Berbasis Ketena gakerjaan Iklim kondusif melalui regulasi dan enforcement di rantai distribusi, termasuk upaya

290

II. K

ONTRIBUSI E KONOMI S UB SEKTOR I NDUSTRI M USIK Kontribusi ekonomi sub sektor industri Musik ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 13 Kontribusi Ekonomi Sub sektor Industri Musik Indikator Satuan 2002 2003 2004 2005 2006 Rata ‐rata 1. Berbasis Produk Domestik Bruto PDB a. Nilai Tambah Miliar Rupiah 2.054 2.304 3.432 3.581 3.824 3.039 b. Nilai terhadap Industri Kreatif Persen 2,01 2,30 3,17 3,33 3,65 2,89 c. Pertumbuhan Nilai Tambah Persen ‐ 12,16 48,96 4,34 6,78 18,06 d. Nilai terhadap Total PDB Persen 0,14 0,15 0,21 0,20 0,21 0,18

2. Berbasis Ketena gakerjaan

a. Jumlah Tenaga Kerja Orang 59.320 56.998 80.855 84.923 88.430 74.105 b. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Industri Kreatif Persen 1,012 1,127 1,383 1,592 1,804 1,372 c. Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Terhadap Total Pekerja Persen 0,065 0,063 0,086 0,089 0,093 0,079 d. Pertumbuhan Jumlah Tenaga kerja Persen ‐ ‐3,91 41,86 5,03 4,13 11,78 e. Produktivitas Tenaga kerja Ribu Rupiah pekerja pertahun 34.632 40.427 42.451 42.173 43.245 40.586

3. Berbasis Nilai Ekspor

a. Nilai Ekspor Ribu Rupiah 724.456.959 1.004.425.427 379.259.727 225.989.427 238.300.156 514.486.339 b.Pertumbuhan Ekspor Persen ‐ 38,65 ‐62,24 ‐40,41 5,45 ‐14,64 c. Nilai ekspor thd industri kreatif Persen 1,204 1,724 0,540 0,290 0,293 0,810 d. Nilai Ekspor thd Total Ekspor Persen 0,143 0,198 0,057 0,029 0,027 0,091 291 Indikator Satuan 2002 2003 2004 2005 2006 Rata ‐rata 4. Berbasis Jumlah Perusahaan a. Jumlah Perusahaan Perusahaan 14.110 13.584 18.993 18.654 22.028 17.474 b. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Persen ‐ ‐3,73 39,83 ‐1,79 18,09 13,10 c. Jumlah perusahaan thd industri kreatif Persen 0,478 0,563 0,654 0,747 1,006 0,690 d. Jumlah perusahaan thd jumlah perusahaan total Persen 0,033 0,033 0,044 0,045 0,052 0,041 Sumber: Studi Pemetaan Industri Kreatif DEPERDAG, 2007 diolah dari data BPS dan beberapa sumber data lainnya 292

III. A

NALISIS K ONDISI S UB SEKTOR I NDUSTRI M USIK III.1 Penilaian Kondisi Pondasi dan Pilar Sub sektor Industri Musik

