Hasil Wawancara V KESIMPULAN DAN SARAN

303 Peneliti : “Bagaimana bentuk penguatan positif yang ibu berikan untuk anak lamban belajar?” GK1 : “Pujian secara lisan, menempelkan hasil pekerjaan siswa.” Peneliti : “Bagaimana bentuk penguatan negatif yang ibu berikan untuk anak lamban belajar?” GK1 : “Agar kelas kondusif, sampai marah-marah. Kadang-kadang perlu dikerasi juga Mbak.” Peneliti : “Apa penilaian untuk anak lamban belajar di kelas ibu meliputi penilaian proses dan hasil?” GK1 : “Ada penilaian proses dan penilaian hasil Mbak. Kalau untuk proses, apakah anak dalam pembelajaran aktif atau nggak, sikap dalam kelompok bagaimana. Kalau untuk hasil tes tertulis.” Peneliti : “Apa anak lamban belajar di kelas ibu mendapatkan tambahan waktu untuk mengerjakan soal ulangan, tes, atau tugas lainnya ?” GK1 : “Iya, kadang-kadang. Kita kasih kesempatan, karena daya tangkapnya beda.” Peneliti : “Bagaimana modifikasi yang ibu berikan untuk anak lamban belajar dalam mengerjakan soal ulangan, tes, atau tugas lainnya?” GK1 : “Secara umum prosesnya sama, hanya hasilnya yang berbeda. Kecuali pas Matematika, untuk AP soal dari pendamping.” Peneliti : “Bagaimana bentuk penyesuaian tingkat kesulitan bahan dan penggunaan bahasa dalam butir soal ulangan, tes, atau tugas lainnya dengan kemampuan dan kebutuhan anak la mban belajar di kelas ibu?” GK1 : “Sama. Secara umum prosesnya sama, tapi hasilnya beda.” Peneliti : “Apa ibu memberikan PR untuk anak lamban belajar?” GK1 : “Iya.” Peneliti : “Bagaimana tingkat kesulitan PR yang harus dikerjakan anak lamban belajar di kelas ibu?” GK1 : “Pertanyaan sama.” Peneliti : “Bagaimana upaya yang ibu tempuh untuk meningkatkan motivasi belajar anak lamban belajar di kelas ibu?” GK1 : “Memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak sekolah mau jadi apa? Nilainya harus bagus. Itu sebagai pemacu anak-anak untuk mencapai cita-cita dengan rajin belajar. Kita juga memotivasi anak, kamu itu bisa mengerjakan, asal mau mencoba.” Peneliti : “Bagaimana ibu menampilkan hasil pekerjaan anak lamban belajar yang baik?” GK1 : “Ketika pas pelajaran, „Ini hasilnya AP bagus kan‟ Semua pekerjaan siswa di tempel di papan tulis.” Peneliti : “Bagaimana ibu mengajari anak lamban belajar cara merefleksi dan mencatat kemajuan mereka sendiri?” GK1 : “Anak-anak kita tanya. Dicek dengan tes apakah hasilnya sesuai harapan atau tidak.”

