82
4.4.6 Kondisi Perdagangan
Keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Cirebon adalah 5,20 persen 30 Unit, sedangkan di Kota Cirebon hanya sebesar 1,39 persen 8 Unit dari total
pasar tradisional di Jawa Barat. Pada taraf Provinsi Jawa Barat jumlah pasar tradisional terbanyak di Kabupaten Ciamis yang disusul oleh Kabupaten
Sukabumi dengan persentase masing-masing 13,00 persen 75 Unit, dan 9,01 persen 52 Unit. Kabupaten Cirebon menempati peringkat-8 dalam hal jumlah
pasar tradisonal Jawa Barat. Jumlah pasar swalayan di Kabupaten Cirebon sebanyak 3,21 persen 44
Unit, sedangkan di Kota Cirebon lebih sedikit yaitu sebesar 0,66 persen 9 Unit dari total pasar swalayan di Provinsi Jawa Barat. Pasar swalayan terbanyak adalah
di Kota Bandung, Depok, dan Kabupaten Bogor dengan persentase 20,67 persen 283 Unit, 16,44 persen 225 Unit, dan 16,29 persen 223 Unit. Kabupaten
Cirebon menempati peringkat-6 sedangkan Kota Cirebon menempati peringkat-22 dalam hal jumlah pasar swalayan terbanyak di Provinsi Jawa Barat Bappeda
Provinsi Jawa Barat, 2010, Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2010.
4.5 Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan
Program peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan telah dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP melalui salah satu program
PNPM Mandiri tahun 2011 dengan menggenjot program produksi garam atau yang lebih dikenal dengan nama PUGAR Pengembangan Usaha Garam Rakyat.
Program pugar bagi petambak garam rakyat bertujuan untuk membentuk sentra-sentra usaha garam rakyat, lalu memberdayakan dan meningkatkan
kemampuan petambak garam rakyat dalam kelompok usaha garam rakyat KUGR dan meningkatkan akses terhadap permodalan, pemasaran, informasi,
serta IPTEK bagi petambak garam. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu bagian sentra garam dalam pelaksanaan program tersebut di Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah telah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan sejak tahun 1960-an melalui strategi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat Depdagri dan
LAN 2007. Namun program ini sempat terhenti akibat krisis politik pada tahun 1965. Kemudian sejak tahun 1970 pemerintah menggulirkan kembali program
83
penanggulangan kemiskinan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun REPELITA. Berbagai program diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejak tahun 2005 dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
TKPK yang bertugas melakukan langkah-langkah konkrit untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin di seluruh wilayah NKRI melalui
koordinasi dan sinkronisasi penyusunan dan pelaksanaan penajaman kebijakan penanggulangan kemiskinan. Program yang telah berjalan saat ini belum begitu
memuaskan karena penurunan angka kemiskinan pada 2010 masih dibawah target 0,8, sedangkan target sebanyak 1 setiap tahun.
Agar mencapai target penurunan angka kemiskinan, saat ini program penanggulangan kemiskinan terbagi menjadi 4 empat klaster, yaitu Kemeneg
PPNBAPPENAS, 2008 : 1 Klaster I: Bantuan dan perlindungan sosial kelompok sasaran yang perlu dibantu dalam bentuk bantuan langsung; 2 Klaster
II: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat; 3 Klaster III: Bantuan Permodalan berupa Pemberdayaan usaha mikro dan kecil UMK melalui Kredit
Usaha Rakyat KUR; dan 4 Klaster IV: Berupa air bersih, rumah murah, dan listrik murah untuk nelayan.