Manfaat Penelitian Study on the interaction between fish stocks and fisherman poverty as a basis for coastal fisheries management in cirebon regency, Province of West Java

22 pemanfaatan jumlah kapal ikan masih bisa ditambah sampai mendekati MSY. • WPP 712 Laut Jawa: 1 ikan pelagis besar belum dapat dipastikan, 2 ikan pelagis kecil sudah overfishing, 3 ikan demersal fully exploited, dan 4 udang fully exploited. • WPP 713 Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali: 1 ikan pelagis besar belum dapat dipastikan, 2 ikan pelagis kecil moderately exploited , 3 ikan demersal fully exploited, dan 4 udang sudah overfishing. • WPP 714 Laut Banda: 1 ikan pelagis besar moderately exploited, 2 ikan pelagis kecil moderately exploited, 3 ikan demersal di sebagian wilayah perairan masih underexploited dan di sebagian wilayah perairan lainnya belum dapat dipastikan, dan 4 udang belum dapat dipastikan. • WPP 715 Laut Maluku, Teluk Tomini, dan Laut Seram: 1 ikan pelagis besar fully exploited, 2 ikan pelagis kecil moderately exploited, 3 ikan demersal moderately exploited, dan 4 udang belum ada data. • WPP 716 Laut Sulawesi, Laut Halmahera, dan Samudra Pasifik: 1 ikan pelagis besar sudah overfishing, 2 ikan pelagis kecil belum dapat dipastikan, 3 ikan demersal belum dapat dipastikan, dan 4 udang belum ada data. • WPP 717 Samudera Pasifik : 1 ikan pelagis besar over ekkploitasi, 2 ikan pelagis kecil belum dapat dipastikan, 3 ikan demersal belum dapat dipastikan, dan 4 udang sudah belum dapat dipastikan. • WPP 718 Laut Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor: 1 ikan pelagis besar belum dapat dipastikan, 2 ikan pelagis kecil moderately exploited, 3 ikan demersal di sebagian wilayah perairan sudah overfishing dan di sebagian wilayah perairan lainnya fully exploited, dan 4 udang sudah overfishing. 23 Tabel 4 Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Ikan di Setiap WPP-RI, 2010 Wilayah Pengelolaan Perikanan Status Pemanfaatan Stok Demersal Udang Pelagis Kecil Pelagis Besar Selat Malaka O O F UN Laut Cina Selatan F M O UN Laut Jawa F F O UN Laut Flores – Selat Makasar F O M UN Laut Banda UUN UN M M Laut Arafura F- O - M UN Teluk Tomini – Laut Malukku M - M F Samudera Pasifik UN UN UN O Laut Sulawesi UN UN UN O Samudera Hindia Barat Sumatera F F M F Selatan Jawa – Nusa Tenggara F F F F Sumber : Komnaskajiskan-KKP 2010 Keterangan : O : overfishing; F : fully exploited; M : moderately exploited; UN : belum dapat dipastikan . Dari status tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan laut diatas Tabel 4, jelas bahwa peluang untuk menambah armada kapal ikan tingkat pemanfaatan secara nasional hanya tinggal untuk 3 persen dari MSY kalau mengikuti anjuran FAO’s Code of Conduct for Responsible Fisheries 1995. Akan tetapi, untuk kondisi negara seperti Indonesia, dimana angka pengangguran dan kemiskinan masih tinggi, kita bisa memanfaatkan sumberdaya ikan laut sampai pada tingkat MSY. Dengan kata lain, kita masih bisa menambah armada kapal ikan untuk menangkap ikan sebanyak 23 persen dari MSY. Satu hal yang harus diingat di sini, bahwa ketika tingkat pengangguran dan kemiskinan sudah menurun sampai pada batas yang bisa ditolerir di sebuah negara yang maju dan makmur, maka kita harus mengurangi armada kapal ikan jumlah nelayan sampai pada tingkat pemanfaatan sebesar 80 dari MSY sumberdaya ikan laut. Adapun MSY sumberdaya perikanan di perairan umum diperkirakan sebesar 900.000 tontahun, dengan tingkat pemanfaatan pada 2010 sebesar 3,39 juta ton KKP, 2010 atau baru sekitar 7,2 persen dari total potensinya . Ada 17 jenis ikan utama yang dipanen ditangkap dari perairan umum, dengan urutan volume hasil tangkapan sebagai berikut: gabus, sepat siam, lais, tambakan, tawes, lele, nila, baung, mujair, betok, patin jambal, mas, belida, betutu, sepat rawa, toman, dan 24 lampan. Selain ikan, 3 jenis udang yang umum ditangkap dari perairan umum adalah: udang galah giant freshwater prawn, udang air tawar freshwater shrimp , dan jenis udang lainnya. Organisme perairan lain yang biasa ditangkap oleh para nelayan perairan umum, antara lain adalah: remis, siput, buaya, katak benggala, kodok, dan kura-kura labi-labi. Produksi penangkapan dari perairan umum didominasi oleh Propinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur yang keempatnya menyumbang 44 persen dari total produksi nasional.

2.3 Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan

Menurut Undang-Undang No. 452009 tentang Perubahan atas UU No.312004 tentang Perikanan, bahwa yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan Pasal 1 , Ayat 1. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan, dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, danatau mengawetkannya UU No. 452009, Pasal 1, Ayat 5. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati UU No. 45 2009, Pasal 1, Ayat 7. Pengelolaan perikanan tangkap adalah mengawasi atau menyesuaikan operasi-operasi penangkapan jumlah penangkapan, tipe alat yang dipakai, ukuran ikan-ikan yang tertangkap untuk mengoptimasikan pemanfaatan dari suatu sumberdaya ikan Parson, 1980 in Merta, 1989. Oleh karenanya, pengelolaan