Latar Belakang Study on the interaction between fish stocks and fisherman poverty as a basis for coastal fisheries management in cirebon regency, Province of West Java

11 3 Menyusun alternatif kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan yang tepat dan benar berdasarkan informasi dan hasil penelitian lapang.

1.5 Manfaat Penelitian

1 Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan. 2 Sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. 3 Sebagai bahan rujukan pembanding untuk penelitian selanjutnya. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Secara biogeografi, perairan laut dunia dibagi menjadi 18 wilayah. Laut Asia Timur dinamakan wilayah-13 yang meliputi: Laut Andaman, Selat Malaka, Selat Singapura, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafura, Laut Timor, Laut Sulawesi, Laut Sulu, dan Laut Philipina. Wilayah 13 mempunyai perairan dangkal paparan benua dan perairan laut jeluk dalam. Dalam wilayah ini terdapat pulau–pulau yang saling berhubungan melalui selat- selat. Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai negara kepulauan the archipelagic country terbesar di dunia, terdiri dari 17.504 pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.200 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada sekitar 104.000 km Dahuri, et al., 2009. Luas wilayah darat Indonesia sekitar 1,9 juta km 2 . Sementara itu, wilayah lautnya mencapai 5,8 juta km 2 , yang terdiri dari 0,3 juta km 2 perairan laut territorial, 2,8 juta km 2 perairan laut nusantara, dan 2,7 juta km 2 perairan laut ZEEI Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Wilayah perairan laut nusantara dan laut territorial Indonesia terdiri dari tiga tipe ekosistem utama, yaitu : 1 perairan dangkal di wilayah barat Paparan Sunda, 2 perairan dangkal di wilayah timur Paparan Sahul, 3 dan wilayah laut jelukdalam deep sea yang mencakup Selat Makasar dan Laut Banda. Laut jeluk lainnya yang berada di wilayah perairan Indonesia adalah Selat Bali, Laut Flores, Laut Sulawesi, dan Laut Maluku. Sedangkan samudera lautan yang mengitari perairan Indonesia adalah Samudera Hindia dan Samudera Pasifik Tabel 1. Perairan Laut Indonesia dipengaruhi oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Massa air yang berasal dari Samudera Pasifik masuk dari arah utara kemudian ke Samudera Hindia melalui selat-selat, terutama di Nusa Tenggara. Karena posisinya terletak diantara dua benua yaitu Asia dan Australia, Perairan Indonesia menjadi sangat strategis sebagai kawasan lintasan berbagai macam kapal laut, mulai dari kapal niaga, kapal tanker, kapal ikan, sampai dengan kapal 14 perang. Lalu lintas ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya alam hayati perairan, terutama bila terjadi tabrakan kapal tanker sehingga tumpahan minyak dalam jumlah besar masuk ke dalam ekosistem perairan. Tabel 1 Luas Wilayah Perairan Laut Teritorial Indonesia Wilayah dan Sub-Wilayah Luas km2 Paparan Sunda 686.000 Selat Malaka 55.000 Laut Cina Selatan bagian Indonesia 250.000 Laut Jawa termasuk Selat Sunda 381.000 Paparan Sahul 160.000 Laut Arafura 143.500 Perairan sekitarnya 16.500 Laut Hindia 132.000 Sumatera, Pantai Barat 70.000 Jawa, Pantai Selatan 30.000 Selat Bali 2.500 Pulau-Pulau Sunda Kecil bagian Selatan 30.000 Laut-Laut Jeluk 1.694.000 Selat Makasar, perairan sekitar Sulawesi, pulau-pulau Sunda Kecil bagian utara 594.000 Laut Flores 100.000 Laut Banda 100.000 Maluku termasuk Irian Jaya bagian utara dan barat 900.000 Sumber: Dwiponggo 1987 Ekosistem perairan laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu perairan laut pesisir yang meliputi daerah paparan benua, dan laut lepas atau laut oseanik. Penetapan batas wilayah pesisir sampai saat ini belum ada definisi baku. Namun ada kesepakatan dunia bahwa wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut. Ditinjau dari garis pantai coastline, suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas boundaries, yaitu batas yang sejajar dengan garis pantai long-shore dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai cross shore. Penetapan batas-batas wilayah pesisir yang sejajar dengan garis pantai relatif mudah, misalnya batas wilayah pesisir Kabupaten Kupang adalah antara Tanjung 15 Nasikonis dan Pulau Sabu; dan batas wilayah pesisir DKI Jakarta adalah antara