100 memberikan contoh penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-
hari, melalui praktik langsung, dan melalui media komputer atau animasi dalam bentuk pembelajaran interaktif.
Sama seperti GK2, GK3 juga lebih menekankan pemahaman konsep pada anak lamban belajar dibandingkan hafalan. GK3
menekankan pemahaman konsep pada anak lamban belajar dengan melakukan pengamatan langsung terhadap benda konkret, kemudian
melakukan tanya jawab dengan siswa tentang hasil pengamatannya dan dengan menjelaskan konsep dasar secara lisan dengan kata-kata
yang lebih sederhana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GK1 memberikan
perlakuan khusus terhadap anak lamban belajar dalam penyampaian informasi dan penjelasannya pada komponen penggunaan bahasa dan
pengulangan materi secara individual. GK2 dan GK3 memberikan perlakuan khusus terhadap anak lamban belajar dalam penyampaian
informasi dan penjelasannya pada komponen penggunaan bahasa, pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga khususnya media
komputer atau animasi, pengulangan materi secara individual, dan penekanan pemahaman konsep.
b. Pemberian Contoh dan Noncontoh
Sebagaimana penyampaian pokok-pokok materi dan penjelasannya, cara yang ditempuh ketiga guru kelas untuk memberikan contoh dan
noncontoh pada anak lamban belajar sama dengan siswa lainnya.
101 Perlakuan khusus untuk anak lamban belajar tidak diberikan pada
aspek pemberian contoh dan noncontoh. Ketiga guru kelas memberikan contoh dan noncontoh dalam menjelaskan konsep atau
materi melalui penjelasan secara lisan dan klasikal, diiukti kegiatan tanya jawab. Melalui tanya jawab, ketiga guru kelas dapat mengetahui
apa siswa dapat memahami materi dengan menyebutkan contoh dengan benar atau belum dapat memahami materi karena belum dapat
menyebutkan contoh yang benar. Selain itu, hasil observasi menunjukkan bahwa dalam memberikan noncontoh untuk siswa pada
pembahasan materi tentang kata baku dan tidak baku, GK1 memberikan noncontoh dari jawaban siswa yang kurang tepat. GK1
menunjukkan kata tidak baku pada soal, kemudian menunjukkan kata baku yang tepat, seperti terlihat pada petikan saat GK1 menjelaskan
contoh dan bukan contoh hasil observasi berikut. “… faham itu
harusnya pakai „p‟, jadi paham, syah, harusnya sah, dan ijasah, „s‟nya diganti „‟z‟.” Setelah itu, GK1 menyampaikan bahwa kata baku yang
tepat pada soal adalah „Rabu‟.
Selain itu, ketiga guru kelas juga tidak selalu menggunakan media pembelajaran atau alat peraga dalam memberikan contoh dan
noncontoh. Secara umum, media pembelajaran atau alat peraga oleh semua siswa sama. Media yang digunakan ketiga guru kelas bervariasi,
sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, seperti media visual dalam bentuk gambar atau media konkret berupa benda-benda yang
102 ada di lingkungan sekitar siswa. Meskipun tidak selalu menggunakan
media pembelajaran, ketiga guru kelas mengaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam memberikan contoh dan noncontoh.
Dalam memberikan contoh dan noncontoh, ketiga guru kelas juga mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari anak. GK1
mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak dengan menghubungkan secara langsung materi dengan kehidupan sehari-hari
anak. Misalnya pada mata pelajaran PKn, materi saling menghargai dikaitkan langsung dengan contoh kehidupan siswa di kelas. Selain itu,
dalam pembahasan konsep atau materi dalam soal, GK1 memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya, saat menjelaskan
pengertian „genangan air‟ pada salah satu soal, GK1 melakukan tanya jawab dengan siswa, lalu menjelaskan bahwa genangan air sama
dengan kubangan air dan memberikan contoh genangan air dalam kehidupan sehari-hari siswa, yaitu saat musim penghujan di halaman
rumah sering terdapat genangan air. GK2 mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak
melalui lingkungan, misalnya memberikan contoh-contoh penerapan materi dalam lingkungan sehari-hari anak. Hal ini didukung oleh hasil
observasi yang menunjukkan bahwa pada pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi laporan pengamatan, GK2 memberikan contoh
pengamatan yang dapat dilaksanakan siswa di lingkungan sekitar
103 siswa, yaitu di pasar. Selain itu, pada mata pelajaran PKn, GK2 juga
memberikan contoh penerapan prinsip musyawarah mufakat dalam kehidupan sehari-hari siswa.
GK3 mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak melalui materi yang mudah dipahami anak dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari anak. Selain itu, GK3 juga memberikan contoh penerapan materi dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan tanya
jawab dengan siswa secara klasikal untuk menggali pengetahuan dan pengalaman tentang contoh-contoh materi dalam kehidupan sehari-hari
siswa. Misalnya, pada pelajaran Matematika tentang materi skala gambar, GK3 memberikan contoh penerapan skala gambar dalam
kehidupan sehari-hari siswa, seperti skala pada peta Madura dan skala antara Kota Yogyakarta dan Pantai Parangtritis. Selain itu, pada mata
pelajaran IPA, GK3 dan siswa melakukan tanya jawab tentang contoh- contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui noncontoh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian
contoh dan noncontoh ketiga guru kelas tidak memberikan perlakuan khusus untuk anak lamban belajar.
3. Bantuan untuk Anak Lamban Belajar dalam Partisipasi Siswa