292
III. A
NALISIS
K
ONDISI
S
UB SEKTOR
I
NDUSTRI
M
USIK
III.1 Penilaian Kondisi Pondasi dan Pilar Sub sektor Industri Musik
A. P
ONDASI
S
UMBER
D
AYA
I
NSANI
P
EOPLE
Kondisi sumber daya insani Indonesia dalam industri musik memiliki potensi kekuatan
yang dapat menjadi sumber keunggulan bersaing. Terutama karena tingkat kreativitas yang
tinggi yang dimiliki oleh insan seni musik Indonesia.
Beberapa situasi penting tentang sumber daya insani Indonesia di bidang seni musik adalah:
+ Insan musik Indonesia yang kreatif
Kreativitas insan musik Indonesia yang tinggi, terbukti dengan tingkat produktivitas
hasil karyanya. Di tengah permasalahan‐permasalahan yang muncul di industri musik,
kreasi musik tak pernah berhenti, bahkan karya kreasi musik ini sudah sampai ke dunia
internasional.
+ Jumlah insan musik kreatif bertumbuh pesat
Penyanyi dan band‐band baru semakin banyak terbentuk, sementara penyanyi band‐
band senior masih tetap eksis. Jumlah insan kreatif musik tak pernah berhenti bertambah
di Indonesia.
+ Potensi calon insan kreatif musik besar
Salah satu indikasi yang menguatkan kondisi ini adalah banyaknya ajang‐ajang
kompetisi yang semakin marak saat ini. Sebut saja di antaranya: Indonesian Idol, AFI,
Kontes Dangdut, Rock Festival, Dream Band, kompetisi Ring Back Tone Indosat, dan
masih banyak ajang lain yang berpontensi melahirkan insan‐insan musik baru yang
berkelas.
+ Keunggulan dalam festival mancanegara
Potensi yang besar tersebut bisa terberdayakan lewat besarnya peluang untuk
menunjukkan kiprah hingga ke mancanegara, di antaranya lewat festival‐festival dimana
pemusik Indonesia menunjukkan keunggulannya.
+ Musisi Indonesia semakin dikenal di manca negara
Salah satu indikasi bahwa musisi Indonesia semakin dikenal di manca negara, selain
kemenangan ‐kemenangan di ajang kompetisi internasional, adalah Java Jazz Festival
yang dihelat rutin tahunan ini selalu didatangi oleh pemusik‐pemusik jazz terdepan di
dunia, berkolaborasi dengan musisi‐musisi lokal. aktivitas ini membuat pemusik
Indonesia makin dikenal dunia.
+ Sekolah musik dan vokal usia muda dan anak‐anak semakin banyak
Meskipun masih terkonsentrasi di kota‐kota besar, namun sekolah musik untuk usia
muda dan anak‐anak, bahkan dewasa makin bertambah jumlahnya.
+ Profesi pemusik sudah menjadi profesi yang sangat diminati
Bercita ‐cita menjadi pemusik bagi anak dan remaja di era tahun 1990an dan sebelumnya,
umumnya mendapat tantangan dari orang tua. Prospek pendapatannya kurang
meyakinkan. Namun sekarang paradigma tersebut sudah berubah. Orang tua bahkan
menganjurkan anak‐anaknya mengikuti kursus musik, mengikuti kompetisi‐kompetisi
293 musik,
sampai pada puncaknya adalah perhelatan kompetisi anak dan ibunya di Supermama.
Profesi musik terbukti semakin menjanjikan. Tentunya
terdapat beberapa area dimana pengembangan agar output yang optimal bisa dihasilkan:
− Pendidikan pemusik perlu ditambah
Pendidikan bagi para pemusik cenderung kurang. Dalam hal ini, banyak pemusik lahir
dari proses otodidak.
− Perlunya apresiator musik
Selain itu, kurangnya pendidikan musik bukan hanya untuk menghasilkan produsen
musik musisi, arranger, dll melainkan juga pendidikan bagi penikmat konsumen
musik sehingga masyarakat Indonesia dapat menjadi menjadi apresiator musik yang
baik.
− Profesi guru musik kurang dihargai
Pandangan sebelah mata dari pemerintah akan pentingnya mata pelajaran musik,
diketahui dari tidak adanya guru‐guru musik dari SD hingga SMA yang mempunyai
Ijazah musik, serta kecilnya insentif terhadap guru musik yang berbeda dengan guru
mata
pelajaran lainnya − Ketidaksesuaian
pendidikan formal musik
Di sisi lain, banyak sarjana di bidang musik tidak mempunyai tempat untuk berkreasi
yang tepat. Secara general bisa kita katakan terjadi ketidaksesuaian dalam pendidikan
musik dengan lapangan yang tersedia di masyarakat.
