Kurikulum SD 2013 Kajian Pustaka

f Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; g Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan users dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; h Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal monodiscipline menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak multidisciplines; dan i Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Agar lebih jelas, berikut ini adalah tabel penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum 2013, ppt. Kemendikbud. 2013. Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 1. Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2. Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran 3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan 4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti tiap kelas Dalam kurikulum 2013 terdapat empat elemen perubahan yakni Standar Kompetensi Kelulusan SKL, Standar Proses, Stamdar Isi, dan Standar Penilaian. Lebih jelasnya, elemen-elemen perubahan tersebut dapat dirumuskan dalam tabel, ppt. Kemendikbud. 2013 sebagai berikut Tabel 2. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ELEMEN DESKRIPSI SD Kompetensi Lulusan Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Kedudukan mata pelajaran ISI Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Pendekatan ISI Kompetensi dikembangkan melalui: Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran Struktur Kurikulum Mata Pelajaran dan alokasi waktu ISI - Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial dan budaya - Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains - Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6 - Jumlah jam bertambah 4 JPminggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran Proses pembelajaran - Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. - Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat - Guru bukan satu-satunya sumber belajar. - Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan Tematik dan terpadu Penilaian - Penilaian berbasis kompetensi - Pergeseran dari penilaian melalui tes mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja, menuju penilaian otentik mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil - Memperkuat PAP Penilaian Acuan Patokan yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal maksimal - Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi inti dan SKL - Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian Ekstrakurikuler - Pramuka wajib - UKS - PMR - Bahasa Inggris Berdasarkan tabel elemen berubahan diatas maka dapat disimulkan bahwa, pada Kurikulum 2013 merubah Standar Pendidikan Nasional pada kurikulum sebelumnya sehingga menjadi lebih baik dan diharapkan dapat menyempurnakan pendidikan di Indonesia. 3 Penguatan Tata Kelola Kurikulum Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar Mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menegah KejuruanMadrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: a Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; b Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan educational leader; dan c Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. 4 Penguatan Materi Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. b. Penguatan Pendidikan Karakter Membahas pendidikaan karanter tidak terlepas dari pengertian pendidikan pendidikan secara umum. Pengertian pendidikan secara umum termuat jelas dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 butur 1, pendidikan adalah “ Usaha usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembeajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Sedangkan karakter menurut Salahudin 2013:42, merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran menghadapi kesulitan dan tantangan. Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dimasa sekarang ini, banyak sekali masalah atau konflik yang dilakukan oleh para pelajar baik dari sekolah dasar sampai kepada perguruaan tinggi. Hal seperti itu menunjukan merosotnya pemahaman tentang hidup dalam kebersamaan. Sebagai bangsa yang majemuk, paham akan hidup dalam kebersamaan sangatlah penting. Paham akan hidup dalam kebersamaan dapat diajarkan melalui pendidikan karakter atau lebih konkretnya melalui pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak. Dalam mewujudkan karakter generasi penerus bangga yang baik, pemerintah telah merancang dan menyiapkan berbagai sumber belajar yang dapat membantu guru untuk mengajarkan idealnya sebuah karakter. Hal itu menunjukan betapa seriusnya pemerintah memperhatikan karakter anak-anak bangsa. Adapun fungsi dari pendidikan karakter menurut Salahudin 2013:43, yaitu sebagai berikut: 1 Pengembangan potensi dasar, agar “ berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik”. 2 Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. 3 Penyaringan budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. c. Pendekatan Tematik Integratif Pembelajaran terpadu berawal dari pengembangan skema-skema pengetahuan yang ada di dalam diri siswa. Hal tersebut merupakan sala satu pengembangan filsafat konstruktifisme. Salah satu pandangan tentang konstruktifisme dalam pembelajaran adalah dalam proses belajar perolehan pengetahuan yang diawali dengan terjadinya konflik kognitif hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri self regulation. Pada hakirnya proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dari hasil interaksi dengan lingkungannya Bell dalam Majid 2013:118. 