Sungai Dadap di sebelah barat dan Tanjung Karawang di sebelah timur. Akan tetapi, penetapan batas wilayah pesisir secara tegak lurus terhadap garis pantai belum diperoleh kesepakatan, karena batas wilayah pesisir berbeda dari satu negara ke negara yang lain. Sebagai contoh RRC Republik Rakyat Cina menetapkan wilayah pesisir ke arah darat sejauh 15 km dari garis pantai, dan ke arah laut sejauh 15 km. Sedangkan Negara Bagian Washington Amerika Serikat dan Queensland Australia menetapkan batas wilayah pesisir sejauh 3 mil laut dari garis dasar coastal base line. Perbedaan tersebut dapat dimengerti, karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumber daya, dan sistem pemerintahan tersendiri Dahuri, et al., 2001. Dalam suatu wilayah pesisir biasanya terdapat lebih dari satu jenis ekosistem pesisir dan sumber daya alam SDA. Tipe ekosistem pesisir Indonesia dideskripsikan atas dasar komunitas hayati dan penggenangan oleh air Kartawinata dan Soemodihardjo, 1976; Nontji, 1987. Berdasarkan sifatnya, ekosistem pesisir dapat bersifat alami natural atau buatan man made. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain terumbu karang coral reefs, hutan mangrove mangrove forest, padang lamun sea grass beds, pantai berpasir sandy beach, pantai berbatu rocky beach, formasi pescaprae, formasi barringtonia, estuari, laguna, delta, dan ekosistem pulau kecil. Ekosistem pesisir tersebut ada yang terus menerus tergenangi air dan ada pula yang hanya sesaat. Sedangkan ekosistem buatan antara lain adalah tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, dan kawasan pemukiman. Berbagai macam ekosistem pesisir yang terdapat di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, baik ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomis. Sayangnya informasi mengenai fungsi ekologis, khususnya tentang keanekaragaman hayati yang terdapat pada masing-masing ekosistem di daerah pesisir, relatif masih sangat kurang. Hal ini akan menjadi kendala yang sangat serius bagi pelaksanaan pengelolaan daerah pesisir dan laut secara komprehensif, apalagi jika dikaitkan dengan peran ekologis maupun ekonomis dari masing- masing ekosistem tersebut, dalam menunjang kegiatan pembangunan di Indonesia pada masa yang akan datang. 16 Adapun SDA yang terdapat dalam wilayah pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: 1 SDA yang dapat pulih renewable resources, 2 SDA yang tidak dapat pulih non-renewable resources , dan 3 jasa-jasa lingkungan environmental services. SDA dapat pulih antara lain berupa sumberdaya perikanan; hutan mangrove; senyawa bioaktif bioactive substances atau natural products yang terdapat dalam tubuh organisme laut yang menjadi bahan baku untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, bio-energi, dan beragam industri lainnya; energi pasang surut; energi gelombang; dan OTEC Ocean Thermal Energy Conversion. SDA tidak dapat pulih terdiri dari minyak dan gas, bauksit, timah, bijih besi, emas, mangan, dan mineral serta bahan tambang lainnya. Jasa-jasa lingkungan antara lain meliputi fungsi ekosistem pesisir dan laut sebagai media transportasi, tempat untuk rekreasi dan pariwisata, penetralisir asimilasi limbah, sumber plasma nutfah gene pool, regulator iklim, siklus hidrologi, siklus biogeokimia, dan fungsi-fungsi penunjang life-supporting functions lainnya. Segenap SDA dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat dalam wilayah pesisir dan lautan tersebut dapat dimanfaatkan setidaknya melalui 11 sektor ekonomi, yakni: 1 perikanan tangkap, 2 perikanan budidaya, 3 industri pengolahan hasil perikanan, 4 industri bioteknologi kelautan, 5 pariwisata bahari, 6 pertambangan dan energi, 7 perhubungan laut, 8 kehutanan coastal forestry, seperti hutan mangrove, 9 sumberdaya wilayah pulau-pulau kecil, 10 industri dan jasa maritim, dan 11 SDA non-konvensional Dahuri, 2009. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan SDA non-konvensional adalah SDA yang terdapat di wilayah pesisir dan Lautan Indonesia, tetapi karena kendala teknis atau ekonomis, SDA tersebut belum dapat dimanfaatkan. Contohnya, gas hidrat yang terdapat di Lautan Hindia bagian Pantai Barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa, mineral laut dalam, sumberdaya perikanan laut dalam, dan industri air laut dalam deep-sea water industry .