− Musik tradisional kurang diperhatikan
Selain itu, perhatian pemerintah terhadap musik tradisional dirasa kurang, karena selama
ini musik tradisional hanya di jadikan sebagai pelengkap pariwisata saja
B. P
ILAR
I
NDUSTRI
I
NDUSTRY
Kondisi sumber daya insani di atas yang sesungguhnya sangat kondusif bagi tumbuh
suburnya industri musik Indonesia memiliki hambatan dari bebagai aspek di bidang
industri, terutama dalam hal kebijakan pemerintah, terutama dalam isu perpajakan
− Pajak yang tinggi ditambah cukai membuat industri ini menurun
− PPH yang terlalu tinggi untuk mengadakan suatu pertunjukan atau konser musik.
− Pengenaan pajak internasional yang tinggi pada lirik lagu yang menggunakan bahasa
asing walaupun oleh pemusik Indonesia.
Selain itu, secara umum perhatian pemerintah cenderung masih kurang terhadap musik,
dalam bentuk:
− Penataan jalur distribusi industri musik lemah
− Kurangnya perhatian dari pemerintah pada industri ini, baik dari segi apresiasi
maupun dari kemudahan‐kemudahan untuk go international, bahkan
− Perijinan untuk konser atau ikut kompetisi ke luar negeri pun sangat sulit
− Kurangnya pemberitaan atau promosi dari dalam negeri, walaupun banyak musisi
Indonesia yang memenangkan kompetisi di luar negeri
− Tidak adanya prasarana infrastruktur atau gedung konser tersendiri sedangkan
penggunaan infrastruktur milik pemerintah memerlukan biaya yang sangat tinggi
294 Dalam
hal ini, dapat kita katakan bahwa pilar industri kita masih memiliki banyak potensi pengembangan
jika pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar, yang tidak harus dalam
bentuk uang. Walaupun
demikian, industri musik kita memiliki kekuatan dan daya saing yang kuat, yang ditunjukkan
dengan
+ Musik Indonesia tuan rumah di negeri sendiri
Dari sisi permintaan, pasar musik dalam negeri juga sangat apresiatif terhadap musik
Indonesia, dengan 80 dari pangsa pasar musik adalah musik Indonesia.
+ Musik etnik semakin tumbuh dan diterima di pasar domestik
Musik etnik, baik yang dikemas dalam konsep kontemporer, atau memperkaya warna‐
warna musik yang sudah ada, semakin tumbuh dan diterima di pasar domestik. Insan‐
insan kreatif seperti Balawan, Vicky Sianipar dan lain‐lain merupakan sedikit di
antaranya yang menjadi motor‐motor penggerak musik etnis kontemporer.
+ Musik etnik Indonesia disuka di mancanegara
Yang juga menarik adalah kemampuan musisi Indonesia memasukkan unsur musik
tradisionaletnik sehinga dapat membuatnya disukai bahkan hanya pasar domestik tapi
juga internasional
+ Pasar label indie semakin tumbuh
Mekanisme indie label yang makin digemari semakin dapat diterima pasar. Salah satu
indikasinya adalah, jumlah penonton yang selalu memadati konser‐konser band indie.
Geliat label indie semakin diterima pasar terlihat di beberapa kota besar, terutama
Bandung.
+ Jalur distribusi musik semakin bervariasi
Jalur ‐jalur distribusi baru industri musik semakin berkembang. Musisi dan label tidak
lagi hanya mengandalkan pendapatan dari kepingan kaset dan cd yang terjual. Ring
back tone, jingle iklan, internet music download, sampai kepada pemakaian lagu yang
semakin digemari sebagai pembuka, latar atau theme song suatu film dan sinetron.
Sebagai contoh, potensi peluang yang luar biasa dari bisnis RBT dan model bisnis
lainnya berbasis internet dan ponsel akan terlihat, jika dilakukan benchmark di Asia,
dimana Indonesia menduduki peringkat ke‐4 setelah Jepang, Korea Selatan dan Cina
dalam pangsa pasar RBT.