A. P

ONDASI S UMBER D AYA I NSANI P EOPLE Kondisi sumber daya insani Indonesia dalam industri musik memiliki potensi kekuatan yang dapat menjadi sumber keunggulan bersaing. Terutama karena tingkat kreativitas yang tinggi yang dimiliki oleh insan seni musik Indonesia. Beberapa situasi penting tentang sumber daya insani Indonesia di bidang seni musik adalah: + Insan musik Indonesia yang kreatif Kreativitas insan musik Indonesia yang tinggi, terbukti dengan tingkat produktivitas hasil karyanya. Di tengah permasalahan‐permasalahan yang muncul di industri musik, kreasi musik tak pernah berhenti, bahkan karya kreasi musik ini sudah sampai ke dunia internasional. + Jumlah insan musik kreatif bertumbuh pesat Penyanyi dan band‐band baru semakin banyak terbentuk, sementara penyanyi band‐ band senior masih tetap eksis. Jumlah insan kreatif musik tak pernah berhenti bertambah di Indonesia. + Potensi calon insan kreatif musik besar Salah satu indikasi yang menguatkan kondisi ini adalah banyaknya ajang‐ajang kompetisi yang semakin marak saat ini. Sebut saja di antaranya: Indonesian Idol, AFI, Kontes Dangdut, Rock Festival, Dream Band, kompetisi Ring Back Tone Indosat, dan masih banyak ajang lain yang berpontensi melahirkan insan‐insan musik baru yang berkelas. + Keunggulan dalam festival mancanegara Potensi yang besar tersebut bisa terberdayakan lewat besarnya peluang untuk menunjukkan kiprah hingga ke mancanegara, di antaranya lewat festival‐festival dimana pemusik Indonesia menunjukkan keunggulannya. + Musisi Indonesia semakin dikenal di manca negara Salah satu indikasi bahwa musisi Indonesia semakin dikenal di manca negara, selain kemenangan ‐kemenangan di ajang kompetisi internasional, adalah Java Jazz Festival yang dihelat rutin tahunan ini selalu didatangi oleh pemusik‐pemusik jazz terdepan di dunia, berkolaborasi dengan musisi‐musisi lokal. aktivitas ini membuat pemusik Indonesia makin dikenal dunia. + Sekolah musik dan vokal usia muda dan anak‐anak semakin banyak Meskipun masih terkonsentrasi di kota‐kota besar, namun sekolah musik untuk usia muda dan anak‐anak, bahkan dewasa makin bertambah jumlahnya. + Profesi pemusik sudah menjadi profesi yang sangat diminati Bercita ‐cita menjadi pemusik bagi anak dan remaja di era tahun 1990an dan sebelumnya, umumnya mendapat tantangan dari orang tua. Prospek pendapatannya kurang meyakinkan. Namun sekarang paradigma tersebut sudah berubah. Orang tua bahkan menganjurkan anak‐anaknya mengikuti kursus musik, mengikuti kompetisi‐kompetisi 293 musik, sampai pada puncaknya adalah perhelatan kompetisi anak dan ibunya di Supermama. Profesi musik terbukti semakin menjanjikan. Tentunya terdapat beberapa area dimana pengembangan agar output yang optimal bisa dihasilkan: − Pendidikan pemusik perlu ditambah Pendidikan bagi para pemusik cenderung kurang. Dalam hal ini, banyak pemusik lahir dari proses otodidak. − Perlunya apresiator musik Selain itu, kurangnya pendidikan musik bukan hanya untuk menghasilkan produsen musik musisi, arranger, dll melainkan juga pendidikan bagi penikmat konsumen musik sehingga masyarakat Indonesia dapat menjadi menjadi apresiator musik yang baik. − Profesi guru musik kurang dihargai Pandangan sebelah mata dari pemerintah akan pentingnya mata pelajaran musik, diketahui dari tidak adanya guru‐guru musik dari SD hingga SMA yang mempunyai Ijazah musik, serta kecilnya insentif terhadap guru musik yang berbeda dengan guru mata pelajaran lainnya − Ketidaksesuaian pendidikan formal musik Di sisi lain, banyak sarjana di bidang musik tidak mempunyai tempat untuk berkreasi yang tepat. Secara general bisa kita katakan terjadi ketidaksesuaian dalam pendidikan musik dengan lapangan yang tersedia di masyarakat. − Musik tradisional kurang diperhatikan Selain itu, perhatian pemerintah terhadap musik tradisional dirasa kurang, karena selama ini musik tradisional hanya di jadikan sebagai pelengkap pariwisata saja

