350
II. K
ONTRIBUSI
E
KONOMI
S
UBSEKTOR
I
NDUSTRI
P
ENERBITAN DAN
P
ERCETAKAN
Kontribusi ekonomi subsektor industri Penerbitan dan Percetakan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 16 Kontribusi Ekonomi Subsektor Industri Penerbitan dan Percetakan
Indikator Satuan
2002 2003
2004 2005
2006 Rata
‐rata 1.
Berbasis Produk Domestik Bruto PDB
a. Nilai Tambah
Miliar Rupiah
2.730 2.885
3.886 4.108
4.284 3.579
b. Nilai terhadap Industri Kreatif
Persen 2,67
2,88 3,58
3,82 4,09
3,41
c. Pertumbuhan Nilai Tambah
Persen ‐
5,67 34,68
5,73 4,28
12,59
d. Nilai terhadap Total PDB
Persen 0,18
0,18 0,23
0,23 0,23
0,21
2. Berbasis Ketenagakerjaan
a. Jumlah Tenaga Kerja
Orang 70.138
64.580 64.459
69.441 65.913
66.906
b. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Industri Kreatif Persen
1,20 1,28
1,10 1,30
1,34 1,24
c. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Total Pekerja
Persen 0,08
0,07 0,07
0,07 0,07
0,07
d. Pertumbuhan Jumlah Tenaga kerja
Persen ‐
‐7,92 ‐0,19
7,73 ‐5,08
‐1,37
e. Produktivitas Tenaga kerja
Ribu Rupiah pekerja pertahun
38.926 44.674
60.279 59.163
64.995 53.607
3. Berbasis Nilai Ekspor
a. Nilai Ekspor
Ribu Rupiah
66.654.798 62.106.764
60.826.378 69.748.953 60.898.476 64.047.074
b.Pertumbuhan Ekspor
Persen ‐
‐6,82 ‐2,06
14,67 ‐12,69
‐1,73
c. Nilai ekspor thd industri kreatif
Persen 0,111
0,107 0,087
0,090 0,075
0,094
d. Nilai Ekspor thd Total Ekspor
Persen 0,013
0,012 0,009
0,009 0,007
0,010
4. Berbasis Jumlah Perusahaan
a. Jumlah Perusahaan
Perusahaan 11.252
9.808 10.465
12.085 8.379
10.398
b. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan
Persen ‐
‐12,84 6,70
15,48 ‐30,67
‐5,33
c. Jumlah perusahaan thd industri kreatif
Persen 0,381
0,407 0,360
0,484 0,383
0,403
d. Jumlah perusahaan thd jumlah perusahaan total
Persen 0,027
0,024 0,024
0,029 0,020
0,025
Sumber:
Studi Pemetaan Industri Kreatif Departemen Perdagangan Indonesia, 2007 diolah dari data BPS dan beberapa sumber data lainnya
351
III. A
NALISIS
P
EMETAAN
K
ONDISI
S
UBSEKTOR
I
NDUSTRI
P
ENERBITAN DAN
P
ERCETAKAN
III.1 Penilaian Kondisi Pondasi dan Pilar Subsektor Industri Penerbitan
dan Percetakan
A. P
ONDASI
S
UMBER
D
AYA
I
NSANI
P
EOPLE
Kondisi sumber daya manusia Indonesia dalam industri penerbitan dan percetakan memiliki
beberapa potensi kekuatan yang dapat menjadi sumber keunggulan bersaing. Walaupun
sebagian besar output industri ini adalah untuk konsumsi pasar domestik, namun ternyata
terdapat beberapa potensi untuk mendapatkan keuntungan dari pasar ekspor.
Beberapa situasi penting tentang sumber daya manusia Indonesia di industri penerbitan dan
percetakan adalah:
+ Kelahiran karya fiksi dengan konteks Indonesia
Lahirnya penulis‐penulis baru yang menghasilkan karya fiksi kontemporer namun
dengan latar belakang budaya dan agama yang sesuai dengan konteks Indonesia.
