278
V. C
ERITA
S
UKSES
S
UB SEKTOR
I
NDUSTRI
P
ERMAINAN
I
NTERAKTIF Matahari
Studios: “Dari Outsourcer Game
Menuju Developer Game Mandiri”
Game adalah permainan. Bisa dibilang
sampai saat ini hanya sedikit orang yang
belum pernah bermain game? Kalau
dulu game hanya dimainkan oleh anak‐
anak, kini game tidak lagi terbatas pada
usia tertentu. Mulai dari remaja sampai
orang tua pun suka menikmati hasil dari
kecanggihan teknologi ini. Mulai dari
Nitendo, Play Station, Wii sampai Nokia
N ‐Gage, semuanya dirancang bagi
penikmat game. Sama halnya jika dulu
orang bermain game hanya sendirian
atau dengan komputer, saat ini orang
lebih suka berinteraksi dengan gamers
lain dalam game jaringan dan game
online .
Game telah menjadi industri yang
nilainya bombastis. Di Amerika saja,
industri game menghasilkan 34 miliar
dolar per tahun pada tahun 2006.
Perkembangan industri game dari tahun
ke tahun semakin pesat. Price Waterhouse
Coopers PWC mengeluarkan data
proyeksi tahun 2007 sampai dengan
2011 untuk industri hiburan, film,
musik, dan industri game. PWC
mengatakan bahwa industri game
berkembang 9,1 setiap tahun nya
antara tahun 2007 sampai 2011,
menghasilkan 48,9 juta pangsa pasar
pada tahun 2011. Bahkan dalam
proyeksi ini PWC mengatakan bahwa
industri game akan melewati industri
musik. PWC melihat bahwa iklan pada
game akan
semakin menjamur. Pada 2006 saja iklan
tersebut dapat menghasilkan 80 juta,
PWC mengestimasi budget tersebut
dapat berkembang sampai 950 juta di
tahun 2011. Marcel Fenez dari PWC
bakan mengatakan bahwa 950 juta
adalah angka yag konservatif, angka
tersebut dapat menjadi lebih besar di
masa mendatang apabila ada perluasan
pangsa pasar dalam industri game.
Sebenarnya, industri game sudah mulai
dirintis pada sekitar tahun 1950. Namun,
media hiburan ini tidak terlalu populer
dan hanya tersedia di tempat‐tempat
tertentu. Kebanyakan jenis game yang
tersedia lebih dimanfaatkan untuk
kepentingan simulasi atau latihan
militer. Pada tahun 1966, industri game
mulai memasuki
babak awal
perkembangannya. Ide
‐ide kreatif
bermunculan, dan sebagian besar
dimotori oleh mahasiswa‐mahasiswa
yang menghabiskan waktu luangnya
dengan memanfaatkan
fasilitas teknologi
informasi TI di kampus. Tahun
1971, Pengusaha Nolan Bushnell, yang
dikenal sebagai bapak game dunia, mendesain
Computer Space, mesin game
koin arcade pertama di dunia. Nutting
Associate memproduksinya sampai
1500 unit. 1975 adalah salah satu tahun
dalam perkembangan videogame yang
patut diingat. Di tahun inilah, Bill Gates
dan Paul Allen mendirikan Microsoft
yang kelak
menjadi
279 pengembang
software terbesar di dunia, dan
pembuat home‐videogame console. Tahun
‐tahun selanjutnya, dunia game terus
berkembang, berturut
‐turut lahirlah
perangkat game LCD, CPU, hingga
akhirnya dapat diprogram ke dalam
microchip dan dimainkan secara online
seperti saat ini. Berkembangnya penetrasi
pasar broadband yang juga dikombinasikan
dengan konsol yang dapat
dimainkan online, telpon nirkabel yang
dapat men‐download game, dan konsol
dengan teknologi super canggih memberikan
kredit terhadap besarnya industri
game. Bagaimana
dengan di Indonesia? Perkembangan
pembuataan game di Indonesia
sudah ada semenjak lama. Pada
periode 1990‐an, sudah mulai muncul
game‐game lokal namun belum jelas
siapa yang membuatnya. Hingga bertahun
tahun berlalu,
mulailah satu
persatu orang membuat
game sendiri
dengan aplikasi
yang sangat terbatas. Namun sekali
lagi, tidak di‐publish ke luar, dan hanya
di mainkan oleh kalangan yang terbatas
seperti teman sekolah atau kuliah.
