Hasil Wawancara II Hasil Wawancara III

297 Peneliti : “Bagaimana bentuk penyesuaian tingkat kesulitan bahan dan penggunaan bahasa dalam butir soal ulangan, tes, atau tugas lainnya dengan kemampuan dan kebutuhan anak lamban belajar di kelas ibu?” GK2 : “Soalnya sama, tapi grade lebih ringan Mbak. Kalau anak normal harus mengerjakan soal pilihan ganda, isian singkat, dan essay, anak lamban belajar harus mengerjakan abc atau soal pilihan ganda sama isian singkat saja Mbak karena memori mereka terbatas .” Peneliti : “Apa bapakibu memberikan PR untuk anak lamban belajar?” GK2 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Bagaimana tingkat kesulitan PR yang harus dikerjakan anak lamban belajar di kelas ibu?” GK2 : “Biasanya nggak saya suruh mengerjakan yang uraian Mbak.” Peneliti : “Bagaimana upaya yang ibu tempuh untuk meningkatkan motivasi belajar anak lamban belajar di kelas ibu?” GK2 : “Ada reward Mbak, biasanya saat UTS atau semesteran. Kalau harian ada tambahan nilai untuk memacu semangat siswa.” Peneliti : “Bagaimana ibu menampilkan hasil pekerjaan anak lamban belajar yang baik?” GK2 : “Hasil pekerjaan anak ditampilkan di sudut kelas Mbak.” Peneliti : “Bagaimana ibu mengajari anak lamban belajar cara merefleksi dan mencatat kemajuan mereka sendiri?” GK2 : “Per individu tidak ada, tapi sudah hafal.” Peneliti : “Jadi secara klasikal ya Bu?” GK2 : “Iya Mbak.”

B. Hasil Wawancara II

Subjek Penelitian : Kepala Sekolah KS Hari, Tanggal : Senin, 5 Mei 2014 Waktu : Pukul 09.35 – 09.50 WIB Tempat : Ruang kepala sekolah SD Negeri Giwangan Peneliti : “Apa setiap satu anak lamban belajar didampingi oleh GPK yang bekerja sama dengan guru kelas dalam proses pembelajaran untuk anak lamban belajar?” KS : “Tidak harus Mbak. GPK ada yang dari orang tua siswa ABK sendiri. Tapi, sekolah juga menyediakan GPK. Untuk biayanya include RAPBS.” Peneliti : “Bagimana kebijakan sekolah tentang bantuan yang diberikan guru kelas dan GPK untuk anak lamban belajar selama mengerjakan latihan dan praktik di kelas?” KS : “Kalau untuk seluruh ABK yang berkaitan dengan ketunaan ditangani oleh GPK Mbak. Karena kalau guru kelas menangani semua ABK yang ada di kelas, pasti akan kewalahan. Misalnya, kalau ada anak hiperaktif sering keluar kelas, guru kelas menangani anak tersebut, sementara itu anak lainnya di ke las keteteran.” Peneliti : “Bagaimana kebijakan sekolah tentang bantuan yang diberikan guru kelas dan GPK untuk anak lamban belajar selama mengerjakan soal ulangan, tes, atau tugas lainnya di kelas?” KS : “Semuanya ditangani GPK Mbak.”