Sebagai contoh adalah Habiburrahman El Shiraizy dengan novel hits‐nya Ayat‐Ayat
Cinta yang ketika dibuat film meledak, dan Andrea Hirata dengan Laskar Pelangi
+ Karya bernuansa budaya potensial untuk go international
Kekuatan karya berlandaskan budaya Indonesia tadi masih merupakan senjata utama
bagi produk buku Indonesia untuk masuk ke pasar luar negeri, termasuk yang
mengangkat aspek kesenian dan pariwisata Indonesia
+ Daya saing komik Indonesia di mancanegara
Secara spesifik, produk komik Indonesia memiliki peluang besar dengan banyaknya
komikus Indonesia yang kapabilitasnya diakui di luar negeri seperti
www.komikIndonesia.com, dan banyak komik Indonesia atau berlatar belakang
budaya Indonesia yang dikoleksi oleh komunitas kolektor komik mancanegara.
Misalkan komik dengan judul Hang Tuah yang justru diterbitkan di Belanda.
+ Jiwa kewirausahaan sebagai pembuka peluang baru
Tumbuhnya jiwa entrepreneur dalam mengantisipasi peluang baru yang muncul dalam
industri ini, misalkan dengan mendirikan percetakan sendiri saat penulis kesulitan
mendapat percetakan yang responsif, atau dengan menciptakan model bisnis baru
berupa toko buku yang tidak menyimpan stock seluruh buku melainkan hanya
covernya dan baru mencetak buku tersebut langsung on the spot saat ada permintaan.
Peluang juga terdapat untuk memenuhi kebutuhan dari luar negeri
Berbagai aspek positif keunggulan SDM penerbitan dan percetakan tersebut masih
mengalami hambatan jika kita melihat dari:
‐ Kurangnya SDM penerbitan dan percetakan
Ketersediaan SDM untuk industri ini masih terbatas, misalkan untuk media cetak dalam
bidang bisnis cukup sulit dan lama untuk mencari reporter, atau kesulitan perusahaan
percetakan untuk mencari tenaga kerja dengan kemampuan layout dan setting yang baik.
352 Juga
dalam konteks penulisan buku teks pelajaran masih banyak yang kurang berkualitas.
Hal ini diantisipasi dengan membuat tim penulis yang terdiri dari guru pengajar
dan dosen atau cendekiawan di bidang tersebut sebagai ahli substansi
‐ Masih lemahnya budaya menulis di kalangan masyarakat Indonesia
Walaupun banyak lahir penulis baru seperti diungkapkan di atas, tetapi jumlahnya
masih sedikit.
‐ Budaya membaca pun masih lemah di Indonesia.
Terdapat kecenderungan secara umum bahwa manusia lebih menyukai membaca buku
jika tidak hanya tulisan saja dan isinya banyak gambarnya. Hal ini sebenarnya bisa
menjadi peluang jika penulis bisa mengantisipasi dan menyesuaikannya.
‐ Kurangnya percaya diri mengangkat aspek budaya Indonesia dalam karya
Kelemahan dari aspek budaya juga nampak, ketika banyak komik Indonesia sendiri
terkadang tidak jelas identitasnya. Misalkan tokohnya justru berbusana tidak
mencerminkan budaya Indonesia, atau seperti yang sekarang sedang marak, komikus
lebih sering menghasilkan komik Jepang yang lebih disukai pasar
‐ Terbatasanya pendidikan bagi SDM media cetak
Pendidikan publisistik bagi pelaku pada industri media yang terbatas jumlah dan
kualitasnya, karena mereka dituntut untuk memahami latarbelakang bidang ilmu dari
fenomena yang diliput dan bukan hanya memahami teknik jurnalisme. Akibatnya lebih
banyak dipenuhi lulusan berlatarbelakang lainnya. Sebagai contoh IPB Institut
Pertanian Bogor banyak memiliki lulusan yang berkiprah di bidang ini, sehinga sering
muncul anekdot IPB adalah Institut Publisistik Bogor. Hal ini dikarenakan lulusan
publisistik sendiri kurang memiliki pengetahuan dalam bidang keilmuan tertentu
misalnya pengetahuan di bidang ekonomi bagi wartawan yang meliput berita ekonomi
B. P
ILAR
I
NDUSTRI
I
NDUSTRI
Industri penerbitan dan percetakan di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar jika
dilihat dari beberapa fenomena berikut:
+ Peluang pasar yang besar
Besarnya potensi pasar akan produk‐produk percetakan seperti undangan, seminar kit,
pamflet, baliho, poster, dll.
