104 umpan balik berupa penguatan positif dan penguatan negatif. Berikut
adalah hasil penelitian tentang bantuan guru kelas untuk anak lamban belajar dalam partisipasi siswa di kelas III B, kelas V A, dan kelas V B.
a. Latihan dan Praktik
Ketiga guru kelas memberikan tugas atau soal-soal latihan secara rutin untuk semua siswa, termasuk anak lamban belajar. Dalam
memberikan latihan dan praktik untuk siswa, GK1 menjelaskan bahwa jika latihan untuk siswa dirasa masih kurang, GK1 memberikan
tambahan latihan. Selain itu, ketiga guru kelas memberikan latihan secara bertahap mulai dari yang lebih ringan ke yang lebih sulit. Dalam
memberikan latihan dan praktik untuk anak lamban belajar ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan guru kelas, yaitu tingkat kesulitan dan
tambahan waktu dalam pengerjaan latihan dan praktik. Hal pertama yang perlu diperhatikan guru kelas adalah tingkat
kesulitan dalam latihan dan praktik untuk anak lamban belajar. GK1 dan GK3 memberikan latihan tugas dan soal-soal latihan untuk anak
lamban belajar dengan tingkat kesulitan yang sama dengan siswa lainnya. GK1 memberikan latihan dengan tingkat kesulitan yang sama
agar anak merasa semua siswa sama. Berbeda dari GK1 dan GK3, dalam hal tingkat kesulitan tugas dan soal-soal latihan ini, GK2
mempunyai kebijakan tersendiri. Meskipun tugas dan soal-soal latihan yang dikerjakan anak lamban belajar sama dengan siswa lainnya, GK2
menjelaskan bahwa tingkat kesulitan tugas atau soal-soal latihan yang
105 harus dikerjakan anak lamban belajar lebih ringan dari siswa lainnya.
Misalnya, anak lamban belajar hanya diharuskan mengerjakan soal romawi I dan II, sedangkan siswa lainnya harus mengerjakan romawi
I, II, dan III. Dari hasil observasi, GK2 tidak menyampaikan secara lisan di depan kelas tentang kebijakan tersebut.
Hal kedua yang perlu diperhatikan guru kelas dalam memberikan latihan dan praktik adalah tambahan waktu yang diberikan untuk anak
lamban belajar. Ketiga guru kelas memberikan tambahan waktu untuk anak lamban belajar dan semua siswa yang belum menyelesaikan
latihan di kelas. Secara umum, alokasi waktu yang diberikan GK1 dan GK3 dalam mengerjakan latihan di kelas sangat longgar. Dalam
beberapa pertemuan, jam pelajaran menjadi lebih lama dari alokasi waktu yang ditetapkan sebelumnya. Apabila alokasi waktu dalam satu
pertemuan sudah habis, tetapi ada siswa yang belum selesai mengerjakan latihan, GK1 menginstruksikan siswa melanjutkan
mengerjakan latihan pada pertemuan selanjutnya, sedangkan GK2 dan GK3 menginstruksikan pada siswa agar latihan dijadikan PR atau
dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Untuk alokasi waktu dalam latihan dan praktik ini, tambahan waktu
yang diberikan GK2 untuk anak lamban belajar dan siswa lainnya tidak melebihi dari alokasi waktu dari yang sudah dijadwalkan. Dalam
beberapa kali pelaksanaan tugas, GK2 juga memberikan waktu tambahan hanya sampai istirahat. Apabila alokasi waktu sudah habis,
106 tetapi masih banyak siswa yang belum selesai mengerjakan, tugas atau
soal-soal latihan dijadikan PR. Dengan demikian dalam pemberian latihan dan praktik untuk anak
lamban belajar ini, GK1 dan GK3 memberikan penyesuaian alokasi waktu, sedangkan GK2 memberikan penyesuaian tingkat kesulitan dan
alokasi waktu. Namun, penyesuaian alokasi waktu yang diberikan oleh GK2 tidak sebanyak GK1 dan GK3.
Cara yang ditempuh ketiga guru kelas dalam memberikan latihan dan praktik untuk anak lamban belajar sama dengan latihan dan praktik
yang diberikan untuk siswa lainnya. Ketiga guru kelas memberikan latihan dan praktik dengan memberikan tugas individu dan kelompok,
menginstruksikan siswa melaksanakan kerja kelompok, ceramah secara lisan dan klasikal, dan melalui tanya jawab. Selain itu, GK2
juga memberikan latihan dan praktik dengan brain storming. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut tentang
pelaksanaan pembelajaran kooperatif dalam latihan dan praktik karena anak lamban belajar menyukai suasana pembelajaran kooperatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa GK1, GK2, dan GK3 menerapkan pembelajaran kooperatif dalam latihan dan praktik untuk anak lamban
belajar di kelas. Pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan masing- masing guru kelas berbeda-beda karena kondisi kelas dan siswa yang
dihadapi berbeda.
