Perumusan Masalah Study on the interaction between fish stocks and fisherman poverty as a basis for coastal fisheries management in cirebon regency, Province of West Java
17
berkembang tidak sendirian di dalam suatu ekosistem laut. Oleh karenanya, untuk dapat mengelola kegiatan usaha perikanan tangkap di laut dengan benar, yakni
mensejahterakan seluruh pelaku usaha khususnya nelayan, memerlukan pemahaman yang memadai tentang struktur, karakteristk, dan dinamika ekosistem
laut yang merupakan tempat habitat hidupnya ikan dan biota laut lain yang menjadi target usaha penangkapan ikan.
Jenis-jenis ikan dan biota laut lain yang menjadi target penangkapan para nelayan itu hidup bersama dengan jenis-jenis ikan dan biota lain non-target
fishes , yang satu sama lain saling berinteraksi. Kondisi kehidupan,
perkembangbiakan, dan pertumbuhan ikan target di laut, selain dipengaruhi oleh beragam jenis ikan dan biota lainnya juga sangat bergantung pada kondisi,
karakteristik, dan dinamika lingkungan fisik laut itu sendiri. Dalam ilmu ekologi, semua makhluk hidup biota atau organisme yang ada dalam suatu ekosistem laut
dikategorikan sebagai komponen biotik. Sementara itu, semua unsur fisik unsur non-hayati atau non-living elements, seperti topografi dasar laut, arus,
gelombang, pasang-surut, suhu, salinitas, kekeruhan turbidity, dan kandungan berbagai macam unsur serta senyawa kimia suatu ekosistem laut, dinamakan
komponen abiotik Odum, 1971; Nybakken, 1986. Banyaknya jenis spesies ikan dan biota laut lain yang menjadi target
penangkapan para nelayan di dunia, khususnya di wilayah laut tropis seperti Indonesia, bisa mencapai ratusan. Namun, kesemua jenis ikan dan biota laut lain
itu, dalam nomenklatur FAO biasa dikelompokkan menjadi 4 kelompok utama, dan 2 kelompok tambahan. Empat kelompok utama yang dimaksud adalah: ikan
finfish, udang-udangan crustaceans, kekerangan molluscs, dan
echinodermata. Adapun dua kelompok tambahan adalah elasmobranches ikan- ikan bertulang rawan, seperti ikan pari, cucut, dan hiu, dan porifera seperti sea
sponge .
Dalam hal sumberdaya perikanan, perairan laut Indonesia merupakan salah satu perairan yang memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia Tabel 2.
Jumlah spesies biota perairan laut masih terus bertambah sejalan dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi serta intensifnya kegiatan penelitian kelautan,
terutama aspek keanekaragaman hayati. Jumlah jenis ikan akan lebih banyak lagi
18
bila ditambahkan dengan beberapa spesies ikan yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang yang ditemukan dalam 20 tahun terakhir, terutama di
Kawasan Timur Indonesia. Tabel 2
Keanekaragaman Hayati Beberapa Jenis Kelompok Biota Laut Indonesia
Kelompok Utama
Kelompok Jumlah
Spesies Sumber
Tumbuhan Alga hijau
196 Van Bosse, 1928
Alga coklat 134
Van Bosse, 1928 Alga merah
452 Van Bosse, 1928
Lamun 12
Kiswara pers. Comm. Mangrove
38 Soegiarto Pollunin, 1981
Karang Scleratinians
350 Best et al. 1980
Soft corals 210
Diperkirakan Gorgonians
350 Diperkirakan
Sponge Desmospongia
850 Diperkirakan
Moluska Gastropoda
1500 Kastoro kom. pribadi
Bivalvia 1000
Valentine, 1971 Krustasea
Stomatopoda 102
Moosa kom. pribadi Brachyura
1400 diperkirakan Moosa
Echinodermata Crinodea
91 Clark and Rowe, 1971
Asteroidea 87
Clark and Rowe, 1971 Ophiuroidea
142 Clark and Rowe, 1971
Echinoidea 284
Clark and Rowe, 1971 Holothuridea
141 Clark and Rowe, 1971
Ikan Ikan daerah
pesisir 2000
Bleeker, 1859 Reptil
Penyu 6
Marquez, 1990 Buaya
Burung Burung laut
148 Diperkirakan
Mamalia Hiu dan Dolphin
Dugong 29
1 Suwelo, 1988
Soegiarto and Polunin, 1981 Sumber: Soegiarto and Polunin, 1981; Mossa dkk. 1996.