1 Pengetian Tematik Integratif Menurut Poerwadarminta dalam Majid 2014:80, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu integrated instruction yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupunkelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakan, dan otentik. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena, anak dalam pembelajaran terpadu akan memahami konsep- konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Kegiatan pembelajaran terpadu tersebut memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan belajar mengajar dengan cara ini paling tidak, dapat dilakukan dengan dua cara, yakni materi beberapa mata pelajaran disajiakan dalam tiap pertemuan, dan setiap pertemuan hanya disajiakan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu. 2 Prinsip Tematik Terpadu Majid 2013: 120 mengemukakan beberapa prinsip yang berkaitan dengan pembelajaran tematik terpadu yakni pembelajaran terpadu memiliki suatu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema menjadi alat pemersatu materi. Depdikbud 1995:3 dalam Majid 2013:119-120 Pengembangan pembelajaran terpadu di sekolah dasar didasari beberapa hal yaitu: a Sesuai dengan penghayatan dunia kehidupan anak yang bersifat holistik; b Sesuai dengan potensi pengaitan mata pelajaran di sekolah dasar sehingga mampu membuahkan pennguasaan isi pembelajaran secara utuh; c Idealisasi pelaksanaan kurikulum yang selayaknya dikembangkan secara integratif. d. Pendekatan Saintifik Dalam kurikulum yang baru diterapkan yanki kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan lebih mengarah pada pendekatan saintifik. Meurut Hosnan 2014:34 Pendekatan saitifik atau pendekatan ilmiah adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstuk konsep, hukum atau prinsip melalui tahp-tahap mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada seserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang tercipta diharapkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber mealui obsevasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses- proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tinggi kelas siswa. e. Penilaian Otentik 1 Pengerian penilaian otentik Penilaian sendiri menurut Gronlund dalam Nurgiyantoro 2011:22 merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan, penilaian otentik menurut Stiggins dalam Nurgiyantoro 2011:23 merupakan penilaian kinerja perfomansi yang diminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan rangkaian proses sistematis yang komprehensif atau menyeluruh terhadap keterampilan-keterampilan peserta didik yang dilakukan oleh seorang guru berkaitan dengan pengujian tercapainya tujuan pendidikan. 2 Tujuan penilaian otentik Menurut Nurgiyantoro 2011:23, tujuan dari penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata dimana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual- realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya dalam kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit sebuah tulisan hingga siap cetak. 3 Macam-Macam Penilaian Otentik Ada beberapa kegiatan penilaian otentik dalam pembelajaran, namun sebagai guru, kita tidak harus melakukan atau melaksanakan semua jenis asesmen otentik. Kita boleh memilih asesmen yang cocok dengan kompetensi yang akan diukur, kondisi kelas, dan kemampuan guru sendiri untuk melaksanakannya. Depniknas 2006 dalam Nurgiyantoro 2011:34 menunjukan beberapa jenis penilaian otentik sebagai berikut: a Penilaian Kinerja Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didikdalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, sebagaiman ditemukan dalam konteks nyata dan situasi tertentu. b Wawancara Lisan Wawancara lisan sebenarnya dapat juga disebut sebagai penilaian kinerja bahasa. Sesuai dengan namanya, dalam aktivitas ini terjadi Tanya jawab antara pihak yang diwawancarai peserta didik dan pewawancara guru, penguji tentang apa saja yang diinginkan oleh pewawancara. c Pertanyaan Terbuka Penilaian dilakukan dengan memberi pertanyaan stimulus atau tugas yang harus dijawab atau dilakukan oleh peserta didik baik secara tulis maupun lisan. Pertanyaan bukan hanya sebagai pertanyaan yang membutuhkan jawaban singkat dengan satu atau beberapa kata atau dengan menggunakan teknik yatidak. Pertanyaan harus mengandung unsur memaksa perserta didik untuk mengreaksikan jawaban yang sekaligus mencerminkan penguasaannya terhadap pengetahuan tertentu. Oleh karena itu, jawaban yang akan diberikan peserta didik seharusnya berupa uraian yang menunjukan kualitas berpikir, mengembangkan argumentasi, menjelaskan sebab akibat sesuatu, dan akhirnya sampai pada menyimpulkan. d Menceritakan kembali Teks atau Cerita Pemberian tugas menceritakan kembali biasanya diakukan untuk mengukur pemahaman tentang wacana yang didengan atau dibaca secara lisan atau tertulis. Pada prinsipnya terjadi integrasi antara kemapuan berbahasa. Misalnya, wacana yang dibaca teks bacaandapat diceritakan kebali secara lisan atau tertulis. e Portofolio Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang dikumpulkan secara sengaja, terencana, dan sistematik yang kemudian dianalisis secara cermat untuk menunjukan perkembangan belajar peserta didik setipa waktu. Seperti dikemukakan oleh Callison dalam Nurgiyantoro 2011:37, portofolio sebagai salah satu asesmen otentik yang dapat dipakai dalam penilaian proses. f Proyek Proyek merupakan bentuk penugasan untuk menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok. Hasil kerja akhir proyek dapat berbentuk laporan tertulis, rekaman video, atau gabungan keduanya. Oleh karena itu, hasil akhir dapat berwujud tulisan, gambar, suara, aksi, atau perpaduan semuanya. 