Menurut Agustinus Nalwan, seorang
pengembang game di Forum “Hot Game
Online” sejak tahun 1989‐2000 sudah
banyak game bikinan anak Indo yang
beredar disini, termasuk bikinan Agus
sendiri. Tahun 1989‐1991 misalnya,
majalah komputer Microdata dengan
rutin mengedarkan game dengan bahasa
GWBasic. Lalu pada tahun 1990 ‐1999
Elexmedia Komputindo secara rutin
menerbitkan game edutainment yang asli
bikinan Indonesia, termasuk 10 game
bikinan Agustinus Nalwan. Bahkan,
Ferry Halim telah mendapatkan Webby
Award untuk kategori situs game
terbaik tahun 2003 lalu dari “The
International Academy of Digital Arts
Sciences” .
Situs game
flashnya www.orisinal.com
membagikan secara
gratis hampir seratus game flash
karyanya. Ferry kelahiran Padang ini
kini masih tinggal di Clovis, California,
Amerika dan bekerja sebagai desainer
web dan multimedia. Dengan demikian,
sebenarnya banyak kreator‐kreator
amatir Indonesia, namun masih sedikit
yang memasuki jalur professional.
Lama kelamaan, munculah orang‐orang
yang memberanikan
diri untuk
membentuk sebuah
team dan
membangun studio‐studio game di
Indonesia. Keberanian mereka untuk
membentuk komunitas pembuat game
Indonesia telah membuka babak baru
dalam industri game Indonesia. Jika
dulu kita dianggap hanya bisa
mengkonsumsi saja, saat ini telah
banyak bermunculan pembuat game
lokal. Beberapa developer game yang
cukup dikenal di Indonesia saat ini
antara lain : Max Studio, Menara Games,
Divinekids Associates DKA, VRES
Games, Inspirit Arena dan Matahari
Studio.
Strategi Outsourcing Menuju
Industri Game Mandiri
Awal perjalanan matahari
studios di Indonesia dimulai
Tahun 1999, saat Leisure and
Allied Industries LAI, sebuah publisher
game terkemuka
dari Australia
mendirikan pabrik untuk membuat
280
Supplier adalah mereka yang berbisnis
dibidang game engine. Mereka khusus
mengerjakan game engine yang diperlukan
oleh game developerprogrammer. contohnya
adalah Game Maker RPG, Torque Engine,
3DGame Studio, GameEditor, DirectXXNA
Framework, PopCap Framework dan masih
banyak lagi. Game Engine itu tidak dibuat
sekali jadi, melainkan product yang harus
senantiasa dikembangkan sesuai dengan
perkembangan situasi. Upgrade Patch dan
Revisi Features harus selalu diperbaharui.
Tugas Developer adalah membuat games.
Game Developer biasanya adalah orang yang
idealism, penuh kreativitas dan inovasi dalam
membuat games. Seperti halnya dengan
artistpenyanyi tidak semua game developer
dapat sukses di bisnis industri games ini
tergantung oleh selera pasar, content games
yang dibuat, gameplay yang ditawarkan ke
pemain dan kreativitas yang dimiliki. Game
Programmer yang populer antara lain Sid
Meier Civilization , Michael Abrash Quake
, John Carmack Doom,Wolfeinstein3D,
Jordan Mechner Karateka, Princes Of Persia,
Anne WestFall Archon, Rihcard Garriot
Ultima dan Will Wright SimCity,TheSims.
MENGENAL PELAKU INDUSTRI GAME
Supplier ‐ Developer ‐ Publisher ‐ Retail
Tugas Publisher adalah mendanai games,
melakukan research market kebutuhan games
yang disukai masyarakat. Sebagai publisher
mereka pastinya memperhitungkan risiko.
Games yang dibuat tentunya hanya sebagian saja
yang bisa sukses di pasaran, sebagian lagi tidak
berhasil. Publisher biasanya memperhitungkan
estimasi seberapa banyak biaya yang bisa
dikeluarkan, bila melewati batas anggaran,
project game akan dibatalkan. Publisher memiliki
banyak entity developer seperti Perusahan Studio
Rekaman Musik yang memiliki banyak penyanyi
artist. Publisher game yang populer antara lain Electronic
Arts, Infograms,
Micropose, Broderbound,
Leisure and Allied Industries, Epic,
Sega, Konami, Sierra‐Online, ID Software dan
sebagainya. Tugas
Retail adalah menyalurkan games ke end user.
Retail dapat berupa took ataupun game center.
Games yang kurang laris dalam waktu 3‐ 4
minggu akan disingkirkan dari rak display dan digantikan
oleh games terbaru. Salah satu retail berupa
game center yang terkenal adalah Timezone.
mesin ‐mesin game mereka. Dari sekedar
membuat mesin‐mesin game kemudian
tercetus sebuah
ide untuk
memanfaatkan talent
‐talent asli
Indonesia untuk membuat game itu
sendiri, dan berdirilah Matahari Studios.