+ Kepercayaan diri dan kesiapan bersaing dengan musik luar negeri
Masuknya musik dari luar negeri tidak dipandang sebagai ancaman bagi industri
musik Indonesia, tetapi merupakan peluang dikarenakan banyak yang dapat dipelajari
dari pemusik luar
+ Ekspansi musik Indonesia ke mancanegara makin baik, terutama Malaysia
Pada saat yang sama, musik Indonesia dikenal di luar negeri dan bahkan di Malaysia
mendominasi
C. P
ILAR
T
EKNOLOGI
T
ECHNOLOGY
Salah satu teknologi yang sangat signifikan perannya dalam evolusi industri musik
Indonesia adalah teknologi informasi dan komunikasi, baik dalam bentuk piranti lunak
pendukung musik, jaringan komunikasi telepon dan internet sampai kepada piranti keras
pendukung musik komputer, piranti keras sound, alat musik digital, iPod, dll
295 Beberapa
kondisi positif pilar teknologi antara lain: +
ICT membuka jalur distribusi baru melalui ring back tone RBT
ICT memampukan musik dijual melalui RBT. Potensi dari bisnis ring back tone RBT
dalam komunikasi seluler semakin besar. Misalnya, dari satu group musik saja, seperti
Samson, terdapat potensi pendapatan sebesar Rp. 21 Milliar yang berasal dari estimasi
sekitar 3 juta kali download RBT lagu mereka seharga masing‐masing Rp. 7000.
38
+ ICT
membuka jalur distribusi baru melalui internet music
Selain RBT, jalur distribusi melalui internet music download, atau mendengarkan lewat
internet streaming semakin tumbuh. Kondisi ini juga dimampukan oleh teknologi ICT
yang memadai.
+ ICT
memperkaya kreasi musik
Dukungan ICT, khususnya dalam piranti lunak musik, sangat membantu para pencipta
lagu dalam berkreasi, dan membantu label dalam proses mixing. Saat ini beberapa
pencipta lagu sudah memiliki ketergantungan terhadap komputer. Proses penciptaan
dimatangkan melalui proses komputerisasi. Selain itu dukungan ICT piranti lunak pada
alat musik semakin baik. Hampir semua suara instrumen alat musik, semakin baik
ditirukan oleh sebuah keyboard. Untuk memasukkan suara suatu instrumen musik,
pencipta lagu tidak lagi harus menguasai berbagai instrumen musik tersebut. ICT
memungkinkan hal tersebut terjadi.
Namun demikian, perkembangan teknologi ICT ini juga memberikan dampak‐dampak
negatif terhadap industri musik.
− ICT memudahkan pembajakan
Perkembangan menggembirakan ICT ini juga merupakan kegembiraan bagi para
pembajak, khususnya format digital MP3. Format ini merupakan salah satu yang paling
banyak dilakukan oleh para pembajak.
Selain itu, aktivitas kreasi pembajak juga semakin baik. Piranti lunak musik
memampukan para pembajak membuat album‐album kompilasi sendiri. Bahkan piranti
lunak memampukan pembajak melakukan perbaikan‐perbaikan kualitas suara.
D. P
ILAR
S
UMBER
D
AYA
R
ESOURCES
Dalam aspek sumber daya tidak terdapat isu signifikan terkait permasalahan sumber daya
alam dan lahan. Hal ini karena musik adalah industri yang tidak dipengaruhi oleh input
dalam bentuk bahan baku. Hanya saja terdapat isu dalam
• Musik tradisional Indonesia yang banyak membutuhkan alat berbahan dasar dari alam
yang semakin terbatas
• Pada saat yang sama, muncul juga bahaya klaim atas alat dan jenis musik tradisional
Indonesia oleh negara lain
38 Sumber: presentasi Yoris Sebastian “Music Has A Big Potential” dalam Seminar Nasional “Industri Kreatif
Untuk Kesejahteraan Bangsa”, Aula Barat ITB, 2 April 2008
296
E. P
ILAR
I
NSTITUSI
I
NSTITUTION
Peranan pilar institusi –dalam hal ini secara spesifik adalah aspek hak atas kekayaan
intelektual HKI– adalah yang paling signifikan bagi industri musik, seperti ditunjukkan
oleh hangatnya diskusi dan masukan dari berbagai narasumber. Banyak pendapat yang
bahkan menyatakan bahwa tanpa perubahan signifikan dalam hal perlindungan HKI, maka
berbagai langkah dan strategi pengembangan untuk industri musik akan sia‐sia atau
minimal dampaknya. Dengan kata lain, langkah pembenahan dalam bidang ini harus
menjadi prioritas utama.