B. P

ILAR I NDUSTRI I NDUSTRY Kondisi sumber daya insani di atas yang sesungguhnya sangat kondusif bagi tumbuh suburnya industri musik Indonesia memiliki hambatan dari bebagai aspek di bidang industri, terutama dalam hal kebijakan pemerintah, terutama dalam isu perpajakan − Pajak yang tinggi ditambah cukai membuat industri ini menurun − PPH yang terlalu tinggi untuk mengadakan suatu pertunjukan atau konser musik. − Pengenaan pajak internasional yang tinggi pada lirik lagu yang menggunakan bahasa asing walaupun oleh pemusik Indonesia. Selain itu, secara umum perhatian pemerintah cenderung masih kurang terhadap musik, dalam bentuk: − Penataan jalur distribusi industri musik lemah − Kurangnya perhatian dari pemerintah pada industri ini, baik dari segi apresiasi maupun dari kemudahan‐kemudahan untuk go international, bahkan − Perijinan untuk konser atau ikut kompetisi ke luar negeri pun sangat sulit − Kurangnya pemberitaan atau promosi dari dalam negeri, walaupun banyak musisi Indonesia yang memenangkan kompetisi di luar negeri − Tidak adanya prasarana infrastruktur atau gedung konser tersendiri sedangkan penggunaan infrastruktur milik pemerintah memerlukan biaya yang sangat tinggi 294 Dalam hal ini, dapat kita katakan bahwa pilar industri kita masih memiliki banyak potensi pengembangan jika pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar, yang tidak harus dalam bentuk uang. Walaupun demikian, industri musik kita memiliki kekuatan dan daya saing yang kuat, yang ditunjukkan dengan + Musik Indonesia tuan rumah di negeri sendiri Dari sisi permintaan, pasar musik dalam negeri juga sangat apresiatif terhadap musik Indonesia, dengan 80 dari pangsa pasar musik adalah musik Indonesia. + Musik etnik semakin tumbuh dan diterima di pasar domestik Musik etnik, baik yang dikemas dalam konsep kontemporer, atau memperkaya warna‐ warna musik yang sudah ada, semakin tumbuh dan diterima di pasar domestik. Insan‐ insan kreatif seperti Balawan, Vicky Sianipar dan lain‐lain merupakan sedikit di antaranya yang menjadi motor‐motor penggerak musik etnis kontemporer. + Musik etnik Indonesia disuka di mancanegara Yang juga menarik adalah kemampuan musisi Indonesia memasukkan unsur musik tradisionaletnik sehinga dapat membuatnya disukai bahkan hanya pasar domestik tapi juga internasional + Pasar label indie semakin tumbuh Mekanisme indie label yang makin digemari semakin dapat diterima pasar. Salah satu indikasinya adalah, jumlah penonton yang selalu memadati konser‐konser band indie. Geliat label indie semakin diterima pasar terlihat di beberapa kota besar, terutama Bandung. + Jalur distribusi musik semakin bervariasi Jalur ‐jalur distribusi baru industri musik semakin berkembang. Musisi dan label tidak lagi hanya mengandalkan pendapatan dari kepingan kaset dan cd yang terjual. Ring back tone, jingle iklan, internet music download, sampai kepada pemakaian lagu yang semakin digemari sebagai pembuka, latar atau theme song suatu film dan sinetron. Sebagai contoh, potensi peluang yang luar biasa dari bisnis RBT dan model bisnis lainnya berbasis internet dan ponsel akan terlihat, jika dilakukan benchmark di Asia, dimana Indonesia menduduki peringkat ke‐4 setelah Jepang, Korea Selatan dan Cina dalam pangsa pasar RBT. + Kepercayaan diri dan kesiapan bersaing dengan musik luar negeri Masuknya musik dari luar negeri tidak dipandang sebagai ancaman bagi industri musik Indonesia, tetapi merupakan peluang dikarenakan banyak yang dapat dipelajari dari pemusik luar + Ekspansi musik Indonesia ke mancanegara makin baik, terutama Malaysia Pada saat yang sama, musik Indonesia dikenal di luar negeri dan bahkan di Malaysia mendominasi

C. P

ILAR T EKNOLOGI T ECHNOLOGY Salah satu teknologi yang sangat signifikan perannya dalam evolusi industri musik Indonesia adalah teknologi informasi dan komunikasi, baik dalam bentuk piranti lunak pendukung musik, jaringan komunikasi telepon dan internet sampai kepada piranti keras pendukung musik komputer, piranti keras sound, alat musik digital, iPod, dll 295 Beberapa kondisi positif pilar teknologi antara lain: + ICT membuka jalur distribusi baru melalui ring back tone RBT ICT memampukan musik dijual melalui RBT. Potensi dari bisnis ring back tone RBT dalam komunikasi seluler semakin besar. Misalnya, dari satu group musik saja, seperti Samson, terdapat potensi pendapatan sebesar Rp. 21 Milliar yang berasal dari estimasi sekitar 3 juta kali download RBT lagu mereka seharga masing‐masing Rp. 7000. 38 + ICT membuka jalur distribusi baru melalui internet music Selain RBT, jalur distribusi melalui internet music download, atau mendengarkan lewat internet streaming semakin tumbuh. Kondisi ini juga dimampukan oleh teknologi ICT yang memadai. + ICT memperkaya kreasi musik Dukungan ICT, khususnya dalam piranti lunak musik, sangat membantu para pencipta lagu dalam berkreasi, dan membantu label dalam proses mixing. Saat ini beberapa pencipta lagu sudah memiliki ketergantungan terhadap komputer. Proses penciptaan dimatangkan melalui proses komputerisasi. Selain itu dukungan ICT piranti lunak pada alat musik semakin baik. Hampir semua suara instrumen alat musik, semakin baik ditirukan oleh sebuah keyboard. Untuk memasukkan suara suatu instrumen musik, pencipta lagu tidak lagi harus menguasai berbagai instrumen musik tersebut. ICT memungkinkan hal tersebut terjadi. Namun demikian, perkembangan teknologi ICT ini juga memberikan dampak‐dampak negatif terhadap industri musik. − ICT memudahkan pembajakan Perkembangan menggembirakan ICT ini juga merupakan kegembiraan bagi para pembajak, khususnya format digital MP3. Format ini merupakan salah satu yang paling banyak dilakukan oleh para pembajak. Selain itu, aktivitas kreasi pembajak juga semakin baik. Piranti lunak musik memampukan para pembajak membuat album‐album kompilasi sendiri. Bahkan piranti lunak memampukan pembajak melakukan perbaikan‐perbaikan kualitas suara.