E. Hasil Wawancara V

Subjek Penelitian : GPK OrangtuaWali Anak Lamban Belajar AP GPK1 Hari, Tanggal : Jumat, 9 Mei 2014 Waktu : Pukul 09.15 – 09.25 WIB Tempat : Ruang kelas III B SD Negeri Giwangan Peneliti : “Apa Mbak mendampingi Dek AP untuk semua mata pelajaran?” GPK1 : “Iya Mbak, tapi tergantung kemampuan anak.” Peneliti : “Kalau Dek AP yang paling lemah di mata pelajaran apa ya Mbak?” GPK1 : “Matematika, Bahasa Jawa.” Peneliti : “Apa tujuan pembelajaran untuk Dek AP sama dengan siswa lainnya?” 304 GPK1 : “Tetep mengikuti tugas sekolah. Nah, kita bimbing aja. Kalau belum paham- paham kan nanti kita buat catetan nggak paham di mana gitu.” Peneliti : Apa Kriteria Ketuntasan Minimal KKM untuk Dek AP sama dengan siswa lain nya?” GPK1 : “Beda Mbak, untuk KKM AP konsultasi dulu dengan inklusi.” Peneliti : “Apa keterampilan prasyarat yang harus dimiliki Dek AP sama dengan siswa lainnya?” GPK1 : “Nggak juga Mbak.” Peneliti : “Bagaimana ruang lingkup materi yang disampaikan untuk Dek AP?” GPK1 : “Sama dengan siswa lainnya.” Peneliti : “Bagaimana metode pembelajaran yang efektif diterapkan untuk Dek AP? GPK1 : “Kalau untuk hafalan, AP lebih ke auditori, jadi AP mendengarkan apa yang dibacakan, lalu dihafal. Untuk uraian, AP kesulitan Mbak karena bahasa dibuku sulit ditangkap. Pertanyaan abcd yang ada teks bacaannya AP juga bingung Mbak.” Peneliti : “Apa Mbak membantu guru kelas dalam memanfaatkan alat peraga atau media pembelajaran untuk Dek AP?” GPK1 : “Iya, pernah. AP kan belum bisa ngurutin angka dari yang kecil ke besar, saya buatkan kartu angka, dari 10, 25, 35, diurutkan dari yang lebih kecil. Kalau belum hafal pakai gambar Mbak. Tergantung materinya. AP itu kan masuk tipe auditori, jadi harus dibacakan, AP yang mendengarkan.” Peneliti : “Apa Mbak membantu guru kelas dalam pengulangan materi untuk Dek AP secara individual?” GPK1 : “Iya Mbak, harus diulang-ulang. Dia itu pelajaran seminggu ingat, seminggu lagi sudah lupa. Soalnya memori jangka pendek.” Peneliti : “Apa Mbak lebih menekankan pemahaman konsep daripada hafalan pada Dek AP?” GPK1 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Bagaimana Mbak membantu guru kelas dalam memahamkan konsep materi yang dipelajari Dek AP?” GPK1 : “Diringkes Mbak, dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami AP. Kalau baca langsung dari buku dia kurang bisa paham Mbak. Bahasa dibuku susah ditangkap. Seperti pas mau ulangan Bahasa Jawa, saya ringkaskan materinya yang penting. Dari beberapa materi itu ada yang saya keluarkan pada soal ulangan, tapi nggak semua. Itu juga masih ada yang salah Mbak.” Peneliti : “Jadi lebih ke konsep dasarnya Mbak?” GPK1 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Apa Dek AP melaksanakan latihan rutin setiap hari di kelas?” GPK1 : “Iya Mbak. Latihan-latihan itu harus terus Mbak. AP kan butuh pengulangan-pengu langan terus Mbak.” Peneliti : “Bagaimana tingkat kesulitan tugas, soal-soal latihan, atau PR yang harus dikerjakan Dek AP?” GPK1 : “Sama dengan anak lainnya Mbak.” Peneliti : “Apa Dek AP mendapatkan tambahan waktu dalam mengerjakan tugas atau soal-soal la tihan di kelas?” GPK1 : “Iya Mbak. Biasanya kalau ada anak yang belum selesai ditungguin sampai semua selesai Mbak. Kadang juga waktunya sampai molor.” Peneliti : “Apa Dek AP mengikuti pembelajaran kooperatif di kelas?” GPK1 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif untuk Dek AP?” GPK1 : “Kalau untuk AP, pas kerja kelompok anaknya diem Mbak. Biasanya yang berperan anak yang pinter di kelompok Mbak. Tapi kalau untuk materi dengan kreativitas dia bisa Mbak. Kalau seperti kemarin, dalam permainan, gak bisa, AP mundur Mbak. Pas ditanya, kenapa mundur, jawabannya „Ga mudeng Bu‟. Tapi kalau kelompokan kayak