4. Pembatasan lamanya waktu operasi penangkapan ikan limiting the

43 mereka yang tidak memungkinkan untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam konteks masyarakat tradisional, nelayan sering didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut sebagai mata pencahariannya. Mereka umumnya hidup di kawasan pesisir pantai dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam terutama angin, gelombang, dan arus laut. Menurut Kusnadi 2002, penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan dapat ditinjau dari 3 tiga sudut pandang: 1 penguasaan alat-alat produksi peralatan tangkap, struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan pemilik atau juragan orenga dan nelayan buruh pandhiga; 2 tingkat skala investasi modal usaha, struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil; 3 tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan, struktur masyarakat nelayan terbagi kedalam kategori nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan pemilik atau juragan adalah orang yang memiliki modal dan sarana penangkapan. Sementara nelayan buruh adalah orang yang menjual jasa tenaga kerja sebagai buruh dalam kegiatan penangkapan ikan di laut. Pola hubungan nelayan buruh dengan juragan disebut sebagai patron-client. Pola hubungan ini sudah lama terjadi dan sangat tidak menguntungkan bagi nelayan buruh, karena pola tersebut menyebabkan nelayan buruh sangat tergantung pada juragan sebagai patron. Juragan sebagai rentenir dengan suku bunga yang tinggi perbulan, sekaligus penampung hasil tangkapan dengan harga termurah. Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya milik umum commons property resources yang pemanfaatannya terbuka untuk siapapun. Hal ini mendorong kebebasan yang penuh bagi setiap individu atau kelompok masyarakat untuk memanfaatkannya secara optimal tanpa memperhatikan kerusakan sumberdaya perikanan serta akibat-akibat serius yang akan ditimbulkannya. Para pemilik modal dan alat-alat produksi memiliki jangkauan kapasitas penangkapan ikan yang lebih besar dibandingkan nelayan buruh. Ketimpangan kapasitas ini akan menimbulkan konflik sosial yang terjadi karena kecemburuan sosial, yang dipicu oleh kenyataan bahwa salah satu pihak memperolah bagian terbesar dari eksploitasi sumberdaya perikanan sedangkan pihak yang lain justru sebaliknya.