melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru”. Menurut Surya 2004:16-17, “hasil proses pembelajaran
ialah perubahan perilaku individu. Individu akan memperoleh perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, disadari, dan sebagainya. Perubahan perilaku sebagai
hasil pembelajaran ialah perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, konatif, dan motorik”.
Prestasi belajar berdasarkan dua pengertian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil atau capaian atas proses belajar yang meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga diperoleh skor atau nilai setelah melewati proses evaluasi. Aspek-aspek tersebut jika dilakukan evaluasi akan
diketahui tingkat kemampuan siswa terhadap suatu materi pelajaran setelah mempelajarinya. Tujuan menilai prestasi belajar secara utuh ditinjau dariaspek-
aspek tersebut adalah untuk mengetahui aspek tertentu yang harus ditingkatkan ataupun diperbaiki oleh siswa dalam proses pembelajaran. Sama halnya yang
dikatakan Surya 2004:17 bahwa: “hal yang harus diingat ialah bahwa perubahan perilaku sebagai hasil
pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja. Pembelajaran belum dikatakan lengkap apabila hanya
menghasil kan perubahan satu atau dua aspek saja”.
2.1.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Munadi 2010:24- 35, “belajar merupakan proses yang rumit dan
kompleks serta banyak variabel yang mempengaruhi”. Oleh karena itu, kita perlu
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi baik terhadap proses maupun hasil belajar, baik ditinjau dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Pada umumnya, faktor fisiologis nampak dari kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, yang secara keseluruhan akan membantu dalam proses dan hasil belajar.
Sedangkan, pada faktor psikologis, setiap manusia atau anak didik memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal
jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing.
Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan instrumental. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa
lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban, dan sebagainya. Belajar dengan kondisi ventilasi udara di tengah hari dalam suatu ruangan,
tentunya akan berbeda dengan suasana belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di dalam ruangan yang cukup mendukung untuk bernafas lega. Pada
faktor instrumental, faktor yang keberadaannya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat
berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental meliputi kurikulum, sarana dan fasilitas
dan guru. Lebih lanjut, Suyono Hariyanto 2011:77 mengatakan bahwa: “di dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal
dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah kondisi dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal serta kognitif yang terjadi dalam diri individu. Sedangakan kondisi eksternal
adalah rangsangan dari lingkungan luar yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran”.
Pendapat ahli tersebut mampu menunjukkan bahwa seseorang yang akan belajar tentang suatu pengalaman baru perlu memperhatikan unsur kesiapan dan
kematangan diri untuk menerima suatu pengalaman belajar yang baru tersebut. Hal ini tentu disesuaikan dengan tahap perkembangan kognisinya yang terletak
pada kondisi internal setiap orang. Selanjutnya, kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah lingkungan di sekitar pebelajar
yang mampu menciptakan atau memfasilitasi suasana belajar yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.7 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
2.1.7.1 Pengertian IPS
Menurut Sapriya 2009:7, “mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta
mata pelajaran ilmu sosial lainnya”. Lebih lanjut, Sapriya 2009:12 mengatakan bahwa “pendidikan IPS pada sekolah satuan pendidikan, pada hakikatnya
merupakan mata pelajaran wajib sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39”. Supardi
2011:182- 183 menambahkan bahwa “objek kajian IPS merupakan perpaduan
atau integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta mengangkat fenomena-
fenomena sosial yang terjadi di masyarakat”. Sedangkan
menurut Somantri 2001:92, “pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu- ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Sama halnya yang dikatakan oleh Sapriya 2009:12 bahwa:
“pendidikan IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai
pengetahuan knowledge, keterampilan skills, sikap dan nilai attitudes and values
yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan
dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik”.
Jadi, menurut pengertian beberapa ahli tersebut, peneliti dapat mengemukakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seluruh
fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitar dengan tujuan pembentukan pribadi yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan hingga nilai dan sikap
sebagai bekal hidup bermasyarakat.
2.1.7.2 Dimensi Pendidikan IPS
Sapriya 2009:48-56 menjelaskan bahwa dimensi program pembelajaran IPS meliputi dimensi pengetahuan knowledge, dimensi keterampilan skills,
dimensi nilai dan sikap values and attitudes dan dimensi tindakan action. 1.
Dimensi pengetahuan knowledge Secara konseptual, pengetahuan hendaknya mencakup fakta, konsep dan
generalisasi. Pada umumnya, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa