53 Jakarta
dan kota lain serta tidak terciptanya proses pembelajaran di daerah. Oleh karena itu, peningkatan
permintaan didaerah dapat distimulir melalui proyek pemerintah daerah yang berfungsi
ganda sebagai edukasi pasar serta proses peningkatan kualitas arsitek daerah. Dengan
demikian akan ada kans bagi kemunculan arsitek lokal untuk dapat dikenal secara lebih
luas.
2. Pembentukan
pasar yang apresiatif
Selain menggarap pasar ekspor maupun substitusi impor, pasar domestik merupakan
potensi pasar arsitektur yang besar. Pasar domestik ini memiliki potensi membesar karena
apresiasi pasar domestik atas desain arsitektur, sedikit demi sedikit mulai meningkat.
Pemain baru dirangsang untuk tumbuh dan diarahkan menggarap pasar domestik yang
selama ini masih sedikit tersentuh oleh arsitek karena dipersepsi belum diperlukan oleh
masyarakat dan perannya dapat digantikan oleh developerkontraktorpemborong.
Edukasi pasar sangat diperlukan untuk membentuk pemahaman akan pentingnya desain
arsitektur terutama dari sisi pertambahan nilai. Tantangannya adalah persepsi pasar yang
belum memberikan apresiasi terhadap unsur desain baik karena dapat diatasi oleh
developer kontraktorpemborong
ataupun pertimbangan biaya. Apresiasi
pasar diperlukan untuk menciptakan demand atas jasa arsitektur yang akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan arsitek Indonesia untuk dapat mengekspresikan karya‐ karyanya
pada proyek‐proyek pembangunan di dalam negeri. Untuk proyek yang berskala besar,
diharapkan bahwa unsur desain dapat dipisahkan dari tender pekerjaan konstruksi dan
diberlakukannya sistem penilaian atas dasar kualitas desain terbaik bukan hanya semata
‐mata dinilai atas harga penawaran terendah. Dengan
adanya pasar yang apresiatif akan meningkatkan terjadinya ‘brain circulation’ , yaitu kembalinya
arsitek Indonesia yang bekerja pada biro luar negeri ke Indonesia, karena mereka
melihat potensi pasar di dalam negeri yang besar, sehingga mereka dapat membangun
usaha biro arsitektur yang mampu berkompetisi layaknya biro arsitektur luar negeri
untuk melayani pasar dalam negeri.
3. Penciptaan
instrumen komersialisasi
Mengacu kepada pola interaksi antara industri dan pasar, seorang arsitek akan
mendapatkan proyek ketika telah dikenal kemampuan dan kualitasnya. Disinilah
dibutuhkan adanya promosi dan pemasaran. Hal ini dapat diperoleh melalui publikasi
karya sebelumnya, jejaring antar pelaku melalui komunitas ataupun melalui sayembara dan
kompetisi. Terutama
untuk pasar ekspor dan substitusi impor, promosi dan pencitraan penting dilakukan.
Promosi yang dilakukan bukan saja perorangan namun juga keunggulan komparatif
bangsa secara agregat di pasar internasional. Apabila
kualitas individu kreatif pada industri arsitektur tercipta dan siklus pembelajaran berjalan
dengan baik, maka proses kreasi sebagai unsur terpenting pada rantai nilai industri dapat
terwujud. Pada
saat yang bersamaan juga perlu dilakukan pembentukan iklim usaha yang kondusif dan
dapat menjamin kompetisi usaha yang sehat berdasarkan kualitas.
54 Seiring
dengan siapnya sumber daya insani kreatif untuk menghasilkan rancangan arsitektur
dan pasar sudah terbentuk tentu diperlukan instrumen komersialisasi yang menghubungkan
antara arsitek sebagai supplier dan pasar sehingga terjadi proses transaksi.
4. Penciptaan