+ Peluang bagi tumbuhnya usaha kecil dan menengah
Selain itu kebutuhan percetakan dalam skala kecil dan cepat membuka peluang bagi
lahirnya pengusaha‐pengusaha kecil dan menengah di bidang ini
+ Digital printing
Hal ini dipermudah juga dengan munculnya digital printing sebagai jawaban atas
kebutuhan percetakan segala skala dengan cepat
Beberapa kelemahan dan tantangan yang masih dialami oleh industri ini di antaranya
adalah: -
Kurangnya dukungan pemerintah dalam komersialisasi
353 Masih
lemahnya dukungan pemerintah dalam upaya para penerbit melakukan komersialisasi,
misalkan dalam pameran yang diselenggarakan di Frankfurt segala macam
buku dan di Bologna buku khusus anak‐anak, animo pengunjung terhadap buku
‐buku terbitan Indonesia cukup besar, tetapi sayangnya dukungan pemerintah sangat
minim -
Kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan
Faktor geografis Indonesia membuat aspek distribusi bagi buku ke daerah‐daerah
menjadi sulit, sedangkan sepenuhnya menggunakan penyebaran secara digital masih
terkendala oleh TIK teknologi informasi dan komunikasi yang juga belum tersebar baik
-
Industri yang high cost, high risk
Faktor intrinsik yang terdapat dalam industri ini, yaitu sifatnya yang high cost dan high
risk karena tidak ada jaminan bahwa buku yang diterbitkannya akan habis terjual
padahal harga bahan bakunya cukup tinggi
C. P
ILAR
T
EKNOLOGI
T
ECHNOLOGY
Faktor teknologi sangat besar peranannya bagi perubahan dan masa depan industri
penerbitan, terutama bagi perusahaan percetakan. Perkembangan teknologi informasi yang
melahirkan internet dan telepon seluler secara perlahan mengubah mekanisme distribusi
dan komersialisasi sebuah konten tanpa harus melalui media yang dicetak.
Untuk itu, kondisi teknologi di Indonesia dalam kaitannya dengan penerbitan dan
percetakan adalah sebagai berikut:
+ Ketersediaan teknologi untuk percetakan di dalam negeri
Yang menggembirakan adalah bahwa teknologi percetakan di Indonesia sudah cukup
memadai, yang diindikasikan dengan penulis Indonesia tidak harus ke luar negeri untuk
bisa mencetak bukunya
+ Ketersediaan teknologi untuk percetakan digital
Termasuk ketika teknologi percetakan mulai digantikan oleh teknik digital sekalipun,
ketersediaannya di dalam negeri cukup baik
+ Penggunan internet untuk mendistribusikan dan mendapatkan konten
Konsumen dalam negeri pun sudah semakin banyak yang menggunakan media internet
untuk mendapatkan hasil karya yang dibutuhkannya.
+ Penggunaan internet untuk merangsang budaya menulis
Tumbuhnya blogging dan saluran di internet lainnya yang menjadi wadah untuk
penyebaran informasi, sekaligus untuk lahirnya penulis yang handal karena informasi
yang disebar dapat diakses sebanyak dan sesering mungkin tingkatan demokrasi dan
mekanisme peer review terbebas adalah via internet
Walaupun demikian, perkembangan teknologi di Indonesia masih belum cukup pesat yang
ditandai dengan situasi berikut:
‐ Akses internet belum merata
Belum tersebar luasnya teknologi internet agar materi yang disebarluaskan melalui
internet dapat terjangkau di daerah‐daerah
354
‐ Materi buku pelajaran perlu penyesuaian untuk go online
Dalam konteks buku pelajaran, masih dibutuhkan proses pengolahan agar materi untuk
buku teks tersebut bisa masuk ke dalam website, dan bisa dijangkau d daerah terpencil
Dalam hal ini, investasi infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi merupakan fokus
utama dalam pilar teknologi bagi tumbuhnya industri penerbitan di Indonesia menuju
model bisnis baru.
