Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Berdasarkan Zona
111
makanan yang terdiri atas sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Data Susenas pada Maret 2010 dan Maret 2011 menunjukkan, bahwa sumbangan GKM
terhadap GK sangat dominan, yakni 73,52 persen. Pada 2010 BPS menetapkan GK sebesar Rp 232.989kapitabulan untuk
daerah perkotaan, Rp 192.354kapitabulan untuk daerah perdesaan, dan Rp 211.726kapitabulan untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Mengingat semua
nelayan di Kabupaten Cirebon bermukim di daerah perdesaan, maka GK yang dijadikan acuan dalam penelitian yang dilakukan pada 2010 ini adalah GK untuk
daerah perdesaan, yaitu Rp 192.354kapitabulan. Rata-rata pengeluaran keluarga per bulan dari nelayan contoh berdasarkan
hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 10. Sedangkan, pengeluaran perkapita per bulan disajikan pada Tabel 20 dan Gambar 11.
Tabel 19 Status Kesejahteraan Nelayan Berdasarkan Pengeluaran Keluarga
No. Pengeluaran Keluarga
Rp. bulan Pengeluaran
Pangan Pengeluaran
Bukan Pangan Pengeluaran
Total Jumlah
orang Jumlah
orang Jumlah
orang 1
Rp 500.000 0,00
265 66,25
0,00 2
Rp 500.000 - 999.999 58
14,50 117
29,25 18
4,50 3
Rp 1.000.000 - 1.999.999 284
71,00 17
4,25 217
54,25 4
Rp 2.000.000 - 4.999.999 58
14,50 1
0,25 165
41,25 5
≥ Rp 5.000.000 0,00
0,00 0,00
Total
400 100,00
400 100,00
400 100,00
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2010
Data pada Tabel 19 dan Gambar 10 menunjukkan, bahwa nelayan di Kabupaten Cirebon pada umumnya membelanjakan uangnya sebagian besar untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Hal ini tercermin dari fakta, bahwa sebanyak 71 persen dari keluarga nelayan contoh mengeluarkan uang antara Rp 1.000.000,-
dan Rp 1.999.999,-untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam setiap bulannya. Sementara itu, jumlah keluarga yang membelanjakan uangnya setiap bulan untuk
kebutuhan non pangan pada kisaran tersebut hanya sebesar 4,25 persen. Hasil temuan ini sesuai dengan data Susenas pada Maret 2010 dan Maret 2011 seperti
telah disebutkan diatas.
112
265
58 117
18 17
217
58 1
165 284
50 100
150 200
250 300
Pangan Bukan Pangan
Total PENGELUARAN
R E
SPO N
D E
N
500.000 500.000 -
999.999 1.000.000 -
1.999.999 2.000.000 -
4.900.000 =5.000.000
Gambar 10 Status Kesejahteraan Nelayan Berdasarkan Pengeluaran Keluarga Pengeluaran Pangan, dan Pengeluaran Bukan Pangan
Tabel 20 Status Kesejahteraan Nelayan Berdasarkan Pengeluaran Perkapita
No. Pengeluaran
Perkapita Rp Status
Nelayan Pengeluaran
Pangan Pengeluaran
Bukan Pangan Pengeluaran
Total Jumlah
orang Jumlah
orang Jumlah
orang 1
192.354bulan Miskin
56 14,00
367 91,75
21 5, 25
2 ≥ 192.354bulan
Tidak miskin
344 86,00
33 8,25
379 94,75
Total 400
100,00 400
100,00 400
100,00
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2010
Hasil temuan pada Tabel 20 dan Gambar 11 ini sangat menarik ditinjau dari
dua sisi. Pertama, bahwa ternyata tingkat kemiskinan nelayan di Kabupaten
Cirebon 5,25 persen jauh lebih kecil dari pada rata-rata tingkat kemiskinan secara nasional pada tahun 2010 yang mencapai 13,33 persen BPS, 2010. Fakta
empiris ini tentu berlawanan dengan persepsi publik selama ini, bahwa nelayan seolah-olah adalah kelompok paling miskin di Indonesia. Penelitian yang
dilakukan oleh Muflikhati 2011 pada bulan Januari 2008 yang membandingkan tingkat kesejahteraan antara keluarga nelayan dan keluarga non-nelayan di
wilayah pesisir Provinsi Jawa Barat juga menemukan fakta, bahwa rata-rata
113
pendapatan dan pengeluaran per kapita per bulan keluarga nelayan lebih tinggi dari pada keluarga non-nelayan. Selain itu, penelitian tersebut juga
menyimpulkan, bahwa keluarga nelayan lebih sejahtera dari pada keluarga non- nelayan.
Pengeluaran Perkapita
56 367
21 301
32 249
43 125
1 4
1
50 100
150 200
250 300
350 400
Pangan Bukan Pangan
Total
PENGELUARAN R
E S
PO N
D E
N 192.354
192.354- 499.999
500.000 - 999.999
1.000.000 - 1.499.999
1.500.000
Gambar 11 Status Kesejahteraan Nelayan Berdasarkan Pengeluaran Perkapita
Kedua, dari 400 nelayan contoh yang pengeluaran per kapita per bulan
nya lebih kecil dari pada Rp 192.354kapitabulan GK hanya 5,25 persen. Artinya jumlah nelayan yang tergolong miskin berdasarkan GK yang ditetapkan
oleh BPS 2010 di daerah penelitian Kabupaten Cirebon itu hanya 5,25 persen. Sementara, banyaknya nelayan yang pendapatannya lebih kecil dari pada Rp
500.000keluargabulan sebanyak 10,75 persen Tabel 21, dan lebih kecil dari pada Rp 192.354kapitabulan sebesar 38,50 persen Tabel 22. Fakta ini
menunjukkan, bahwa sedikitnya 33,50 persen nelayan Cirebon hidup sehari-hari dengan pendapatan yang lebih kecil dari pada pengeluarannya.
Pada Gambar 12 terlihat bahwa sebaran kondisi pendapatan dan pengeluaran perkapita nelayan menggerombol pada posisi pendapatan perkapita kecil dari
Rp.400.000, sedangkan pengeluaran perkapita menggerombol pada kisaran Rp.200.000 – Rp.800.000. Artinya pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.
Ada beberapa kemungkinan alasan mengapa hal ini bisa terjadi, dimana nelayan hidup dengan pengeluaran perkapita lebih besar daripada pendapatan perkapita