2.2 Sumberdaya Perikanan

Berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya yang menjadi target kegiatan perikanan tangkap di seluruh dunia, tidak terkecuali di Cirebon, hidup dan tumbuh 17 berkembang tidak sendirian di dalam suatu ekosistem laut. Oleh karenanya, untuk dapat mengelola kegiatan usaha perikanan tangkap di laut dengan benar, yakni mensejahterakan seluruh pelaku usaha khususnya nelayan, memerlukan pemahaman yang memadai tentang struktur, karakteristk, dan dinamika ekosistem laut yang merupakan tempat habitat hidupnya ikan dan biota laut lain yang menjadi target usaha penangkapan ikan. Jenis-jenis ikan dan biota laut lain yang menjadi target penangkapan para nelayan itu hidup bersama dengan jenis-jenis ikan dan biota lain non-target fishes , yang satu sama lain saling berinteraksi. Kondisi kehidupan, perkembangbiakan, dan pertumbuhan ikan target di laut, selain dipengaruhi oleh beragam jenis ikan dan biota lainnya juga sangat bergantung pada kondisi, karakteristik, dan dinamika lingkungan fisik laut itu sendiri. Dalam ilmu ekologi, semua makhluk hidup biota atau organisme yang ada dalam suatu ekosistem laut dikategorikan sebagai komponen biotik. Sementara itu, semua unsur fisik unsur non-hayati atau non-living elements, seperti topografi dasar laut, arus, gelombang, pasang-surut, suhu, salinitas, kekeruhan turbidity, dan kandungan berbagai macam unsur serta senyawa kimia suatu ekosistem laut, dinamakan komponen abiotik Odum, 1971; Nybakken, 1986. Banyaknya jenis spesies ikan dan biota laut lain yang menjadi target penangkapan para nelayan di dunia, khususnya di wilayah laut tropis seperti Indonesia, bisa mencapai ratusan. Namun, kesemua jenis ikan dan biota laut lain itu, dalam nomenklatur FAO biasa dikelompokkan menjadi 4 kelompok utama, dan 2 kelompok tambahan. Empat kelompok utama yang dimaksud adalah: ikan finfish, udang-udangan crustaceans, kekerangan molluscs, dan echinodermata. Adapun dua kelompok tambahan adalah elasmobranches ikan- ikan bertulang rawan, seperti ikan pari, cucut, dan hiu, dan porifera seperti sea sponge . Dalam hal sumberdaya perikanan, perairan laut Indonesia merupakan salah satu perairan yang memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia Tabel 2. Jumlah spesies biota perairan laut masih terus bertambah sejalan dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi serta intensifnya kegiatan penelitian kelautan, terutama aspek keanekaragaman hayati. Jumlah jenis ikan akan lebih banyak lagi