C. Hasil Wawancara III

Subjek Penelitian : Guru Pembimbing Khusus Sekolah GPK2 Hari, Tanggal : Selasa, 6 Mei 2014 Waktu : Pukul 08.45 – 09.00 WIB Tempat : Ruang kelas VA SD Negeri Giwangan 298 Peneliti : “Apa ibu mendampingi anak lamban belajar di kelas V A untuk semua mata pe lajaran?” GPK2 : “Kalau di sini tidak ada yang mendampingi anak lamban belajar Mbak. Seharusnya saya, tapi karena anak saya banyak semua ABK di SD Negeri Giwangan, jadi tidak bisa selalu mendampingi. Anak lamban belajar tidak untuk setiap saat didampingi GPK Mbak. Idealnya memang ada pendamping Mbak, tapi tidak intensif. Kalau SDM, kelas IV kemarin masih saya dampingi. Tapi mungkin karena malu sama teman-temannya, kelas V kemarin sudah tidak mau didampingi. SDM nggak mau kalau disebut anak inklusi. Orang tuanya juga mbelani putranya Mbak. Kalau orang tuanya sudah seperti itu, bagaimana lagi Mbak. Kalau ANA, motivasinya tinggi. Termasuk anak yang rajin. Meskipun pendiam, anaknya rajin Mbak.” Peneliti : “Apa tujuan pembelajaran untuk anak lamban belajar yang ibu bimbing sama dengan siswa lainnya?” GPK2 : “Tidak ada perbedaan Mbak. Hanya untuk anak lamban belajar yang teoretik dikonkretkan.” Peneliti : “Apa Kriteria Ketuntasan Minimal KKM untuk anak lamban belajar yang ibu bimbing sama dengan siswa lainnya? ” GPK2 : “Sama.” Peneliti : “Apa keterampilan prasyarat yang harus dimiliki anak lamban belajar yang ibu bimbing sama dengan siswa lainnya?” GPK2 : “Sama Mbak. Karena kalau anak slow learner kan baru terlihat setelah mengikuti proses pembelajaran.” Peneliti : “Bagaimana ruang lingkup materi yang disampaikan untuk anak lamban belajar yang ibu bimbing?” GPK2 : “Ruang lingkupnya sama Mbak karena pada dasarnya anak lamban belajar itu bisa memahami materi yang sama, cuma harus dengan pengulangan- pengulangan, metode berbeda, waktu yang lama, pendekatan individual, bahasa yang abstrak dikonkretkan. Kalau didekati bisa dengan rentang waktu yang lebih panjang.” Peneliti : “Bagaimana metode pembelajaran yang efektif diterapkan untuk anak lamban belajar yang ibu bimbin g?” GPK2 : “Metode ceramah itu kurang efektif Mbak. Kalau lamban belajar, itu metodenya lebih yang metode fungsional melalui praktik langsung.” Peneliti : “Apa ibu membantu guru kelas dalam memanfaatkan alat peraga atau media pembelajaran untuk anak lamban belajar?” GPK2 : “Media dari GK2 Mbak. Seperti pada umumnya, kalau di kelas, GK2 banyak menggunakan gambar.” Peneliti : “Kalau untuk media sendiri untuk anak lamban belajar, kenapa sepertinya kurang efektif ya Bu? Media kan tujuannya untuk membantu memahamkan materi, tapi anak lamban belajar masih selalu membutuhkan pengulangan- pengulangan.” GPK2 : “Untuk media, tidak hanya terfokus pada guru Mbak, tapi juga dipengaruhi bagaimana keaktifan siswa dan daya tangkap siswa.” Peneliti : “Apa ibu membantu guru kelas dalam pengulangan materi secara individual untuk anak lamban belajar?” GPK2 : “Tidak Mbak.” Peneliti : “Apa ibu lebih menekankan pemahaman konsep daripada hafalan pada anak lamban belajar yang ibu bimbing?” GPK2 : “Biasanya GK2 insidental Mbak.” Peneliti : “Bagaimana ibu membantu guru kelas dalam memahamkan konsep materi yang dipelajari anak lamban belajar yang ibu bimbing?” GPK2 : “Pemahaman konsep dari GK2 Mbak.” Peneliti : “Apa anak lamban belajar yang ibu bimbing melaksanakan latihan rutin set iap hari di kelas?” 299 GPK2 : “Iya Mbak. Setiap saat, setiap waktu harus ada latihan, drill untuk anak lamban belajar.” Peneliti : “Bagaimana tingkat kesulitan tugas, soal-soal latihan, atau PR yang harus dikerjakan anak lamban belajar yang ibu bimbing?” GPK2 : “Sama dengan anak lainnya.” Peneliti : “Apa anak lamban belajar yang ibu bimbing mendapatkan tambahan waktu dalam mengerjakan tugas atau soal- soal latihan di kelas?” GPK2 : “Harusnya iya. Slow learner butuh materi yang dikonkretkan, waktu yang lebih lam a, remedial setiap saat, dan penambahan jam belajar.” Peneliti : “Apa anak lamban belajar yang ibu bimbing mengikuti pembelajaran kooperatif di kelas?” GPK2 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif untuk anak lamban belajar y ang ibu bimbing?” GPK2 : “Kalau pembagian kelompok dilakukan sendiri oleh guru kelas Mbak. Pembagian kelompok dipilih, ada anak yang bisa jadi pemimpin regu kerja. Jadi ada anak yang mletis, tapi ada juga yang mlempem dalam satu kelompok. Kalau untuk kelas A ini untuk kerja sama, egonya masih tinggi, akhir- akhir ini baru bisa dikendalikan.” Peneliti : “Apa ibu bersama guru kelas membantu anak lamban belajar dalam mengerjakan tugas atau soal-soal latihan dengan memberitahu apa yang harus dikerjakan untuk mem perbaiki kesalahan?” GPK2 : “Dari guru kelas iya Mbak.” Peneliti : “Kemudian, apa ibu bersama guru kelas membantu anak lamban belajar dalam mengerjakan tugas atau soal-soal latihan dengan memeriksa hasil perbaikan anak lamban belajar?” GPK2 : “Dari guru kelas juga Mbak.” Peneliti : “Apa anak lamban belajar yang ibu bimbing mendapatkan tambahan waktu untuk mengerjakan soal ulangan, tes, atau tugas lainnya?” GPK2 : “Tidak ada, harusnya iya.” Peneliti : “Apa ibu membantu guru kelas dalam memberikan modifikasi pemberian soal ulangan, tes, atau tugas lainnya untuk anak lamban belajar yang ibu bimbing?” GPK2 : “Mereka menerima perintah juga bisa, jadi tidak ada bantuan.” Peneliti : “Bagaimana bentuk penyesuaian tingkat kesulitan bahan dan penggunaan bahasa dalam butir soal ulangan, tes, atau tugas lainnya dengan kemampuan dan kebutuhan anak lamban belajar yang ibu bimbing?” GPK2 : “Sama dengan siswa lainnya.” Peneliti : “Apa guru kelas memberikan PR untuk anak lamban belajar yang ibu bimbing?” GPK2 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Bagaimana tingkat kesulitan PR yang harus dikerjakan anak lamban belajar yang ibu bimbing?” GPK2 : “Sama dengan siswa lainnya Mbak.” Peneliti : “Bagaimana upaya yang ibu tempuh untuk meningkatkan motivasi belajar anak lamban belajar yang ibu bim bing?” GPK2 : “Lebih ke guru kelas Mbak. Seperti tadi Mbak. Ada review langsung. Mereka butuh perhatian khusus, diperlakukan sebagai manusia Mbak. Nggak dicemooh, tidak disebut sebagai anak bodoh.”

D. Hasil Wawancara IV