C Peningkatan produktivitas tenaga riset dalam menghasilkan HKI yang dilandasi

464

V. C

ERITA S UKSES S UB SEKTOR I NDUSTRI R ISET D AN P ENGEMBANGAN Luh Ketut Suryani: “Mengembangkan Biopsikospirit‐sosiobudaya” Sebuah perusahaan kosmetika di Indonesia pernah berniat mengundang seorang ahli meditasi dari Swiss untuk mengembangkan program spa miliknya, akhir 1990–an. Tapi, jawaban dari ahli meditasi itu mengagetkan ; “Saya justru berguru dari pakar meditasi asal Bali, Indonesia.” Dialah Prof. Dr. dr. Luh Ketut Suryani, SpJ. Kepakaran Suryani di bidang pengobatan spiritual itu ternyata sudah diakui di mancanegara. Di Indonesia trend penyembuhan melalui meditasi memang baru berkembang belakangan. Suryani sendiri, yang kini menjadi guru besar psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, pernah mendapat berbagai hambatan dalam mengembangkan apa yang disebutnya terapi melalui pendekatan bio‐psiko‐ spirit ‐sosio‐budaya. Perempuan kelahiran Singaraja, Bali, 22 Agustus 1944 itu, memang tertarik pada dunia meditasi sejak kecil. Anak keempat dari enam bersaudara ini belajar mengobati secara spiritual sejak usia 14 tahun, demi ibunya yang sakit‐ sakitan. Pada awalnya, ayah Suryani, I Nyoman Purna seorang perawat, dan sempat menjadi anggota DPRD Bali pada 50‐an, menentang. Namun, ketika Suryani bisa membuktikan mampu menyembuhkan penyakit tersebut, seluruh keluarga ikut belajar meditasi. “Manusia tidak hanya terdiri dari tubuh dan pikiran. Ada unsur lain, yaitu roh, atma atau spirit” kata Suryani. “Roh adalah sumber kehidupan, pengetahuan dan kemampuan manusia yang berasal dari Tuhan.” Karena itu, ia berpendapat bahwa dalam menyembuhkan pasien, rohnya pun harus diobati. Pendapat Suryani itu ditentang koleganya, karena dianggap menyimpang dan tidak ilmiah. Uniknya, ia malah banyak diundang berbicara di forum internasional untuk memaparkan pandangannya yang dianggap sebagai terobosan baru. Suryani lulusan dari Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, pada 1972. Ia menjadi spesialis ilmu jiwa tahun 1981, dan meraih gelar doktor Ilmu Kesehatan pada 1988 di Universitas Airlangga, Surabaya. Dari pernikahannya dengan Dr. dr. Tjokorda Alit Kamar Adnyana, ia dikaruniai enam anak laki‐laki. Kini Luh Ketut Suryani terus melakukan kegiatan kreatif dengan 465 terus mencari inovasi‐inovasi dan metode ‐metode baru dalam bidang ilmu kesehatan khususnya kesehatan jiwa lewat lembaga yang didirikannya Suryani Institute. Lewat Suryani Institute, dirinya ingin mempertahankan Budaya Bali yang berlandaskan agama Hindu dalam menghantarkan masyarakat Bali mencapai Rahayu‐ Bahagia, memahami kehidupan masyarakat Bali secara holistik dengan pendekatan biopsikospirit‐sosiobudaya sehingga lahir orang Bali yang pandai, mandiri, kreatif serta sehat secara fisik, mental, sosial, dan spiritual, pada akhirnya menjadikan Bali sebagai pusat pemahaman kemampuan spiritual dalam mencapai kebahagian hidup. ʹBiopsikospirit Sosiobudayaʹ Masyarakat Bali yang beragama Hindu telah memperkenalkan hidup rahayu‐ bahagia dengan melaksanakan upacara agama sebagai cara menjaga keseimbangan dan keharmonisan buana alit, buana agung dan Sang Hyang Widi Wasa. Sedangkan ilmu kedokteran yang berorientasi menggunakan konsep Barat lebih berorientasi pada kesejahteraan fisik, mental dan sosial tanpa mengindahkan pandangan adanya spirit sebagai sumber kehidupan, sumber kemampuan, sumber inspirasi bagi manusia itu. Suryani memperkenalkan pendekatan Biopsikospirit‐sosiobudaya sebagai gabungan konsep masyarakat Bali dengan ilmu kedokteran yang digelutinya yang bisa diterima oleh masyarakat Bali. Untuk mempertahankan Budaya Bali yang berdasarkan agama Hindu, maka dalam membina masyarakat Bali sehat secara holistik