D. P
ILAR
S
UMBER
D
AYA
R
ESOURCES
Dalam aspek sumber daya yang dibutuhkan industri penerbitan dan percetakan, isu utama
yang dihadapi adalah permasalahan ketersediaan kertas dan harganya.
‐ Ketersediaan dan harga kertas sebagai bahan baku
Ketersediaan kertas sebagai bahan baku yang semakin sulit, dimana produksi dalam
negeri sendiri hanya memenuhi sekitar 30 dari total kebutuhan kertas, sedangkan
lainnya diperoleh dari impor. Dunia usaha sedang berjuang dan mereka mengharapkan
agar ada penghapusan pajak pertambahan nilai PPN dari pabrik kertas ke percetakan
dan penghapusan PPN dari percetakan ke penerbitan. Harga kertas dengan sendirinya
juga meningkat seiring dengan keterbatasan ini.
‐ Transisi ke paperless society masih terbentur budaya dan teknologi
Masih terdapat perdebatan mengenai mengenai masa depan industri percetakan, apakah
akan beralih dari berbasis kertas ke berbasis website atau softcopy. Terdapat pendapat
yang percaya bahwa dunia kertas akan habis, tapi ada juga yang berpendapat percetakan
berbasis kertas masih akan berlangsung lama, karena faktor harga peralatan elektronik
yang masih mahal dan faktor sosial budaya yang belum sepenuhnya siap menerima
kondisi paperless.
Walaupun demikian, terdapat perkembangan positif dalam bentuk:
+ Penggunaan bahan baku yang didaur ulang
Kesiapan perusahaan percetakan yang semakin banyak menggunakan kertas hasil daur
ulang recycled paper sebagai bahan baku untuk mengantisipasi kondisi di atas.
E. P
ILAR
I
NSTITUSI
I
NSTITUTION
Peranan pilar institusi yang sangat signifikan bagi dan dipandang masih lemah serta perlu
dikembangkan terutama adalah:
‐ Pembajakan karya tulis yang tidak kondusif bagi kreativitas
Perlindungan atas HKI Hak atas Kekayaan Intelektual yang masih lemah, terutama
maraknya kasus pembajakan atas karya tulis. Dampak lebih jauhnya adalah iklim yang
tidak kondusif dan dapat menurunkan kreativitas penulis. Dalam hal ini, masalah
mengenai HKI hanya sedikit yang dapat diusut sampai tuntas.
‐ HKI lebih dipandang sebagai bagian dari birokrasi, bukan nilai ekonomi
Proses pendaftaran HKI juga masih memakan waktu yang lama sehingga kurang efisien.
Hal ini karena pendaftaran HKI masih dipandang sebagai sebuah prosedur birokrasi dan
belum sebagai sesuatu yang bernilai ekonomi.
355
‐ Budaya menulis dan membaca yang kurang
Secara umum, budaya bangsa Indonesia yang kurang motivasi dalam membaca dan
menulis adalah permasalahan mendasar, yang perlu diperbaiki terkait sistem nilai yang
dimiliki bangsa.
‐ Kurikulum berbasis kompetensi kurang memberi ruang bagi tumbuhnya kreativitas
Dari aspek pendidikan, kemungkinan bahaya bisa muncul dari penerapan kurikulum
berbasis kompetensi, dimana pelajar SD, SMP, SMA dikejar untuk mengisi waktu
luangnya dengan les agar menguasai materi supaya lulus. Akibatnya mereka tidak
tertariktidak punya waktu untuk kegiatan‐kegiatan yang dapat meningkatkan
kreativitas. Dikhawatirkan nantinya kreativitas mereka menjadi rendah.