Beberapa isu mendasar terkait ini adalah:
− Ketimpangan di rantai distribusi industri musik akibat lemahnya regulasi
Tumbuhnya alternatif‐altrenatif jalur distribusi belum diikuti dengan penataan yang
tepat. Pola interaksi antara pencipta‐label‐jalur distribusi harus ditata dengan lebih
spesifik. Seorang musisi melakukan protes kepada label, ketika musiknya digunakan di
berbagai jalur distribusi tanpa seijin musisi tersebut, sudah merupakan hal yang tidak
asing ditemukan. Penataan spesifik di rantai distribusi ini juga harus
mempertimbangkan kemungkinan pembajakan.
Saat ini, konser lebih diminati oleh para musisi, karena memang sudah lebih dahulu
pesimis dalam mengandalkan penjualan kepingan album. Carut marut rantai distribusi
menjadi alasannya. Bahkan salah satu penyebab the rising of indie label juga adalah
kondisi di rantai distribusi yang kurang kondusif.
− Pembajakan merupakan ancaman terbesar dalam industri musik.
Menurut data ASIRI 2007, penjualan musik ilegalbajakan mencapai 95,7 sementara
musik legal hanya tinggal 4,3. Hal ini menunjukkang gagalnya penegakan terhadap
UU No. 192002 tentang Hak Cipta.
Pembajakan ini dapat berakibat fatal bagi industri musik Indonesia, karena akan
menurunkan semangat para pelaku di industri musik Indonesia untuk berkarya. Selain
itu, hal ini juga berdampak bagi industri label rekaman yang akhirnya banyak merubah
haluan bisnis dengan mengambilalih manajemen artis untuk menggantikan pemasukan
yang hilang akibat penjualan rekaman yang menurun drastis karena maraknya produk
bajakan.
− Peningkatan jumlah pembajakan dari tahun ke tahun
Ilustrasi tabel berikut yang menunjukkan betapa tajamnya peningkatan volume
pembajakan dalam industri musik adalah bukti nyata bahwa pembajakan adalah isu
mendasar bagi industri musik. Bahkan, dalam tahun 2007 saja diestimasikan bahwa
jumlah unit bajakan yang terjual naik 15 dibandingkan tahun 2006
Tabel 14 Perbandingan Peredaran Produk Legal Bajakan Karya Rekaman Suara
Tahun Produk Legal unit Produk Bajakan unit
1996 77.552.008
23.068.225
1997 67.356.071
112.835.989
1998
41.58.674 137.209.167
1999 64.464.951
181.505.780
2000
52.502.569 240.084.555
297
Tahun Produk Legal unit Produk Bajakan unit
2001 44.031.698
290.813.051
2002 34.273.974
363.516.314
2003 35.835.865
356.245.987
2004 39.766.475
331.308.768
2005 30.032.460
359.204.966
2006 23.736.355
385.701.129
2007 19.398.208
443.556.298
Sumber
: ASIRI Asosiasi Industri Rekaman Indonesia
39
− Pertunjukan musik rusuh dan sering menelan korban jiwa
Semakin maraknya industri musik di Indonesia, tentunya diikuti dengan maraknya
pertunjukantur musik di seluruh pelosok tanah air. Ketidaksiapan aparatur keamanan
di daerah‐daerah serta pihak penyelenggara pertunjukan musik ini mengakibatkan
sering terjadinya kerusuhan yang akhirnya menelan korban jiwa. Mulai dari konser band
Ungu pada hari selasa, 19 Desember 2006 di Kedung Wuni, Pekalongan, Jawa Tengah,
yang berakhir dengan tewasnya 10 penonton, diperkirakan karena terinjak‐injak sesama
penonton, konser musik dari grup band Nidji dan Andra and The Backbone pada
Minggu Sore 16 Maret 2008, di Tasikmalaya, Jawa Barat, rusuh, konser musik Duo Maia
Mei Chan di Malang, Jawa Timur, Sabtu 5 April 2008 malam, juga rusuh dan memakan korban
–setidaknya 36 orang pingsan karena kehabisan nafas‐, dan masih banyak pertunjukan
musik lainnya yang rusuh dan menelan korban jiwa. Hal
ini tentunya perlu ditanggapi serius oleh pemerintah, dan diselesaikan secara bijaksana,
bukan dengan tidak mengijinkan diadakannya pertunjukan musik di daerah yang
mengalami musibah tersebut.
− Indie masih sering dikonotasikan negatif oleh masyarakat
Dahulu memang indie identik dengan komunitas punk, yang kurang bisa diterima
khususnya oleh kelompok tua. Identitas itu masih tersisa, dimana indie identik dengan
brutalitas, bahkan premanisme. Kerusuhan konser indie di Balai Kota Bandung baru‐
baru ini dianggap menguatkan proposisi identitas brutal tersebut. Padahal proposisi
tersebut kurang tepat. Memang komunitas indie harus menunjukkan nilai‐nilai
positifnya lebih intensif lagi kepada masyarakat.