4 Penilaian Otentik dan Penilaian Tradisional Tentu saja akan muncul pertanyaan apa perpedaan antara penilaian otentik dengan penilaian yang telah dikenal selama ini yakni penilaian tradisional. Sebenanya, bentuk-bentuk penilaian otentik bukan merupakan barang asing bagi para pendidik di Indonesia karena sebagian pendidik di Indonesia telah melakukan hal itu. Hanya saja, pada umumnya para pendidik lebih akrab dengan penilaian tradisional. Penilaian tradisional dalam kaitan ini dilihat sebagai penilaian yang lebih banyak menyadap aspek pengetahun yang telah dikuasai oleh peserta didik sebagai hasil belajar yang pada umumnya ditagih lewat bentuk-bentuk tes objektif. Di sisi lain, penilaian otentik lebih menekankan pada proses pemberian tugas yang menuntut pembelajar menampilkan, mempraktikkan, atau mendemonstrasikan hasil pembelajaranya yang mencerminkan kebutuhannya di dunia nyata secara bermakna sekaligus menunjukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam suatu kompetensi. Singkatnya, penilaian tradisional lebih menekankan tagihan penguasaan pengetahuan, sedangkan penilaian otentik lebih kepada kinerja atau tampilan yang mencerminkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Secara lebih konkret Mueller dalam Nurgiyanto 2011:26 menunjukan adanya persamaan dan perbedaan antara penilaian taradisional dan penilaian otentik. Penilaian tradisional dan penilaian otentik antara lain memiliki karateristik sebagaimana ditunjukan pada table berikut. Tabel 3. Karateristik Penilaian Tradisional dan Penilaian Otentik No. Penilaian Tradisional Penilaian Otentik 1. Misi sekolah adalah mengembangkan warga negara yang produktif. Misi sekolah adalah mengembangkan warga negara yang produktif. 2. Untuk menjadi warga negara produktif, seorang harus menguasai disiplin keilmuan dan keterampilan tertentu. Untuk menjadi warga negara produktif, seorang harus mampu menunjukan penguasaan melakukan sesuatu secara bermakna dalam dunia nyata. 3. Maka, sekolah mesti mengajarkan peserta didik disiplin keilmuan dan keterampilan tersebut. Maka, sekolah mesti mengembangkan Peserta didik untuk dapat mendemonstrsikan kemapuan keterampilan melakukan sesuatu 4. Untuk mengukur berberhasilan pembelajaran, guru harus mengetes peserta didik untuk mengetahui tingkat penguasaan keilmuan dan keterampilan itu Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, guru harus meminta peserta didik melakukan aktifitas tertentu secara bermakna yang mencerminkan aktivitas di dunia nyata. 5. Kuriklum menentukan penilaian; pengetahuan yang harus dikuasai ditentukan terlebih dahulu Penilaian menetukan kurikulum; guru terlebih dahulu menentukan tugas-tugas yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk menunjukan penguasaannya. 5 Penilaian Otentik Dalam Kurikulum 2013 Kunandar 2014:35-36 mengutip Penilaian otentik pada kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: a Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, b Pelaksanaan penilaian peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan c Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara onjektif, akuntabel, dan formatif. Standar penilaian pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi peserta didik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada sataun pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut permendikbud, standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penlaian berbasis potofolio, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolahmadrasah. Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian otentik. Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum KTSP sudah memberi ruang terhadap penilaian otentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian otentik menjadi penekanan yang serius di mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memperhatikan penilaian otentik. Berikut ini tabel yang menggambarkan elemen perubahan penilaian dalam kurikulum 2013. Tabel 4. Elemen Perubahan Dalam Penilaian Kurikulum 2013 No. Elemen Perubahan 1. Memperkuat penilaian berbasis kompetensi. 2. Pergeseran dari penilaian melului tes mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja, menuju penilaian otentik mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. 3. Memperkuat PAP Penilaian Acuan Patokan yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang yang diperoleh terhadap skor ideal maksimal. Artinya pencapaian hasil belajar kompetensi peserta didik tidak dibandingkan dengan pencapaian hasil belajar kompetensi peserta didik lain, tetapi dibandingkan dengan kriteria tertentu KKM. 4. Penilaian tidak hanya pada level Kompetensi Dasar KD, tetapi juga pada Kompetensi Inti KI dan Standar Kompetensi Kelulusan SKL. 5. Mendorong pemanfaatan fortofolio yang dibuat perserta didik sebagai instrumen utama penilaian. 6. Pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal. 7. Menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya semata.