D. P

ILAR S UMBER D AYA R ESOURCES Dalam aspek sumber daya tidak terdapat isu signifikan terkait permasalahan sumber daya alam dan lahan. Hal ini karena musik adalah industri yang tidak dipengaruhi oleh input dalam bentuk bahan baku. Hanya saja terdapat isu dalam • Musik tradisional Indonesia yang banyak membutuhkan alat berbahan dasar dari alam yang semakin terbatas • Pada saat yang sama, muncul juga bahaya klaim atas alat dan jenis musik tradisional Indonesia oleh negara lain 38 Sumber: presentasi Yoris Sebastian “Music Has A Big Potential” dalam Seminar Nasional “Industri Kreatif Untuk Kesejahteraan Bangsa”, Aula Barat ITB, 2 April 2008 296

E. P

ILAR I NSTITUSI I NSTITUTION Peranan pilar institusi –dalam hal ini secara spesifik adalah aspek hak atas kekayaan intelektual HKI– adalah yang paling signifikan bagi industri musik, seperti ditunjukkan oleh hangatnya diskusi dan masukan dari berbagai narasumber. Banyak pendapat yang bahkan menyatakan bahwa tanpa perubahan signifikan dalam hal perlindungan HKI, maka berbagai langkah dan strategi pengembangan untuk industri musik akan sia‐sia atau minimal dampaknya. Dengan kata lain, langkah pembenahan dalam bidang ini harus menjadi prioritas utama. Beberapa isu mendasar terkait ini adalah: − Ketimpangan di rantai distribusi industri musik akibat lemahnya regulasi Tumbuhnya alternatif‐altrenatif jalur distribusi belum diikuti dengan penataan yang tepat. Pola interaksi antara pencipta‐label‐jalur distribusi harus ditata dengan lebih spesifik. Seorang musisi melakukan protes kepada label, ketika musiknya digunakan di berbagai jalur distribusi tanpa seijin musisi tersebut, sudah merupakan hal yang tidak asing ditemukan. Penataan spesifik di rantai distribusi ini juga harus mempertimbangkan kemungkinan pembajakan. Saat ini, konser lebih diminati oleh para musisi, karena memang sudah lebih dahulu pesimis dalam mengandalkan penjualan kepingan album. Carut marut rantai distribusi menjadi alasannya. Bahkan salah satu penyebab the rising of indie label juga adalah kondisi di rantai distribusi yang kurang kondusif. − Pembajakan merupakan ancaman terbesar dalam industri musik. Menurut data ASIRI 2007, penjualan musik ilegalbajakan mencapai 95,7 sementara musik legal hanya tinggal 4,3. Hal ini menunjukkang gagalnya penegakan terhadap UU No. 192002 tentang Hak Cipta. Pembajakan ini dapat berakibat fatal bagi industri musik Indonesia, karena akan menurunkan semangat para pelaku di industri musik Indonesia untuk berkarya. Selain itu, hal ini juga berdampak bagi industri label rekaman yang akhirnya banyak merubah haluan bisnis dengan mengambilalih manajemen artis untuk menggantikan pemasukan yang hilang akibat penjualan rekaman yang menurun drastis karena maraknya produk bajakan. − Peningkatan jumlah pembajakan dari tahun ke tahun Ilustrasi tabel berikut yang menunjukkan betapa tajamnya peningkatan volume pembajakan dalam industri musik adalah bukti nyata bahwa pembajakan adalah isu mendasar bagi