Pada awal pendirian Matahari Studios
memiliki core bisnis mengembangkan
game konsol.
Adanya berbagai
keterbatasan seperti dana dan talent
membuat pihak manajemen matahari
studios mengganti core bisnis dari
semula mengembangkan game konsol
menjadi mengembangkan game arcade.
Keputusan untuk mengembangkan
game arcade tidak terlepas dari sudah
adanya pasar game arcade yang dirintis
oleh LAI lewat retailnya TIMEZONE.
Untuk mensupport kebutuhan game‐
game arcade dari LAI dibentuk sebuah
divisi khusus yang diberi nama Divisi IP
Intelectual Property. Menurut Cahya
Daluay, alumnus Seni Rupa ITB,
produser Divisi IP Matahari Studios,
“Pembelajaran membuat
game didapatkan
para talent‐talent Indonesia lebih
banyak dari pengalaman bukan dari
pendidikan. Walau begitu, saat ini talent
‐talent game Indonesia telah mampu
melakukan proses kreatif pembuatan
game secara utuh baik dalam
segi konsepide, aspek teknis maupun
aspek art‐nya. Di Matahari Studio,
learning curve pertama adalah saat
membuat gameboy advance.” Dalam satu
tahun Cahya memiliki target membuat
sebuah game besar dan dua
281 game.
Saat ini sudah cukup banyak game
buatan matahari studios yang bisa kita
mainkan di TIMEZONE. DINO DUEL
MASTER, salah satu game arcade buatan
Matahari Studios
yang dipasarkan
bukan di TIMEZONE Indonesia
saja melainkan di Singapura, Philipina
dan Australia juga. Satu
strategi Matahari Studios untuk menjadi
developer game yang handal adalah
menerima pekerjaan‐pekerjaan outsourcing
dari publisher‐publisher game terkemuka.
Menurut Rianna Octavia, Koordinator
Kantor Matahari Studios, strategi
outsourcing sengaja diambil untuk
lebih mengasah talent. ”Dari tahun
ke tahun perkembangan game sangatlah
pesat, teknologi game dan game
engine terus berubah dan berkembang.
Outsourcing tetap
dijalankan untuk mengasah talent.”
Chatarina Dian, wanita muda yang biasa
dipanggil Ellen, manager outsourcing
Matahari Studios sama sekali tidak tabu
dengan model bisnis outsourcing.
Matahari Studios menerima banyak
’bagian pekerjaan
game’ dari
pengembang ‐pengembang game besar
di Amerika dan Eropa. Pekerjaan divisi
outsourcing Matahari Studios adalah
membantu sebagian
dari tugas
pengembang game untuk membuat
game. Dari sekedar konsep hingga
merealisasikan game, baik dalam
karakter, modeling, vehichles, dan banyak
lagi. Bagi Matahari Studios pekerjaan
dari pengembang game besar jelas
menguntungkan secara
bisnis. Sedangkan
bagi perusahaan yang memberikan
order metode outsourching dapat
memangkas waktu
dan memangkas
biaya produksi sebesar 15 – 60
jika dikerjakan sendiri, ”Tau dong, gaji
pekerja di Amerika atau Eropa jauh lebih
gede dari disini”, papar Ellen. Selain
menguntungkan dari segi bisnis, hal
lain yang didapatkan adalah Matahari
Studios dari
metode outsourcing
adalah bisa belajar tentang cara
produksi dan standar kualitas dari perusahaan
‐perusahaan game besar serta
terjalinnya networking dengan publisher
‐publisher game internasional. “Kalo
gak ada ini, kualitas kita akan tertinggal
jauh. Model bisnis ini bisa memacu
kita untuk terus berkarya sebagus
mungkin untuk bersaing. Dengan
outsourching kita juga jadi banyak
belajar dengan mereka, Kita belajar
mengenai segi kreatif proses pembuatan
game” tambah Ellen. Di
Asia ada lima negara yang dikenal memiliki
tenaga outsourching besar yaitu :
India, China, Vietnam, Malaysia dan Rusia.
Untuk Indonesia masih sedikit perusahaan
yang mengambil peluang bisnis
ini, artinya masih banyak peluang. Namun
untuk itu, menurut Ellen ada 10 modal
yang harus dimiliki untuk menjadi
perusahaan outsourcer yang handal,
yaitu : punya portfolio, marketing,
bisa di test kemampuannya, punya
planning, talent, sistem kerja, team work
, komunikasi, deadline, dan kualitas
yang bagus semuanya.