107 GK1 melaksanakan pembelajaran kooperatif untuk anak lamban
belajar dan siswa lainnya dengan menerapkan metode kerja kelompok atau diskusi kelompok. Kelompok yang dibentuk GK1 merupakan
kelompok yang heterogen. Metode tutor sebaya diterapkan untuk siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas, tetapi justru membuat gaduh di
kelas. Di mana, siswa tersebut diinstruksikan untuk mengajari temannya yang belum selesai. Anak lamban belajar AP lebih banyak
dibantu oleh GPK1. Selama mengikuti pembelajaran kooperatif, anak lamban belajar AP cenderung kurang berperan aktif dan kurang efektif
karena suasana gaduh membuat anak lamban belajar AP sulit berkonsentrasi. Anak yang berperan aktif dalam kerja kelompok hanya
siswa yang pandai. Selain itu dari informasi GPK1, pada pelaksanaan permainan kelompok, anak lamban belajar AP biasanya mundur ke
belakang. Ketika ditanya mengapa tidak ikut bermain, anak lamban belajar AP menjawab,
“Nggak mudeng Bu.” Namun, melalui pembelajaran kooperatif anak lamban belajar AP dapat beradaptasi
dengan teman-temannya dan merasa senang dapat belajar bersama teman-temannya.
GK2 sering melaksanakan pembelajaran kooperatif untuk anak lamban belajar dan siswa lainnya karena efektif. GK2 membagi siswa
menjadi beberapa kelompok yang heterogen. Anak lamban belajar berada dalam kelompok yang jumlah anggotanya lebih banyak dari
kelompok lainnya. Misalnya jika ada kelompok yang jumlah
108 anggotanya empat atau lima anak, anak lamban belajar masuk dalam
kelompok yang jumlah anggotanya ada lima anak. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, GK2 menerapkan beberapa metode
pembelajaran, seperti metode brain storming, kerja kelompok, diskusi kelompok, dan tutor sebaya. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif
untuk anak lamban belajar adalah anak lamban belajar diperlakukan sama seperti siswa lainnya, tetapi GK2 juga memberikan motivasi dan
pendekatan untuk anak lamban belajar, seperti anak lamban belajar SD harus lebih banyak diingatkan dan ditegur oleh GK2 agar mau
membantu teman sekelompoknya. Selain itu, GK2 juga membimbing anak lamban belajar AN dalam kerja kelompok dengan mendekati
kelompok anak lamban belajar AN, mengamati bagaimana anak lamban belajar AN mengerjakan tugasnya, dan menyampaikan secara
lisan di samping AN bahwa cara anak lamban belajar AN mengerjakan tugasnya kurang tepat, kemudian GK2 memberikan contoh pada AN.
GK3 juga melaksanakan pembelajaran kooperatif untuk anak lamban belajar. Namun, GK3 menyampaikan pada peneliti bahwa
frekuensi pembelajaran kooperatif harus ditingkatkan. Dalam pembelajaran kooperatif, GK3 menerapkan metode diskusi kelompok
atau kerja kelompok dan tutor sebaya. GK3 membentuk kelompok yang heterogen dalam diskusi kelompok atau kerja kelompok dan
dalam tutor sebaya.
109 Dalam latihan dan praktik yang ditempuh anak lamban belajar
bersama siswa lainnya, ketiga guru kelas tidak selalu menggunakan media pembelajaran atau alat peraga, tetapi disesuaikan dengan materi
dan tujuan dilaksanakannya latihan atau praktik. Pada pelajaran IPA, GK1 menggunakan media berupa gambar-gambar binatang dalam
kerja kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah kaki masing-masing
binatang. Pada
pelajaran Matematika,
GK2 menggunakan media berupa gambar-gambar bangun datar dalam kerja
kelompok. Pada mata pelajaran IPA, GK3 menginstruksikan siswa mengerjakan tugas individu menggambar siklus oksigen dan
menjelaskan bagaimana terjadinya siklus oksigen dengan bahasa sendiri dengan mengamati media berupa gambar siklus oksigen di
buku paket IPA masing-masing siswa. GK1, GK2, dan GK3 memberikan bantuan untuk anak lamban
belajar dalam latihan dan praktik dengan memberitahu anak lamban belajar apa yang harus dikerjakan untuk memperbaiki kesalahan dan
memeriksa hasil perbaikan dalam pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas. Dalam memberikan bantuan untuk anak lamban
belajar ini, GK1 dibantu oleh GPK1, sedangkan GK2 dan GK3 memberikan bantuan sepenuhnya untuk anak lamban belajar di kelas
masing-masing. Bentuk pertama bantuan yang diberikan untuk anak lamban belajar
dalam latihan dan praktik adalah memberitahu apa yang harus
110 dikerjakan untuk memperbaiki kesalahan dalam pengerjaan tugas atau
soal-soal latihan di kelas. GK1 dan GPK1 memberitahu anak lamban belajar AP apa yang harus dikerjakan untuk memperbaiki kesalahan