Walaupun demikian, terdapat beberapa perkembangan yang positif sebagai berikut:
+ Program pengalihan hak cipta bagi penulis buku pelajaran
Dalam konteks buku pelajaran yang sangat vital perannya bagi pendidikan, pemerintah
telah mengadakan program pengalihan hak cipta dengan member insentif Rp. 100‐175
juta bagi penulis yang karangannya lolos sebagai buku pelajaran. Selain itu, dilakukan
pelatihan untuk menghasilkan penulis buku teks pelajaran yang berkualitas.
+ Peran kuat asosiasi dan ikatan penerbit
Asosiasi dan ikatan penerbit telah berperan dengan baik dalam memperjuangkan
kepentingan seperti contoh kasus kertas, akan tetapi perlu dikembangkan lebih jauh
sebagai wadah knowledge sharing dan coaching dengan membangun kemitraan antara
yang telah established dan bibit‐bibit baru.
F. P
ILAR
L
EMBAGA
P
EMBIAYAAN
F
INANCIAL
I
NTERMEDIARY
Pembiayaan merupakan faktor yang sangat signifikan dalam industri kreatif, dan
merupakan permasalahan klasik yang banyak dijumpai hampir di setiap subsektor,
termasuk penerbitan dan percetakan walaupun sebagian besar perusahan penerbitan dan
percetakan yang ada adalah perusahaan besar.
‐ Adanya persyaratan agunan untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan
Salah satu penyebab utamanya adalah dunia perbankan yang mensyaratkan collateral
yang tinggi dan menyulitkan pemain kecil mendapatkan pinjaman. Terkait hal ini,
pembukaan LC letter of credit sangat sulit dilakukan.
‐ Bunga bank yang relatif tinggi saat ini
Pada saat yang sama, investor menjadi kurang berminat menanamkan pada industri
penerbitan dan percetakan yang high cost high risk tadi, karena bunga bank masih tinggi
sehinga mereka lebih nyaman menyimpannya di bank.
Perkembangan dan perubahan tatacara bisnis secara global sesungguhnya membuka banyak
peluang bagi terciptanya sumber pembiayaan bagi sebuah penelitian untuk bisa
dikomersialisasikan. Di antaranya adalah:
+ Penggunaan modal pribadi untuk pendirian usaha
356 Banyak
pelaku yang mendirikan perusahaan penerbitan dan percetakan akhirnya mengandalkan
pada modal pribadi, seperti contoh para mahasiswa yang ingin menerbitkan
hasil karyanya.
+ Lembaga modal ventura
Munculnya lembaga modal ventura, yang sayangnya dalam konteks Indonesia masih
lebih banyak berperan dalam investasi bisnis yang cenderung berisiko kecil.
+ Inisiatif dari industri untuk pengembangan industri kreatif
Munculnya program‐program dari perusahaan yang bertujuan untuk mengembangkan
industri kreatif tanah air, seperti Telkom dengan program INDIGOnya sebagai inkubator
bagi para content provider. Dalam hal ini, penyedia konten penerbitan dapat
menggunakan untuk mengkomersialisasikan karyanya lewat media mobile
communication.