Saat ini industri musik Indonesia telah menempuh sebuah fase perkembangan yang
sesungguhnya sangat signifikan dan positif, yaitu:
+ Sistem penghargaan industri musik Indonesia kondusif untuk kreativitas
Sistem royalti tidak lagi ’jual putus’ dalam industri musik membuat musisi berpacu
untuk berkreasi, karena jerih payah mereka akan lebih dihargai secara berkelanjutan
dalam sistem royalti ini.
Hal ini sayangnya akan menjadi sia‐sia jika isu pembajakan tadi tidak diatasi.
39 Data diambil dari presentasi Yoris Sebastian “Music Has A Big Potential” dalam Seminar Nasional “Industri
Kreatif Untuk Kesejahteraan Bangsa”, Aula Barat ITB, 2 April 2008
298
F. P
ILAR
L
EMBAGA
P
EMBIAYAAN
F
INANCIAL
I
NTERMEDIARY
Pembiayaan merupakan permasalahan klasik yang dijumpai hampir di setiap subsektor
industri kreatif, termasuk dalam musik. Walau demikian, tidak ada isu spesifik dalam
industri musik terkait pembiayaan yang membuatnya memerlukan perhatian atau prioritas
lebih dibandingkan sektor industri kreatif lain, selain masih rendahnya apresiasi perusahaan
besar terhadap musik independen, yang sangat membutuhkan pendanaan.
299
III.2 Pemetaan Kekuatan,kelemahan, Peluang serta Ancaman Sub sektor industri Musik
PondasiPilar Strength
Weakness Opportunity
Threats
People
+ Kreativitas
pemusik Indonesia
tinggi dengan jumlah
meningkat +
Kemampuan musisi
Indonesia mengemas
unsur musik tradisional
untuk selera modern
+ Keunggulan
dalam festival
mancanegara +
Musisi Indonesia
semakin dikenal di
manca negara
− Pendidikan pemusik perlu
ditambah − Perlunya
apresiator musik − Profesi
guru musik kurang dihargai
− Ketidaksesuaian pendidikan
formal musik
+ Festival
internasional sebagai ajang
tampil banyak dimenangi
+ Sekolah
musik dan vokal usia muda
dan anak‐anak semakin banyak
+ Profesi
pemusik sudah menjadi
profesi yang sangat diminati
+ Potensi
calon insan kreatif musik
besar − Kurangnya
perhatian pemerintah
pada musik tradisional
Industry
+ Pangsa
pasar musik Indonesia
yang lukratif besar
+ Musik
Indonesia tuan rumah
di negeri sendiri +
Jalur distribusi musik
semakin bervariasi
− Penataan jalur distribusi industri
musik lemah
− Sistem perpajakan yang kurang
kondusif PPH cukai, pajak
konser, pajak lagu teks asing, dll
− Kurangnya perhatian dan
dukungan pemerintah untuk
promosi − Keterbatasan
infrastruktur +
Mulai munculnya pangsa
pasar internasional untuk
musik Indonesia
+ Musik
etnik semakin tumbuh dan
diterima di pasar domestik
+ Musik
etnik Indonesia disuka di
mancanegara +
Pasar label indie semakin
tumbuh − Industri
musik hanya dapat
dikuasai oleh pemodal
besar
Technology
+ ICT
memperkaya kreasi musik
− ICT memudahkan pembajakan
+ ICT
membuka jalur distribusi baru
melalui ring back tone RBT
300
PondasiPilar Strength
Weakness Opportunity
Threats
+ ICT
membuka jalur distribusi baru
melalui internet music
Resources
− − Hilangnya
ragam maupun
alat musik tradisional
Institution
+ Sistem
penghargaan industri
musik Indonesia kondusif
untuk kreativitas
− Ketimpangan di rantai distribusi
industri musik akibat lemahnya
regulasi − Minimnya
perlindungan terhadap hasil
karya musik dari pembajakan
− Penegakan hukum yang lemah
terhadap kasus pembajakan
− Jaminan yang kurang atas
keberlangsungan pelaku musik
− Klaim musik alat musik
tradisional oleh bangsa
lain − Peningkatan
jumlah pembajakan
dari tahun ke tahun
− Pertunjukan musik rusuh
dan sering menelan
korban jiwa
− Indie masih sering
dikonotasikan negatif
oleh masyarakat
Financial Intermediary
− Rendahnya apresiasi terhadap
musik independen yang butuh
pendanaan
301
IV. R