industri musik. Bahkan, dalam tahun 2007 saja diestimasikan bahwa jumlah unit bajakan yang terjual naik 15 dibandingkan tahun 2006 Tabel 14 Perbandingan Peredaran Produk Legal Bajakan Karya Rekaman Suara Tahun Produk Legal unit Produk Bajakan unit 1996 77.552.008 23.068.225 1997 67.356.071 112.835.989 1998 41.58.674 137.209.167 1999 64.464.951 181.505.780 2000 52.502.569 240.084.555 297 Tahun Produk Legal unit Produk Bajakan unit 2001 44.031.698 290.813.051 2002 34.273.974 363.516.314 2003 35.835.865 356.245.987 2004 39.766.475 331.308.768 2005 30.032.460 359.204.966 2006 23.736.355 385.701.129 2007 19.398.208 443.556.298 Sumber : ASIRI Asosiasi Industri Rekaman Indonesia 39 − Pertunjukan musik rusuh dan sering menelan korban jiwa Semakin maraknya industri musik di Indonesia, tentunya diikuti dengan maraknya pertunjukantur musik di seluruh pelosok tanah air. Ketidaksiapan aparatur keamanan di daerah‐daerah serta pihak penyelenggara pertunjukan musik ini mengakibatkan sering terjadinya kerusuhan yang akhirnya menelan korban jiwa. Mulai dari konser band Ungu pada hari selasa, 19 Desember 2006 di Kedung Wuni, Pekalongan, Jawa Tengah, yang berakhir dengan tewasnya 10 penonton, diperkirakan karena terinjak‐injak sesama penonton, konser musik dari grup band Nidji dan Andra and The Backbone pada Minggu Sore 16 Maret 2008, di Tasikmalaya, Jawa Barat, rusuh, konser musik Duo Maia Mei Chan di Malang, Jawa Timur, Sabtu 5 April 2008 malam, juga rusuh dan memakan korban –setidaknya 36 orang pingsan karena kehabisan nafas‐, dan masih banyak pertunjukan musik lainnya yang rusuh dan menelan korban jiwa. Hal ini tentunya perlu ditanggapi serius oleh pemerintah, dan diselesaikan secara bijaksana, bukan dengan tidak mengijinkan diadakannya pertunjukan musik di daerah yang mengalami musibah tersebut. − Indie masih sering dikonotasikan negatif oleh masyarakat Dahulu memang indie identik dengan komunitas punk, yang kurang bisa diterima khususnya oleh kelompok tua. Identitas itu masih tersisa, dimana indie identik dengan brutalitas, bahkan premanisme. Kerusuhan konser indie di Balai Kota Bandung baru‐ baru ini dianggap menguatkan proposisi identitas brutal tersebut. Padahal proposisi tersebut kurang tepat. Memang komunitas indie harus menunjukkan nilai‐nilai positifnya lebih intensif lagi kepada masyarakat. Saat ini industri musik Indonesia telah menempuh sebuah fase perkembangan yang sesungguhnya sangat signifikan dan positif, yaitu: + Sistem penghargaan industri musik Indonesia kondusif untuk kreativitas Sistem royalti tidak lagi ’jual putus’ dalam industri musik membuat musisi berpacu untuk berkreasi, karena jerih payah mereka akan lebih dihargai secara berkelanjutan dalam sistem royalti ini. Hal ini sayangnya akan menjadi sia‐sia jika isu pembajakan tadi tidak diatasi. 39 Data diambil dari presentasi Yoris Sebastian “Music Has A Big Potential” dalam Seminar Nasional “Industri Kreatif Untuk Kesejahteraan Bangsa”, Aula Barat ITB, 2 April 2008 298