357
III.2 Pemetaan Kekuatan, Kelemahan, Peluang Serta Ancaman Subsektor Industri Penerbitan Dan Percetakan
Pondasi Pilar Strength
Weakness Opportunity
Threats
People Lahirnya
penulis baru berkualitas Tumbuhnya
jiwa entrepreneur dengan
ide bisnis Rendahnya
budaya membaca dan menulis
Keterbatasan SDM yang berkualitas
Pendidikan publisistik tidak mampu
memenuhi kebutuhan
Ketertarikan pada budaya, seni
dan wisata Indonesia
Komik Indonesia sebagai
contoh potensi ketertarikan
internasional Apresiasi
rendah pada budaya
sendiri misalkan dibanding
komik Jepang
Industri
Digital printing sebagai jawaban
atas kebutuhan percetakan segala
skala dengan cepat
Lemahnya dukungan pemerintah dalam
komersialisasi Kondisi
geografis menyulitkan distribusi High
risk, high cost business Ketersediaan
pasar bagi berbagai
produk percetakan Peluang
bagi UKM dari kebutuhan
percetakan dalam skala
kecil
Technology Teknologi
percetakan tersedia termasuk
berbasis digital di pasaran
Indonesia Internet
mulai digunakan sebagai wahana
mendapatkan materi Infrastruktur
TIK belum tersebar dengan baik
terutama di daerah pelosok Komunitas
blog sebagai potensi tempat
lahirnya penulis berkualitas
Resources Kemampuan
industri memanfaatkan bahan
hasil daur ulang Keterbatasan
dan meningkatnya harga kertas
Kondisi masa depan yang
paperless bisa
menjadi peluang
bagi yang siap Ketergantungan
terhadap impor
kertas
Institution Perlindungan
HKI lemah dengan banyaknya
pembajakan Penghargaan
HKI program alih
hak cipta bagi penulis buku
teks Kurangnya
budaya menulis
membaca berdampak
ketertinggalan
358
Pondasi Pilar Strength
Weakness Opportunity
Threats
Lamanya proses pendaftaran HKI
Pendidikan yang kurang memberi ruang
kreativitas Asosiasi
yang terbentuk bisa untuk
wadah sharing
Financial Intermediary
Motivasi besar untuk berusaha
dengan modal sendiri
Perbankan yang kurang kondusif
High cost high risk business
Modal ventura perlu
dikembangkan Perusahaan
besar sebagai inkubator
359
IV. R
ENCANA
S
TARTEGIS
P
ENGEMBANGAN
S
UBSEKTOR
I
NDUSTRI
P
ENERBITAN DAN
P
ERCETAKAN
IV.1 Sasaran Arah Pengembangan Subsektor Industri Penerbitan dan
Percetakan
Arah pengembangan bagi industri penerbitan dan percetakan Indonesia adalah untuk
menciptakan industri penerbitan dan percetakan yang berperan dalam:
1. Pembangunan iklim yang kondusif bagi lahir dan tumbuhnya tenaga kreatif baru,
seperti penulis, wartawan, perancang maupun illustrator yang menguatkan industri
Fakta yang nyata adalah bahwa peran SDM kreatif sangat besar bagi industri ini, tak
terkecuali pada penerbitan dan percetakan. Untuk itu, arahan ini sangat signifikan
perannya bagi pertumbuhan industri tersebut.
2. Pemanfaatan media internet dan model bisnis lainnya sebagai respons terhadap
perubahan dengan semakin terbatasnya kertas sebagai bahan baku dan
berkembangnya internet
Fakta yang juga sangat nyata adalah perkembangan teknologi internet sebagai media
penyampai informasi, yang dibarengi dengan semakin sulitnya kertas sebagai bahan
baku untuk menyampaikan informasi secara konvensional. Kesiapan mengantisipasi
kedua trend tersebut menjadi sangat penting.
3. Penumbuhan budaya menulis dan membaca untuk mencerdaskan bangsa
Industri ini sangat dipengaruhi oleh budaya membaca dan menulis, sebuah budaya
kreatif yang sayangnya masih sangat kurang berkembang di Indonesia. Dengan berperan
mendorong budaya ini agar tumbuh, industri penerbitan dan percetakan akan
mendapatkan manfaatnya secara langsung. Selain itu, ‘membaca’ seharusnya tidak
hanya berarti membaca tulisan, melainkan menyerap informasi secara visual dengan
gabungan berbagai media sehingga dibutuhkan kreatifias para SDM kreatif untuk
menghasilkan karya dengan multimedia tersebut.
4. Pemudahan akses kepada lembaga finansial untuk mendukung dalam bisnis yang