dimulai dari membina invidu dan keluarganya. Kalau sebagai individu dan keluarga yang merupakan sebuah tim merasakan hidup bahagia, maka masyarakat Bali rahayu ‐bahagia akan tercapai. Masyarakat Bali tetap menjalankan kepercayaannya, tetapi juga mampu memahami konsep ilmu kedokteran jiwa. Dengan demikian diharapkan masyarakat Bali mampu menyeleksi pengaruh dari luar untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan taraf kehidupannya. Setelah mampu mengajak masyarakat Bali mempertahankan identitas dirinya dengan tetap mengikuti kemajuan zaman diharapkan banyak orang luar belajar dari apa yang diterapkan di Bali. Bali menjadi pusat perhatian dunia di dalam mempertahankan budaya suku bangsa dengan mempertahankan lingkungan spiritual yang ikut 466 mendukungnya. Bali dengan keunikannya dan dengan kemagisannya akan menjadi sentral spiritual dunia. Masyarakat Bali bisa mempertemukan konsep Timur dan Barat bersama‐sama dalam kehidupan sehari‐hari tanpa menghilangkan identitas diri. Sayangnya konsep Luh Suryani ini masih belum dapat diterima oleh kalangan kedokteran di Bali dan Indonesia pada umumnya. Tentangan ini timbul karena dunia kedokteran di Indonesia masih memandang manusia sebagai mind‐ body saja sementara itu masyarakat Barat sudah mulai mencari apa yang dimaksud dengan Spirit. Walau demikian konsep ini menjadi perhatian dunia Barat, terbukti dari datangnya para psikolog dari Vermont, USA untuk memahami konsep tersebut. Mereka menyatakan spesial datang ke Bali untuk belajar mengenai hal tersebut dan mengikuti workshop : “Beyond Empathy:Consciousness, culture, and community. A Non ‐cognitive dimensions to Physical, Mental, and social health” yang dilangsungkan sejak 23 Februari ‐ 8 Maret 2008 di Nirarta Centre, Sidemen. Para peserta belajar memahami konsep yang menurut mereka beyond apa yang mereka pikirkan secara logika. Suryani sendiri berpendapat, dalam memunculkan sesuatu yang baru tidak mudah untuk segera dapat diterima apalagi di dunia pendidikan seperti yang ada di Universitas Udayana. Untuk itu ia tidak terlalu menganggap penting pandangannya tidak diterima di Universitas Udayana. Menurutnya yang penting masyarakat Bali menerima dan dunia Internasional mau belajar ke Bali untuk hal yang baru ini, sehingga kita bisa sejajar dengan mereka dan tidak selalu menjadi pengekor. Kapan kita akan bisa menunjukkan diri kita, kalau kita selalu tertinggal, tandas Suryani penuh semangat. Seolah tidak peduli dengan orang ‐orang yang tidak sependapat dengannya, Suryani terus melakukan riset dan pengembangan terhadap konsep biopsikospirt sosio‐ budaya dengan menggabungkan pengobatan psikoterapi ala Barat dengan spiritualitas dari Timur. Menurut pandangannya, meditasi merupakan jembatan yang menghubungkan konsep pemahaman kemampuan spiritual dengan ilmu kedokteran. Kedua konsep ini, tidaklah 467 bertentangan. Ilmu psikiatri modern mengajarkan kemampuan manusia tertinggi terletak pada otak yang mengatur fisik dan mental. Sedangkan, pengetahuan spiritual mengajarkan, kekuatan spiritual manusia yang tertinggi, yang mengatur mind dan body dalam otak. Secara medis bisa dijelaskan, ujar Suryani, meditasi yang dilakukan secara teratur akan merangsang tubuh menyembuhkan diri sendiri. Meditasi menyebabkan terjadinya hemeostatik atau keseimbangan dalam otak. Hipotalamus sebagai sentral otak akan bereaksi untuk meningkatkan fungsi kerja hormon. Dalam keadaan demikian, antibodi tubuh akan bekerja secara optimal bila terdapat benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Menurut pakar meditasi lainnya, imunitas daya tahan tubuh dipengaruhi keadaan psikis dan mood suasana hati. Daya tahan tubuh dapat ditingkatkan dengan menggunakan hipnosis, sugesti, imajinasi, relaksasi, dan