Ruang Lingkup Penelitian Pengumpulan Data

74 akumulasinya dalam suatu badan perairan. Nilai Pengamatan Kualitas air dan Baku Mutu yang Tersedia di Kabupaten Cirebon disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Kondisi Kualitas Perairan Pesisir Kabupaten Cirebon No. Parameter Satuan Nilai Baku mutu F I S I K A : 1 Suhu o C 27,1 – 28,6 Alami 2 Salinitas ‰ 30 - 31 coral : 33-34 ‰ 3 Kekeruhan NTU 21-5 5 4 Padatan Tersuspensi TSS mgl 13 – 80 Coral : 20 Mangrove : 80 5 Kecerahan M 0,4 – 1,2 Coral : 5 6 Kedalaman M 4-3 - K I M I A : 1 pH - 7,89 – 7,99 7 - 8,5 2 Oksigen Terlarut DO mgl 4,94 – 7,11 5 3 BOD 5 mgl 0,83 – 5,11 20 4 Ammonia NH 3-N mgl 0,423 – 1,415 0,3 5 Nitrat NO 3-N mgl 0,651 – 0,934 0,008 6 Phosphat mgl 0,001 0,015 7 Sianida CN mgl 0,011 – 0,023 0,5 8 Sulfida H 2S mgl 0,03 0,01 9 Minyak dan Lemak mgl 0,01 1 10 Phenol mgl 0,084 – 0,169 0,002 11 Raksa Hg mgl 0,001 0,001 12 Khrom Hexavalen Cr 6+ mgl 0,001 – 0,001 0,005 13 Arsen As mgl 0,001 – 0,001 0,012 14 Kadmium Cd mgl 0,001 – 0,032 0,001 15 Tembaga Cu mgl 0,002 – 0,003 0,008 16 Timah Hitam Pb mgl 0,005 – 0,027 0,008 17 Seng Zn mgl 0,075 – 0,107 0,05 18 Nikel Ni mgl 0,003 – 0,102 0,05 19 Sutrfaktan MBAS mgl 0,115 – 0,898 1 Sumber: BPLHD Jawa Barat dan PKSPL-IPB, 2006 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Menurut Kep.Men.LH No. 51 Tahun 2004 Pada umumnya kekeruhan di pantai Pesisir Kabupaten Cirebon tinggi tidak hanya membawa material erosi yang mengandung berbagai senyawa kimia tanah, tetapi juga kegiatan rumah tangga. Kekeruhan juga masuk dari kegiatan perikanan tambak di sekitar pesisir pantai. Semua material bawaan ini mengandung senyawa organik dan anorganik yang berpengaruh terhadap parameter terukur untuk 75 kualitas air. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa data parameter yang memenuhi nilai baku mutu: pH, fosfat, CN, minyak lemak, Hg, Cr6+. Parameter yang tidak memenuhi nilai baku mutu: kekeruhan, DO, Nh5, Ar, Cd, Cu, Pb, Zn, Ni, dan surfaktan sedangkan parameter yang melebihi nilai baku mutu: phenol BPLHD Prov. Jabar dan PKSPL-IPB, 2006.

4.3 Keanekaragam Hayati

Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk variabilitas hewan, tumbuhan, serta jasad renik di alam, dengan demikian keanekaragaman hayati mencakup keragaman ekosistem habitat, jenis spesies dan genetik varietasras. Kabupaten Cirebon memiliki panjang garis pantai 54 km. Secara ekologis, wilayah pesisir sangat kompleks dan memiliki nilai sumberdaya yang tinggi. Keanekaragaman ekosistem laut dan pesisir di Kabupaten Cirebon meliputi ekosistem estuaria, dan hutan mangrove. 1 Estuaria Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran antara air tawar dan air laut. Bentuk estuaria bervariasi dan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran sungai, kisaran pasang-surut dan bentuk garis pantai. Perairan Pantai Cirebon merupakan perairan estuari, tipe perairan pantai terbuka terhadap Laut Jawa, berbatimetri dangkal 42 m, mempunyai konfigurasi pantai yang melengkung dan kasar serta mengalir banyak sungai. Pada perairan yang demikian, variabilitas lingkungan sangat berperan dalam mempengaruhi kondisi oseanografi baik karakteristik massa air maupun pola arus. Di sekitar daerah esturi terdapat banyak muara sungai, diantaranya Sungai Cisanggarung, Sungai Ambulu, Sungai Melakasari, Sungai Playangan, Sungai Balong, Sungai Menur, Sungai Ciberes, Sungai Maskumambang, Sungai Ender dan kalipasung, Sungai Pengarengan, Sungai Kanci, Sungai Citemu dan Bandengan, Sungai mundu,Sungai kalijaga, Sungai 76 Kedung Pane, Sungai Pekik, Sungai Bondet, Sungai Jatimerta,Sungai Bungko Kidul, Sungai Kempul Kuista. Sebagai perairan yang berhubungan langsung dengan banyak sungai, maka sedikit banyak akan berpengaruh terhadap proses percampuran dan pengenceran yang ada di dalamnya. Kondisi ini dapat mengakibatkan degradasi lingkungan oseanografi perairan, karakteristik massa air dan juga dapat mempengaruhi sistem sirkulasi arus BOWDEN 1983. Adanya sejumlah muara sungai besar dapat menyebabkan perairan pantai seringkali ditandai oleh pengaruh air tawar dalam suatu daerah tertentu, seperti halnya yang terjadi di perairan teluk Akitomo, et al. 1990. Beberapa spesies organisme yang dijumpai di estuari Kabupaten Cirebon merupakan spesies yang telah mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sangat keruh, sehingga flora yang dominan umumnya tergolong jenis tumbuhan yang mencuat, hutan bakau, kelapa. Sedangkan fauna yang hidup di perairan Esturia Kabupaten Cirebon adalah berbagi jenis ikan yaitu Ikan Belanak, Kepiting Bakau, Udang,, Ikan Sapu-Sapu, Ikan Bandeng. 2 Mangrove Mangrove merupakan bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai dan delta yang terletak di daerah tropis dan subtropis. Dengan demikian, mangrove merupakan suatu ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif jika tumbuh pada kondisi lingkungan yang sesuai. Mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, atau hutan payau. Hutan mangrove ditemukan tersebar hampir di setiap propinsi di Indonesia, dengan luas yang berbeda- beda. Hutan mangrove di sepanjang Pantai Cirebon pada tahun 2009 berada di Kecamatan Pangenan dan Losari dengan luas 70 ha. Di sepanjang garis pantai Kabupaten Cirebon hanya 10 persen yang kondisi mangrovenya baik dan masih ditumbuhi hutan mangrove. Selebihnya mengalami pendangkalan yang antara lain disebabkan oleh tumpukan sampah dan pengaruh abrasi. Tumpukan sampah terjadi di Pantai Pasindangan, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon dan hampir semua muara sungai di sepanjang Pantai