Sudah banyak contoh model bisnis
outsourcing yang akhirnya menjadi
pelaku industri utama. Contohnya lihat
saja Korea yang awalnya hanya
melayani “kerjaan kelas 2” dari Jepang.
Namun dengan cepat mereka menjadi
raksasa. Bahkan industri game online
mereka sudah mengalahkan Jepang.
Jepang pun pada awalnya melayani
Amerika utk pembuatan serial animasi
2D di televisi. Kalau masih ingat saat
kita kecil kita akan tahu bahwa serial
animasi Amerika justru dibuat oleh
282 orang
‐orang Jepang, dengan kredit title
yang hampir tidak ada nama Amerikanya
sama sekali. Tapi lihat
seperti apa industri animasi Jepang
saat ini? Matahari
Studios, saat
ini merupakan
salah satu game developer
outsourcing yang cukup dikenal
di Kawasan Asia. Sudah banyak
karya‐karya Matahari Studios
yang digunakan oleh oleh publisher
‐publisher game terkemuka di
dunia. Kalau anda pernah memainkan
Need For Speed, game yang
di publish oleh Electronic Arts EA
Games ,
maka anda
memainkan mobil‐mobil yang
dibuat oleh Matahari Studios.
Beberapa pekerjaan outsourcing
Matahari Studio dapat dilihat dari
gambar.
Dino Duel Masters, Game Arcade
Mandiri dari Matahari Studios
Seperti telah diuraikan di atas,
Matahari studios mengembangkan
strategi outsourcing untuk mengasah
talent ‐talent‐nya. Pada Tahun 2007,
Matahari Studios dengan talent‐talent
internal Matahari Studios telah berhasil
meluncurkan sebuah game arcade yang
diberi nama Dino Duel Masters.
Proses kreatif pembuatan Dino Duel
Masters berlangsung kurang lebih
satu tahun sebelum
diluncurkan. Yang
menarik semua
proses kreatif
dari proses
pra produksi
hingga game
tersebut diluncurkan
dilakukan di
internal lingkungan
Matahari Studios.
Hal ini menunjukkan
bahwa putra
‐ putri
Indonesia telah
mampu membuat
game bukan sekedar
menjadi pasar industri game.
Proses pembuatan Dino Duel
dilatarbelakangi oleh
semakin populernya
“Card Collection Games” seperti
Pokemon, Magic the Gathering, Yugi
‐Oh dan Mushi King, kemudian dilakukan
“brainstroming” untuk
283 membuat
card collection games ‘made in Indonesia’
. Proses brainstroming ini
dilanjutkan dengan membuat konten
dari game tersebut yang dilanjutkan
dengan proses produksi game tersebut
programming, art, animasi.
Pada Bulan November 2007, Matahari
Studio mengikutkan game Dino Duel
Masters ini dalam kompetisi yang
diadakan oleh Departemen Komunikasi
dan Informasi dan menjadi Juara I
dalam Indonesia ICT Award INAICTA
2007 kategori games. Di samping
menjadi pemenang dalam lomba ini
Dino Duel Masters juga berhasil secara
komersial. Indonesia
telah memasuki babak baru dalam
industri game. Bukan sekedar mengkonsumsi
game tetapi telah melahirkan
pelaku‐pelaku industri game sebagai
game developer. Daya tarik game developer
itu kata Ellen, karena dituntut membuat
sesuatu yang interaktif. “Kita juga
harus bikin game yang bikin player nggak
bosen dan penasaran terus,” kata Ellen.
Menurut Ellen, perkembangan game
developer di Indonesia ke depan sangat
cerah. Banyak talent yang bertebaran di
Indonesia, tapi belum terjamah karena
mereka belum tahu kalo di Indonesia itu
ada industri game. “Yang jelas industri
game developer menguntungkan kok.
Kalo nggak, saya nggak akan bertahan
disini sampai 5 tahun. Prospeknya juga
makin cerah karena mulai banyak orang
melirik industri ini dan tidak hanya
sebagai produk tapi juga sebagai media,
papar Ellen lagi. Indonesia memiliki
potensi dan prospek yang cerah di
industri game.
Rianna Octavia,
Chatarina Dian dan Cahya Daluay
memiliki harapan besar bahwa industri
game di Indonesia dapat menjadi
andalan industri kreatif dan memajukan
ekonomi Indonesia. Akan tetapi masih
banyak yang harus dibenahi bersama
seperti : infrastruktur khususnya
bandwith internet, perlindungan HAKI,
masih sedikitnya institusi pendidikan
yang fokus ke game, dan diperlukan
kebijakan ‐kebijakan
seperti pengurangan
pajak, kemudahan
perizinan, dsb untuk memperbanyak
pemain industri
game Indonesi
284
MUSIK
I. P