajar dibandingkan hafalan. GK3 menekankan pemahaman konsep pada anak lamban belajar dengan melakukan pengamatan langsung terhadap benda konkret, kemudian melakukan tanya jawab dengan siswa tentang hasil pengamatannya dan dengan menjelaskan konsep dasar secara lisan dengan kata-kata yang lebih sederhana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GK1 memberikan perlakuan khusus terhadap anak lamban belajar dalam penyampaian informasi dan penjelasannya pada komponen penggunaan bahasa dan pengulangan materi secara individual. GK2 dan GK3 memberikan perlakuan khusus terhadap anak lamban belajar dalam penyampaian informasi dan penjelasannya pada komponen penggunaan bahasa, pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga khususnya media komputer atau animasi, pengulangan materi secara individual, dan penekanan pemahaman konsep.

b. Pemberian Contoh dan Noncontoh