2. Pembatasan ukuran mata jaring 3. Penutupan daerah dan musim penangkapan ikan

47 pendapatanpengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatanpengeluaran penduduk sehingga dengan menggunakan definisi ini berarti orang miskin selalu hadir bersama kita. Dalam praktek, negara kaya mempunyai garis kemiskinan relatif yang lebih tinggi dari pada negara miskin seperti pernah dilaporkan oleh Ravallion 1998. Paper tersebut menjelaskan mengapa, misalnya, angka kemiskinan resmi official figure pada awal tahun 1990-an mendekati 15 persen di Amerika Serikat dan juga mendekati 15 persen di Indonesia negara yang jauh lebih miskin. Artinya, banyak dari mereka yang di kategorikan miskin di Amerika Serikat akan dikatakan sejahtera menurut standar Indonesia. Tatkala negara menjadi lebih kaya sejahtera, negara tersebut cenderung merevisi garis kemiskinannya menjadi lebih tinggi, dengan kekecualian Amerika Serikat, dimana garis kemiskinan pada dasarnya tidak berubah selama hampir empat dekade. Misalnya, Uni Eropa umumnya mendefinisikan penduduk miskin adalah mereka yang mempunyai pendapatan per kapita di bawah 50 persen dari median rata-rata pendapatan. Ketika medianrata-rata pendapatan meningkat, garis kemiskinan relatif juga meningkat. Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama. 3 Kemiskinan Subjektif Kemiskinan subjektif berhubungan dekat dengan kemiskinan relatif, tetapi lebih banyak menggunakan perasaan individu maupun kelompok apakah benar-benar merasa miskin. Badan Pusat Statistik BPS dan Bank Dunia merumuskan konsep kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana ketidak berdayaan atau ketidak mampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia. Ukuran garis 48 kemiskinan bermacam-macam tergantung pada institusi yang mengeluarkannya. BPS menerapkan garis kemiskinan dengan ukuran kalori, dimana masyarakat dikatakan miskin jika tingkat pengeluaran untuk makan kurang dari 2.100 kalori per orang per hari. Pada tahun 2002, untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum diperlukan biaya Rp 82.328 per orang per bulan, sedangkan untuk kebutuhan non pangan diperlukan biaya Rp 28.957 per orang per bulan, maka jumlah garis kemiskinan ditetapkan sebesar Rp 111.285 per orang per bulan BPS; BAPPENAS dan UNDP, 2004. Sementara itu, Bank Dunia menggunakan ukuran pendapatan. Orang yang memiliki pendapatan kurang dari US 2 per orang per hari digolongkan miskin. Sedangkan Sajogyo menggunakan ukuran pengeluaran setara beras. Orang yang tingkat pengeluaran beras kurang dari 320 kg per tahun digolongkan miskin. Jika ukuran garis kemiskinan hanya berdasarkan kalori atau tingkat pengeluaran untuk makan saja menurut pendapat saya kurang tepat, karena manusia selain makan perlu pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan sebagai kebutuhan dasar untuk hidup normal. Ukuran yang ditetapkan oleh Bank Dunia lebih tepat karena dengan pendapatan US 2 per orang per hari bisa digunakan untuk kebutuhan makan dan bukan makan. Jadi penduduk miskin didefinisikan sebagai mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan pokok pangan dan non pangan. Berdasarkan faktor penyebabnya, dalam studi kemiskinan dikenal adanya kemiskinan struktural, kemiskinan kultural, dan kemiskinan alamiah. 1 Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi struktur sosial-ekonomi dan politik yang ada. Golongan nelayan tertentu tidak memiliki akses terhadap modal atau kegiatan ekonomi produktif akibat pola institusional yang diberlakukan. Menurut Dahuri 2005a, bahwa kemiskinan yang menggelayuti sebagian besar rakyat kita disebabkan terutama karena problem struktural. Artinya kebijakan pemerintah sejak era Orde Baru sampai sekarang cenderung membuat rakyat kecil kelompok usaha mikro, kecil dan menengah memiliki akses yang sangat terbatas atau tidak memiliki akses