F. P

ILAR L EMBAGA P EMBIAYAAN F INANCIAL I NTERMEDIARY Pembiayaan merupakan permasalahan klasik yang dijumpai hampir di setiap subsektor industri kreatif, termasuk dalam musik. Walau demikian, tidak ada isu spesifik dalam industri musik terkait pembiayaan yang membuatnya memerlukan perhatian atau prioritas lebih dibandingkan sektor industri kreatif lain, selain masih rendahnya apresiasi perusahaan besar terhadap musik independen, yang sangat membutuhkan pendanaan. 299 III.2 Pemetaan Kekuatan,kelemahan, Peluang serta Ancaman Sub sektor industri Musik PondasiPilar Strength Weakness Opportunity Threats People + Kreativitas pemusik Indonesia tinggi dengan jumlah meningkat + Kemampuan musisi Indonesia mengemas unsur musik tradisional untuk selera modern + Keunggulan dalam festival mancanegara + Musisi Indonesia semakin dikenal di manca negara − Pendidikan pemusik perlu ditambah − Perlunya apresiator musik − Profesi guru musik kurang dihargai − Ketidaksesuaian pendidikan formal musik + Festival internasional sebagai ajang tampil banyak dimenangi + Sekolah musik dan vokal usia muda dan anak‐anak semakin banyak + Profesi pemusik sudah menjadi profesi yang sangat diminati + Potensi calon insan kreatif musik besar − Kurangnya perhatian pemerintah pada musik tradisional Industry + Pangsa pasar musik Indonesia yang lukratif besar + Musik Indonesia tuan rumah di negeri sendiri + Jalur distribusi musik semakin bervariasi − Penataan jalur distribusi industri musik lemah − Sistem perpajakan yang kurang kondusif PPH cukai, pajak konser, pajak lagu teks asing, dll − Kurangnya perhatian dan dukungan pemerintah untuk promosi − Keterbatasan infrastruktur + Mulai munculnya pangsa pasar internasional untuk musik Indonesia + Musik etnik semakin tumbuh dan diterima di pasar domestik + Musik etnik Indonesia disuka di mancanegara + Pasar label indie semakin tumbuh − Industri musik hanya dapat dikuasai oleh pemodal besar Technology + ICT memperkaya kreasi musik − ICT memudahkan pembajakan + ICT membuka jalur distribusi baru melalui ring back tone RBT 300 PondasiPilar Strength Weakness Opportunity Threats + ICT membuka jalur distribusi baru melalui internet music Resources − − Hilangnya ragam maupun alat musik tradisional Institution + Sistem penghargaan industri musik Indonesia kondusif untuk kreativitas − Ketimpangan di rantai distribusi industri musik akibat lemahnya regulasi − Minimnya perlindungan terhadap hasil karya musik dari pembajakan − Penegakan hukum yang lemah terhadap kasus pembajakan − Jaminan yang kurang atas keberlangsungan pelaku musik − Klaim musik alat musik tradisional oleh bangsa lain − Peningkatan jumlah pembajakan dari tahun ke tahun − Pertunjukan musik rusuh dan sering menelan korban jiwa − Indie masih sering dikonotasikan negatif oleh masyarakat Financial Intermediary − Rendahnya apresiasi terhadap musik independen yang butuh pendanaan 301

IV. R

ENCANA S TRATEGIS P ENGEMBANGAN S UB SEKTOR I NDUSTRI M USIK

IV.1 Sasaran Arah Pengembangan Subsektor Industri Musik

Sasaran utama bagi industri musik Indonesia adalah “Terbangunnya musik Indonesia hasil karya insan kreatif nasional yang menghibur, berkarakter bangsa, digemari dan dapat dinikmati lewat berbagai medium dimana saja” Arah pengembangan menuju sasaran industri musik Indonesia adalah untuk menciptakan industri musik yang:

1. Iklim kondusif melalui regulasi dan enforcement di rantai distribusi, termasuk upaya

memberantas pembajakan Meningkatnya alternatif mekanisme distribusi penjualan musik harus diikuti dengan penataan rantai distribusi dengan baik tata niaga. Langkah ini juga sebagai persiapan menghadapi koneksi internet broadband yang sedang dipersiapkan. Regulasi ini, yang diikuti program‐program enforcement, meliputi pola interaksi mutual antara musisi‐label‐jalur distribusi RBT, kaset, CD, internet, iklan, filmsinetron, dll, dan meningkatkan perlindungan bagi hak atas kekayaan intelektual dari pembajakan, yang dapat menghambat tumbuhnya kreativitas. Isu pembajakan merupakan masalah utama dalam industri musik ini. Bahkan banyak pendapat yang mengatakan, tanpa penanggulangan terhadap masalah pembajakan maka rencana aksi apa pun tidak akan bermakna. Hal ini membuat pemberantasan pembajakan menjadi prioritas utama. Pemerintah harus lebih serius dalam menangani masalah pembajakan karena saat ini penjualan musik ilegalbajakan mencapai 95,7 sementara musik legal hanya tinggal 4,3 Data ASIRI 2007. Pemerintah harus memberikan sangsi hukum yang tegas kepada aparat pemerintah dan aparat polisi yang terbukti berkompromi dengan pembajak. Hal ini terbukti karena walaupun musik legal hanya tinggal 4,3, tidak ada kasus pembajakan atau pelanggaran hak cipta karya musik Indonesia yang sampai ke Mahkamah Agung.

2. Fasilitasi lahir dan tumbuhnya pekerja kreatif di industri musik serta industri musik