Keterangan : di perairan Indonesia dan sekitarnya
Kelompok utama biota yang memiliki jumlah spesies terbanyak di perairan Laut Indonesia adalah moluska atau kerang-kerangan 2.500 spesies, yang
meliputi kelompok gastropoda yang terdiri dari 1.500 spesies dan kelompok bivalvia yang terdiri dari 1.000 spesies. Sementara itu, ikan merupakan kelompok
utama biota laut yang memiliki jumlah spesies terbanyak kedua lebih dari 2.000 spesies, dan beberapa spesies diketahui mempunyai nilai ekonomi penting,
19
seperti ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil diperkirakan meliputi lebih dari 1.200 spesies, seperti kembung, layang, lemuru, selar dan teri,
yang penyebarannya berada di perairan dekat pantai, dimana proses penyebarannya berada di perairan dekat pantai, dimana proses penaikan massa air
upwelling sering terjadi. Sedangkan ikan pelagis besar yang jumlahnya lebih sedikit seperti tuna, cakalang, hiu, dan setuhuk banyak ditemukan di zona
permukaan pelagic zone laut jeluk atau ZEEI, seperti di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Kelompok utama organisme yang memiliki jumlah spesies terbanyak ketiga adalah krustasea, yang terdiri dari kelompok brachyuran 1.400 spesies dan
stomapoda 102 spesies. Di antara kelompok brachyuran tersebut, ada 83 jenis udang dari keluarga Penaeidae Crosnier 1984 dalam Sumiono dan
Priyono,1998, dan hanya sebagian kecil yang memiliki nilai ekonomin langsung direct use value, yaitu lobster udang karang, udang kipas, udang ronggeng, dan
udang laut jeluk. Dalam urutan berikutnya adalah kelompok utama hewan karang 910 spesies, sponge 580 spesies, tumbuhan 832 spesies, echinodermata 745
spesies, burung 148 spesies, mamalia 29 spesies, dan reptil 6 spesies. Berdasarkan pada kondisi oseanografi dan penyebaran stok ikan, perairan
laut Indonesia dibagi menjadi 9 wilayah pengelolaan perikanan WPP. Kemudian seiring dengan bertambahnya informasi ilmiah yang berhasil dikumpulkan, pada
2007 seluruh wilayah perairan laut Indonesia dikelompokkan menjadi 11 WPP. Menurut Komisi Pengkajian Stok Ikan Nasional 2010, total potensi produksi
lestari Maximum Sustainable Yield, MSY sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,5 juta ton per tahun atau sekitar 7,2 dari MSY laut dunia
90 juta tontahun FAO, 2008. Potensi produksi lestari tersebut terdiri dari: 1 ikan pelagis besar 1,45 juta ton, 2 ikan pelagis kecil 3,65 juta ton, 3 ikan
demersal 1,45 juta ton, 4 ikan karang 145,3 ribu ton, 5 udang paneid 98,3 ribu ton, 6 lobster 4,8 ribu ton, dan 7 cumi-cumi sebesar 28,3 ribu ton Tabel 3.
Sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan Total Allowable Catch adalah 80 – 90 dari potensi produksi lestari atau sekitar 5,20 – 5,85 juta ton per tahun
FAO’s Code of Conduct for Responsible Fisheries, 1995.
20
Tabel 3 Estimasi Potensi Produksi Lestari Sumberdaya Ikan Pada Setiap WPP-RI, 2010.