biofeedback. Menurut Suryani, pada dasarnya ada dua cara untuk melakukan meditasi. Pertama, meditasi konsentrasi, yang memusatkan satu keadaan terutama melihat dan mendengar pada suatu obyek tertentu. Kedua, meditasi merasakan mindfulness yaitu mencoba menyadari keadaan secara menyeluruh dengan merasakan proses keadaan itu sendiri. Kedua metode ini berbeda dalam mencapai perubahan kesadaran altered state of conciousness, namun keduanya mempunyai tujuan sama, yakni membawa seseorang menghayati fungsi fisik dan mental pada tingkat kesadaran yang berbeda dari biasanya. Pada meditasi konsentrasi , pikiran, perasaan, dan kemauan dipusatkan pada subordinasi menetap tertentu. Perhatian dipusatkan pada satu rangsangan yang datang berulang‐ulang seperti kata, suara, doa, ungkapan, pernapasan atau objek visual tertentu. Jika pikiran menyimpang, kita secara pasif mengabaikan gangguan itu dan kemudian tiba ‐tiba menyadari gangguan itu, maka pemusatan perhatian diulang kembali pada rangsangan meditatif. Jika mampu mengembangkan meditasi, maka peningkatan perasaan terjadi, yaitu dari relaksasi meningkat ke dalam perubahan emosional dan kognitif yang jelas. Keadaan ini disebut sebagai kesadaran berubah, katanya. Ada banyak cara untuk mengalihkan berbagai perhatian menjadi satu perhatian. Cara yang dipilih tergantung dari aliran yang dianut. Ada yang memusatkan pada nyala lilin, potret, pengaturan napas, menghitung, mengucapkan mantra atau memusatkan pada gerakan ‐gerakan tubuh. 468 Pemusatan perhatian ini perlu untuk melatih seseorang memikirkan sesuatu dengan penuh perhatian, untuk menyelami lebih dalam suatu masalah dan untuk menyeimbangkan kondisi tubuh. Pada meditasi merasakan proses , kita merasakan jalannya kerja pikiran, perasaan, dan kemauan merasakan proses energi dalam tubuh atau proses penyatuan energi luar dan dalam tubuh. Cara ini untuk melatih kemampuan memusatkan perhatian pada proses yang sedang berlangsung. Kehidupan ini dinamis, bergerak, dan berubah setiap saat. Di luar diri kita semua objek bergerak. Di dalam diri kita semua energi juga bergerak. Meditasi dengan cara ini adalah untuk melatih memusatkan perhatian dengan merasakan energi yang ada dan gerakan energi di luar diri kita tanpa mengganggu gerakan energi‐energi itu. Kedua metode ini baik meditasi konsentrasi maupun meditasi merasakan dapat diterapkan dalam konsep biopsikospirit sosiobudaya. Suryani mengungkapkan meditasi tidak sama dengan sesuatu yang berbau MEDITASI LILIN Ide meditasi lilin terpikirkan saat kolaborasi penelitian antara Prof. Luh Ketut Suryani dari Universitas Udayana, Bali dengan Prof. Hoyt Edge dari Rollins College, Florida, USA dan Prof. Bob Morris dari University of Edinburgh, Inggris. Percobaan ini bermula dari satu Topik di tahun 2000‐an “bisakah seseorang mempengaruhi fisik, emosi, psikis atau gampangnya proses kognitif orang lain tanpa kata‐kata, melainkan dengan “transfer” energi. Jadi tidak pakai sugesti, kultus, atau pasien”boongan” yang datang pura‐pura lumpuh, disembur air putih atau air ludah langsung lari bak banteng ketaton. Kepada koleganya Luh Suryani mula‐mula mengusulkan meditasi konvensional seperti yang ia biasa lakukan. Murah meriah. Celakanya usul tersebut ditolak mentah‐mentah oleh dua guru besar tersebut. Alasannya subyektip. Bisa jadi subyek penelitian cuma berpura‐pura menerima transfer energi, padahal cuma sinetron lantaran ketiadaan media pengukurnya Maka pada tahun 2000‐an Suryani mengenalkan metode pakai media Lilin. Repotnya baru 1 menit peserta meditasi mengeluh matanya perih, yang lain mual‐mual, tidak bisa konsentrasi. Oh ya, peserta dipilih orang yang seumur‐umur belum pernah kenalan dengan namanya meditasi, maksudnya diharapkan ada debaran