Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

Ketiga , mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Sejalan dengan pemikiran Suyono Hariyanto, Dinas Pendidikan Jawa Barat dalam Hanafiah Suhana, 2012:64 mengemukakan konstruktivisme pembelajaran menurut teori konstruktivisme Piaget bahwa gambaran mental seseorang dihasilkan pada saat berinteraksi dengan lingkungannya dan pengetahuan yang diterima oleh seseorang merupakan pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi makna dari luar. Jadi, peneliti dapat mengatakan bahwa isi teori konstruktivisme dijadikan landasan berpikir oleh seseorang untuk belajar memaknai pengetahuan yang diperolehnya. Proses pemaknaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang lain karena hanya diri sendirilah yang mengetahui kemampuan atau kesiapan untuk menerima pengetahuan baru. Oleh karena itu, teori konstruktivisme memiliki kaitan yang erat dengan teori kognitif.

2.1.2 Teori Kognitif Piaget

Wundt dalam Suyono Hariyanto, 2011:73 mengatakan bahwa “kognitif adalah sebuah proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan di dalam memori. Lebih lanjut, Suyono Hariyanto 2011:75 mengatakan bahwa: “teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya” par.6. Menurut Suyono Hariyanto 2011:75, “dua kunci pendekatan kognitif adalah i bahwa sistem ingatan adalah suatu prosesor informasi yang aktif dan terorganisasi, ii bahwa pengetahuan awal memerankan peranan penting dalam pembelajaran”. Pada lain pihak, Surya 2004:38-39 menambahkan bahwa “perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa yang berlangsung melalui empat peringkat, yaitu tahap sensori motor 0-1,5 tahun, praoperasional 1,5-6 tahun, operasional konkret 6-12 tahun dan operasional forma l 12 tahun ke atas”. Jadi, penjelasan tentang tahap perkembangan kognitif tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas IV SD berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret 6-12 tahun. Pada tahap perkembangan kognitif tersebut siswa kelas IV memiliki karakteristik yang khas. Menurut Mohamad Surya 2004:39, “dalam peringkat operasional konkret 6-12 tahun, anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkret secara logis”. Selanjutnya, Dimyati Mudjiono 2006:14 menjelaskan bahwa “anak yang berada pada tahap operasional konkret, dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang- kadang memecahkan masalah secara “trial and error”. Perkembangan kognitif pada peringkat operasional konkret, memberikan