KELOMPOK SUMBERDAYA IKAN
Potensi Produksi Ikan Pada Masing-Masing Wilayah Pengelolaan Perikanan ributon TOTAL
Selat Malaka
Samudera Hindia Laut Cina
Selatan Laut Jawa
Selat Makassar
– Laut Flores
Laut Banda
Teluk Tomini –
Laut Seram
Laut Sulawesi
Samudera Pasifik
Laut Arafura –
Laut Timor
WPP-571 WPP-572
WPP-573 WPP-711
WPP-712 WPP-713
WPP-714 WPP-715
WPP-716 WPP-717
WPP-718 Ikan Pelagis Besar
27,7 164,8
201,4 66,1
55,0 193,6
104,1 106,5
70,1 105,2
50,9 1.145,4
Ikan Pelagis Kecil 147,3
315,9 210,6
621,5 380,0
605,4 132,0
379,4 230,9
153,9 468,7
3.645,7 Ikan Demersal
82,4 68,9
66,2 334,8
375,2 87,2
9,3 88,8
24,7 30,2
284,7 1.452,5
Udang Penaeid 11,4
4,8 5,9
11,9 11,4
4,8 -
0,9 1,1
1,4 44,7
98,3 Ikan Karang Konsumsi
5,0 8,4
4,5 21,6
9,5 34,1
32,1 12,5
6,5 8,0
3,1 145,3
Lobster 0,4
0,6 1,0
0,4 0,5
0,7 0,4
0,3 0,2
0,2 0,1
4,8 Cumi-cumi
1,9 1,7
2,1 2,7
5,0 3,9
0,1 7,1
0,2 0,3
3,4 28,3
Total 276,0
565,2 491,7
1.059,0 836,6
929,7 278,0
595,6 333,6
299,1 855,5
6.520,1
Sumber : Komnaskajiskan-KKP 2010.
21
Sementara itu, tingkat pemanfaatannya pada 2009 sebesar 4,81 juta ton atau 75,2 persen dari MSY. Dan, pada 2010 tingkat pemanfaatan itu mencapai 5,06
juta ton atau sekitar 77,8 persen dari MSY KKP, 2010. Lima belas jenis ikan laut utama dominan yang selama ini dihasilkan dari kegiatan penangkapan di
perairan laut Indonesia, atas dasar urutan volume hasil tangkapannya adalah: layang Scad, cakalang Skipjack tuna, kembung Short-bodied mackerel,
lemuru Balinese sardines, teri Anchovies, tembang Goldstrip Sardinella, tongkol komo Eastern little tuna, selar Trevallies, tongkol krai Frigate tuna,
tongkol abu-abu Longtail tuna, kakap merahbambangan Red snapper, tenggiri Narrow-barred Spanish mackerel, madidihang Yellowfin tuna, peperek Pony
fishes , dan kakap putih BarramundiGiant sea perch.
Ada puluhan jenis ikan lainnya, yang volume hasil tangkapannya tidak begitu besar, seperti ikan tuna sirip biru selatan Shouthern bluefin tuna, ikan
terbang, baronang, layur, ikan sebelah, dan jenis-jenis ikan karang. Lima the top five
propinsi penghasil ikan tangkapan dari laut terbesar berturut-turut adalah propinsi Maluku, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua.
Tingkat pemanfaatan untuk setiap kelompok jenis ikan laut di setiap WPP pada 2010 adalah sebagai berikut Komnaskajiskan, 2010:
• WPP 571 Selat Malaka dan Laut Andaman: 1 ikan pelagis besar belum dapat dipastikan, karena minimnya data dan informasi, 2 ikan pelagis kecil
fully exploited terkesploitasi penuh, 3 ikan demersal sudah overfishing, dan
4 udang sudah overfishing. • WPP 572 Samudra Hindia Barat Sumatra dan Selat Sunda: 1 ikan pelagis
besar fully exploited, 2 ikan pelagis kecil moderately exploited, 3 ikan demersal fully exploited, dan 4 udang fully exploited.
• WPP 573 Samudra Hindia Selatan Jawa hingga Nusa Tenggara: 1 ikan pelagis besar fully exploited, 2 ikan pelagis kecil fully exploited, 3 ikan
demersal fully exploited, dan 4 udang fully exploited. • WPP 711 Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan: 1 ikan
pelagis besar belum dapat dipastikan, 2 ikan pelagis kecil sudah overfishing, 3 ikan demersal fully exploited, dan 4 udang masih moderately exploited
tingkat pemanfaatan lebih kecil dari pada MSY yang artinya tingkat