dalam pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas. GK1 memberitahu siswa apa yang harus dikerjakan untuk memperbaiki
kesalahan dalam pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas dengan memberi kesempatan siswa bertanya dan memberikan
pendekatan kelompok. Bantuan untuk anak lamban belajar AP lebih intensif diberikan oleh GPK1 karena GK1 juga harus membantu siswa
lainnya dan anak tunagrahita ringan FR yang tidak didampingi oleh GPK. Anak lamban belajar AP lebih banyak melakukan tanya jawab
dengan GPK1 dalam pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas. GPK1 membimbing setahap demi setahap anak lamban belajar AP
dalam mengerjakan soal-soal latihan. Dalam memberikan bimbingan untuk anak lamban belajar, GPK1 membantu anak lamban belajar AP
untuk memahami bahasa soal-soal latihan, terutama soal uraian yang bahasanya textbook, memberikan pengulangan materi secara individual
untuk anak lamban belajar AP, dan menekankan pemahaman konsep pada anak lamban belajar. Penekanan pemahaman konsep oleh GPK1
ditempuh dengan menjelaskan materi pada soal latihan dengan bahasa yang dapat dipahami anak lamban belajar dan menggunakan media
pembelajaran. Misalnya, GPK1 menjelaskan pada anak lamban belajar AP cara mengurutkan bilangan pecahan dengan media kartu bilangan
111 pecahan dan menjelaskan pecahan
dengan bahasa yang lebih sederhana, “Setengah itu separo,” dan menggambarkan lingkaran
dengan setengah bagian diarsir. Dalam memberitahu anak lamban belajar apa yang harus dikerjakan
untuk memperbaiki kesalahan dalam pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas, GK2 dan GK3 memberikan pendekatan individual
yang ditempuh melalui metode tanya jawab dengan anak lamban belajar. Selain itu, GK2 juga memberikan pendekatan kelompok untuk
membantu kelompok anak lamban belajar dalam memperbaiki kesalahan pengerjaan tugas kelompok.
GK2 memberikan pendekatan individual untuk anak lamban belajar dengan mengecek hasil pekerjaan anak lamban belajar AN dan SD
berupa tugas individu atau soal latihan di kelas. Jika jawaban kurang tepat, GK2 membimbing anak lamban belajar untuk memperbaiki
kesalahannya setahap demi setahap, melakukan tanya jawab secara langsung dengan anak lamban belajar, dan memberi pengulangan
materi sebelumnya. Pada saat membimbing anak lamban belajar, baik SD maupun AN, siswa lainnya juga ikut bertanya pada GK2 dan
meminta bantuan pada GK2. GK2 dengan sabar membimbing setiap siswa yang bertanya secara bergiliran.
GK3 memberikan pendekatan individual untuk mengecek kemajuan anak lamban belajar dalam mengerjakan tugas atau soal latihan dan
memastikan agar anak lamban belajar EP dan IN mengerjakan tugas
112 atau soal latihan dengan baik. Seperti pada saat GK3 menunggu dan
mengecek anak lamban belajar EP dan IN yang sedang mengerjakan soal latihan Matematika dan IPA. Selain itu, GK3 memberikan giliran
pertama pada anak lamban belajar EP untuk mengemukakan ide penulisan puisi bebas dan memanggil anak lamban belajar IN saat
hampir semua siswa sudah menyampaikan ide penulisan puisinya, tetapi IN belum juga menyampaikan idenya.
Bentuk kedua bantuan yang diberikan ketiga guru kelas untuk anak lamban belajar dalam latihan dan praktik adalah memeriksa hasil
perbaikan pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas. Dalam memeriksa hasil perbaikan anak lamban belajar ini, GK1 dibantu
secara intensif oleh GPK1. GK2 memberikan pendekatan individual untuk tugas individu atau soal latihan dan memberikan pendekatan
kelompok untuk tugas kelompok. GK3 memberikan pendekatan individual dalam memeriksa hasil perbaikan anak lamban belajar
dalam pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa bantuan
yang diberikan oleh ketiga guru kelas dalam latihan dan praktik adalah sebagai berikut. GK1 memberitahu anak lamban belajar apa yang
harus dikerjakan untuk memperbaiki kesalahan dalam pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas dan memeriksa hasil perbaikan
anak lamban belajar dengan bantuan intensif dari GPK1, sedangkan GK2 dan GK3 memberikan bantuan sepenuhnya untuk anak lamban
113 belajar di kelas masing-masing dengan memberitahu anak lamban
belajar apa yang harus dikerjakan untuk memperbaiki kesalahan dalam pengerjaan tugas atau soal-soal latihan di kelas dan memeriksa hasil
perbaikan anak lamban belajar.
b. Umpan Balik Berupa Penguatan Positif dan Penguatan Negatif