jantung, rasa was‐was, takut salah, kepingin mencoba, atau malahan bingung sehingga getarannya bisa mempengaruhi lincahnya nyala lilin. Lalu “diakali” dengan menggeruduksebuah lilin dipelototi oleh 15 orang. Hasilnya responden mengaku bisa mengalami relaksasi. Setelah 3 bulan berlatih, baru ketahuan “slag”nya meditasi ini. Jadi tidak ada mantera atau jopa‐japu telek asu. Semua hanya kemauan. Bermesu diri melihat lilin dan coba berdialog. MENGAPA MATA? “Mata itukan pintu hati, yang kalau kita bisa merasakannya,mata itu tidak bisa mengelabui orang lain,” kata Ibu Suryani. “Melalui matanya, akan terpancar siapa sebenarnya orang itu. Melalui tatapan matanya dapat terbaca apakah ia mengalami beban fisik atau mental. Apakah ia mengalami masa lampau yang suram, yang mempengaruhi pola pikirnya, perasaannya serta pola pikir lainnya. Melalui matanya bisa dipahami maksud seseorang, apakah ia bisa dipercaya atau tidak,” tambahnya. ANTARA MATA DAN HATI Yang belum banyak diketahui, kualitas melalui pandangan mata yang diperoleh sebagai hasil meditasi lilin, dikatakan Ibu Suryani bisa membantu seseorang menjaga diri, agar tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. “Keteguhan hati kita, kepercayaan pada diri sendiri dan semangat juang yang terpancar dari pandangan mata, itu semua mampu memunculkan kharisma diri. Pada kondisi ini semua yang kita lakukan terjadi secara otomatis, tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya, Ibu Suryani menjelaskan. Semua tampak tidak dibuat‐buat, seakan datang dari diri kita yang lebih dalam. Apa yang kita lakukan, kita ucapkan, sepenuhnya kita pahami, sekalipun sebenarnyahal‐hal itu tidak kita sadari atau kita ketahui sebelumnya,” tambahnya. 469 klenik atau magis. Karena itu dalam bermeditasi jangan memikirkan hal‐hal yang berbau klenik atau magis. Dalam kehidupan sehari‐hari, kita lebih banyak menggunakan kemampuan mental yang dipengaruhi pendidikan formal dan non‐formal. Sangat jarang seseorang dilatih menggunakan kemampuan spirit yang sudah dimilikinya sejak dalam kandungan. Suatu pemikiran, pertimbangan dan keputusan yang dibuat datang dari logikanya. Sebenarnya orang yang menggunakan kemampuan spirit atma, mampu mengatasi permasalahan di luar logika. Untuk mengoptimalkan kemampuan spirit ini, maka meditasi merupakan satu metode dalam berhubungan dengan spirit, sumber pengetahuan itu. Menyebarkan Pengetahuan lewat Buku dan Seminar Luh Suryani menyarankan perubahan melalui meditasi, memanfaatkan kemampuan spirit kita sendiri. Banyak yang mengira meditasi hanya untuk mereka yang tidak memikirkan MEDITASI LILIN Awalnya ini meditasi yang berat karena memandang nyala lilin tanpa berkedip, membuat mata sangat perih, tetapi pemusatan perasaan menggunakan pancaran pandangan mata ini luar biasa hasilnya. Seperti dirasakan murid‐ muridnya di Bali “Kini lebih mudah bagi mereka untuk merasakan apa yang dipikirkan orang lain, karena mereka melihat bukan melalui matanya, melainkan melihat dengan hatinya. Mereka juga lebih mudah mengirimkan energi pada orang lain. Merekapun mampu merasakan reaksi dari orang yang mereka kirimi energi,“ kata Ibu Suryani tersenyum. “Mampu membaca pikiran orang lain itu sangat penting dalam kerja tim, untuk menghasilkan kekompakkan dan tim yang stabil,“ tambahnya. Ia lalu mencontohnya. Kalau ada ketenangan, nyala lilin menjadi tegak berdiri, maka lilin ini akan memancarkan dan menyebarkan energi anda ke seantero jagat. Lilin kecil ini akan menyebarkan energi kedamaian yang terpencar dari diri anda. PROSES YANG DIALAMI SAAT MEDITASI Apabila seseorang memusatkan perhatian pada nyala lilin, maka terjadi proses di dalam dirinya. Ada yang merasakan ada aliran di dalam dirinya berupa energi panas, dingin, atau rasa