2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran di SD

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan terdiri dari RPPTH, silabus, bahan ajar, dan penilaian. Produk perangkat pembelajaran dikembangkan berdasarkan konteks nyata SD dan disesuaikan dengan perkembangan siswa. Selain itu, perangkat pembelajaran mengacu Kurukulum 2013. a. RPPTH Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Hari RPPTH merupakan pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran Majid. 2009: 18. Komponen RPPTH memuat hal-hal sebagai berikut, Satuan Pendidikan, Kelas semester, Tema subtema, Pertemuan ke berapa, Alokasi waktu, KI, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Pendekatan dan Metode, Kegiatan Pembelajaran, LKS, Sumber dan Bahan, Penilaian, dan Lampiran. b. Bahan Ajar Bahan ajar memiliki peran yang utama atau pokok dalam sebuah pembelajaran. Tanpa bahan ajar, guru atau tenaga pendidik tidak akan tahu kemana arah pembelajaran yang akan dilaksanakan atau sedang dilaksanakan. Khususnya dalam pembelajaran berbasis tematik, bahan ajar memiliki peran yang sangat penting. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sebagai perpadua antara berbagai disiplin ilmu maka pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif disbanding dengan pembelajaran monolitik. Konsep pada kurikulum 2013 tentang bahan ajar menerangkan bahwa, dalam satu topik pembelajara dibutuhkan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Kompetensi Inti KI. Prastowo 2014: 136, mengemukakan bahwa, sumber belajar dalam pembelajaran tematik utamanya dapat berupa teks tertulis, seperti: buku, majalah, brosur, surat kabar, poster, dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam dan lingkungan sosial sehari-hari. Dalam hal ini, guru dituntutuntuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Sekalin lengkap bahan ajar yang terkumpulkan serta pemahaman guru terhadap materi tersebut, maka kecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanaka. 1 Pengertian Bahan Ajar Secara spesifik, Nationnal Center for Vocalition Education Research Ltd ., mendefinisikan bahan ajar sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis dan tidak tertulis. Selain itu, Prastowo 2014: 138 menjelaskan bahwa, dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian secara lebih detail tentang bahan ajar yakni, bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran teaching material yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari komptensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dijelaskan bahwa, dengan bahan ajar dapat memungkinkan siswa untuk mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai sesua kompetensi secara utuh dan terpadu. Berdasarkan pengertian bahan ajar menurut Nationnal Center for Vocalition Education Research Ltd . dan dikmenjur dalam Prastowo 2014: 138, peneliti dapat menyimpulkan bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis berdasarkan kompetensi dasar yang akan dikuasai oleh peserta didik. 2 Fungsi Bahan Ajar Prastowo 2014: 139-140, mengemukakan fungsi bahan ajar secara khusus dalam pembelajaran tematik, memiliki dua klasifikasi utama pembagian fungsi bahan ajar, yakni: a Menurut Pihak yang Memanfaatkan Bahan Ajar Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bhan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi peseta didik. 1 Fungsi bahan ajar bagi Pendidik a Menghemat waktu pendidik dalam mengajar b Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. c Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. d Pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan aktivitasnya dalm pembelajaran dan merupakan bubstansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik. e Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. 2 Fungsi bahan ajar bagi peserta didik a Peseta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain. b Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki. c Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing- masing. d Perserta didik dapat bear sesuai dengan urutan yang dipilihnya sendiri. e Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri. f Pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharunya dipelajari atau dikuasainya. b Menurut strategi pembelajaran yang digunakan Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bhan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: dalam pembelajaran klasikal; individual; dan kelompok. 1 Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal a Sebagai satu-satunya informasi dan pengawas serta pengendali proses pembelajaran. Peserta didik pasif dan belajar sesuai dengan kecepatan pendidik dalam mengajar. b Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan. 2 Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual a Media utama dalam proses pembelajaran b Alat yang diguanakan untuk menyusun dan mengawasi proses peserta didik memperoleh informasi. c Penunjang media pembelajaran individual lainnya. 3 Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok a Bersifat sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberi informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran orang yang terlibat dalam