gini, bagusnya AP bisa adaptasi 305 dengan teman-temannya, teman-temannya juga bisa melihat bagaimana AP dibimbing.” Peneliti : “Apa dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif untuk Dek AP, guru kelas menerapkan metode diskusi kelompok dan tutor sebaya?” GPK1 : “Iya. Tapi biasanya kalau tutor sebaya buat anak yang ramai Mbak. GK1 minta anak yang sudah selesai ngajarin temennya yang belum biar nggak ramai.” Peneliti : “Apa Mbak bersama guru kelas membantu Dek AP dalam mengerjakan tugas atau soal-soal latihan dengan memberitahu apa yang harus dikerjakan untuk memperbaiki kesalahan?” GPK1 : “Ya. Wiwi yang ngarahin AP Mbak. Kalau untuk PR saya jarang Mbak. AP ikut les kok Mbak, seminggu dua kali. Kalau ada les PRnya benar semua, tapi belum tentu dia paham.” Peneliti : “Les private itu ya Mbak?” GPK1 : “Iya Mbak. Di sekolah juga ada les.” Peneliti : “Dari guru kelas ya Mbak?” GPK1 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Itu untuk semua anak ya Mbak?” GPK1 : “Iya, untuk semua anak di sini.” Peneliti : “Kemudian, apa Mbak bersama guru kelas membantu Dek AP dalam mengerjakan tugas atau soal-soal latihan dengan memeriksa hasil perbaikan anak lamban belajar ?” GPK1 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Apa Dek AP mendapatkan tambahan waktu untuk mengerjakan soal ulangan, tes, atau tugas lainnya?” GPK1 : “Ada.” Peneliti : “Apa Mbak membantu guru kelas dalam memberikan modifikasi pemberian soal ulangan, tes, atau tugas lai nnya untuk Dek AP?” GPK1 : “Kalau ulangan harian biasa di kelas sama anak-anak lainnya Mbak. Kalau untuk UTS ikut sekolahan, untuk UAS hari pertama di ruang inklusi karena waktu yang dibutuhkan lebih lama. Hari pertama soalnya Matematika Mbak, susah nangkepnya. Semester ini bisa dilepas karena sudah menguasai semua materi, tetapi sering lupa caranya Mbak. Kalau sudah ingat caranya AP bisa Mbak. Hanya diarahkan cara-caranya. Misalnya untuk bahasa, ada pertanyaan tentang polusi. Harus dijelaskan dulu polusi itu apa, lalu ke materi, kemudian diarahkan bagaimana menjawab soal. Jadi bukan memberikan jawaban, tapi arahan- arahan untuk bagaimana menjawab soal.” Peneliti : “Bagaimana bentuk penyesuaian tingkat kesulitan bahan dan penggunaan bahasa dalam butir soal ulangan, tes, atau tugas lainnya dengan kemampuan dan kebutuhan Dek AP?” GPK1 : “Kalau ulangan harian sama dengan anak lainnya Mbak. Kalau UTS sama UAS untuk Matematika dan Bahasa Jawa soal dari saya Mbak, sebelumnya konsultasi dulu dengan inklusi sampai sejauh mana materi yang sudah dikuasai AP. Kalau untuk soal bahasa Jawa, sebelumnya saya membuatkan ringkasan materinya dengan bahasa yang dimengerti AP, lalu dari materi itu misalnya ada 5 konsep, 3 konsep yang saya keluarkan pas ulangan. Itupun belum tentu AP bisa semua Mbak.” Peneliti : “Kalau untuk pelajaran lainnya, IPA, IPS, Bahasa Indonesia Mbak?” GPK1 : “Kalau pelajaran lainnya sama Mbak.” Peneliti : “Apa guru kelas memberikan PR untuk Dek AP?” GPK1 : “Iya Mbak.” Peneliti : “Bagaimana tingkat kesulitan PR yang harus dikerjakan Dek AP?” GPK1 : “PRnya sama dengan anak lainnya Mbak.” Peneliti : “Bagaimana upaya yang Mbak tempuh untuk meningkatkan motivasi belajar Dek AP?” 306 GPK1 : “Kalau untuk motivasi biasanya dipancing-pancing, „bisa kok kamu Ra‟, AP mau nyoba. Lalu diajak untuk mengajari anak lainnya. AP juga diyakinkan kalau bisa Mbak. „Kamu tu bisa kok Ra Kalau salah nggak papa, yang penting sudah mencoba‟. Kemarin itu pas pelajaran PAI juga Mbak. Kan Bu Guru agamanya minta sebelum istirahat, seiap siswa harus setor hafalan, kalau belum setor belum boleh istirahat. AP kan sudah hafal Mbak, kita yakinkan, „udah Ra ayo kamu udah hafal to?‟ AP mau setor hafalan Mbak, terus boleh istirahat.”

F. Hasil Wawancara VI