lainnya, yang lantas menyatu dengan energi dari luar dirinya, yang menimbulkan perubahan perasaan mengenai dirinya. Ada yang merasa badannya menjadi lebih ringan dari sebelumnya. Ada yang merasakan badannya lebih kecil dari biasanya, malah ada yang merasa sebesar semut. Ada juga yang merasakan badannya lebih besar dari biasanya, malahan sampai ada yang merasa lebih besar dari ruangan tempat ia meditasi. Ada yang bilang merasa seperti tidak merasakan ada badannya. Ada yang mengatakan seperti tidak duduk di atas lantai. Kalau ia sdang meditasi dengan banyak orang, ia mengatakan tidak merasa berada ditengah‐tengah banyak orang, tetapi merasa kesepian. Semua yang dialaminya ini merupakan proses di dalam mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi, yakni keadaan meditasi, atau hening atau trance atau kesadaran berubah altered state of conscious. Jika keadaan meditasi telah tercapai, maka melalui nyala lilin ia mampu mempengaruhi orang lain. Kalau keadaan ini telah tercapai, maka sebaiknya kemampuan ini dipraktekkan dalam kehidupan sehari‐hari. Caranya, bisakah energi tenang yang anda miliki tersebar mempengaruhi orang lain sehingga mereka pun menjadi tenang. Apakah ketenangan yang anda miliki dapat dirasakan oleh orang lain, sehingga baru melihat anda saja, orang lain sudah merasa nyaman. Kemampuan berkomunikasipun muncul, membuat anda mudah bergaul, cepat diterima oleh orang lain, karena baru bertemu dengan anda, orang itu merasa sudah akrab dan dekat. Keadaan ini tercapai karena komunikasi spirit dengan spirit telah terjadi sebelum komunikasi verbal dilakukan. Meditasi lilin bertujuan melatih kemampuan mata untuk memancarkan kharisma diri, memunculkan kepercayaan diri, juga untuk menyampaikan apa yang dirasakan dan dipikirkan, agar mudah diterima oleh orang lain. Dan merasakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain. 470 kebutuhan duniawi, atau untuk mereka yang bingung, atau untuk mereka yang ingin sakti. Ada pula yang menuduh meditasi itu sesat karena jadi bisa bergaul dengan roh‐roh jahat atau iblis, kata Prof. Suryani. Melalui buku‐buku karyanya, Luh Suryani ingin menyampaikan bahwa meditasi bisa dilakukan oleh siapa saja yang ingin mengenal dan memahami dirinya yang ingin memanfaatkan kemampuan spiritnya. Meditasi menurut pandangan saya adalah proses yang dilakukan secara sadar untuk memusatkan perhatian yang banyak ke satu perhatian saja. Dengan meditasi, diharapkan akan terjadi keseimbangan homeostatis di dalam diri. Kalau sudah terjadi keseimbangan keadaan meditasi, tenang, trance, altered state of consciousness , pada saat itu juga seseorang bisa menyelesaikan masalah fisik atau mentalnya sendiri, ; kata Prof. Suryani. Pada tingkat yang lebih tinggi, kalau memungkinkan ia bisa berada di dalam keadaan kesurupan possession. Itulah saat seseorang diambil alih oleh spiritnya sendiri. Pada saat meditasi, ia bisa menggunakan kemampuan spiritnya, jelasnya. Ia berharap buku‐bukukaryanya dapat membantu siapapun yang ingin menemukan dirinya sendiri. Mampu membangun kepercayaan diri dan menyelami diri orang lain lebih dalam lagi. Hingga saat ini Luh Suryani telah menerbitkan 10 buku hasil riset dan penelitiannya di bidang kesehatan jiwa dan penerapannya di Masyarakat. Buku ‐buku tersebut adalah : Meditasi Lilin, The Balinese People, Meditasi Mencapai Hidup Bahagia, Menemukan Jati Diri dengan Meditasi, Moksha A New Way of Life, Perempuan Bali Kini , Atasi Masalah dengan Kemampuan Spiritual Anda, Trance and Possession, Living in Spirit dan Kiat Mengatasi Badai Kehidupan Perkawinan. Di samping menerbitkan buku, Luh Suryani sangat rajin mengadakan seminar‐seminar untuk menyebarluaskan pemikirannya di bidang biopsikospirit sosiobudaya. 471 L AMPIRAN

1: D