seperti musium fisika, laboratorium fisika, permainan-permainan yang menggunakan prinsip fisika. Mereka juga perlu ditemukan atau
dialog dengan para ahli fisika, para penemu fisika yang dapat dijumpai di daerah mereka. Dengan berkomunikasi dan mendengar
langsung dari para ahli itu mereka diharapkan lebih tertantang untuk menekuni fisika.
b. Dampak Kontruktivisme Bagi Guru Fisika
Kaum konstruktivisme beranggapan bahwa mengajar bukan memindahkan pengetahuan dari otak guru ke siswa. Mengajar
adalah lebih merupakan kegiatan yang membantu siswa sendiri membangun pengetahuannya. Maka peran guru fisika bukanlah
mentransfer pengetahuan yang telah ia punyai kepada siswa, tetapi lebih sebagai mediator dan fasilitator yang membantu siswa dapat
mengkontruksi pengetahuan mereka secara cepat dan efektif. Secara garis besar fungsi sebagai mediator dan fasilitator dari
guru itu dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut: 1 Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa
ambil tanggungjawab dalam membuat perencanaan belajar, melakukan proses belajar dan membuat penelitian. Dengan kata
lain guru hanya sebagai penyedia berbagai hal yang di luar jangkauan siswa misalnya dengan mengajarkan cara belajar
fisika yang baik itu adalah dengan memperbanyak latihan. 2 Menyediakan
atau memberikan
kegiatan-kegiatan yang
merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk
mengekspresikan gagasan-gagasannya
dan mengkomunikansikan ide ilmiahnya Watt Pope, 1989 dikutip
Suparno, 2007:15. Misalnya siswa diminta naik perahu bersama untuk menyeberangi sungai Mahakam. Kemudian guru langsung
bisa mengkaitkan kegiatan ini dengan topik pelajaran fisika tentang vektor.
3 Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang
paling mendukung belajar siswa. Guru dapat memotivasi siswa untuk belajar fisika karena fisika sebenarnya merupakan salah
satu ilmu alam semesta ini yang sangat dekat dengan siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik Tobin, Tippins
Gallard, 1994 dikutip Suparno 2007: 15. Pengalaman konflik yang bisa guru sediakan misalnya dengan bertanya kepada siswa
mengapa sinar matahari seakan-akan tidak pernah berakhir? 4 Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran
siswa itu jalan atau tidak. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembangan belajar siswa. Dengan demikian
guru dapat melihat kelemahan dan kelebihan yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga segera melakukan perbaikan untuk
mengatasi kelemahan siswa dan terus meningkatakan kelebihan yang telah dimiliki siswa.
2. Teori Multiple Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam
dan situasi yang nyata Gardner, 1983 ; 1993 dalam Suparno 2007 :21. Jelas bahwa inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang
menjawab suatu test IQ dalam suatu kamar yang lepas dari konteks lingkungannya. Inteligensi dalam pengertian Gardner bukan hanya
kemampuan untuk memecahkan persoalan teoritis, tetapi juga dalam pengalaman nyata dan dalam berbagai situasi. Misalnya, orang yang
ber IQ tinggi belum pasti sukses dalam menjalin hubungan dengan teman-teman atau sukses dalam pertandingan olah raga atau bermain
musik. Hal ini disebabkan karena pengukuran IQ lebih ditekankan pada inteligensi matematis-logis dan linguistik dan kurang
memperhatikan inteligensi-inteligensi yang lain. Ini menunjukan bahwa inteligensi itu merupakan kemampuan yang masih dapat
ditingkatkan. Disinilah pendidikan mempunyai fungsi, membantu agar setiap inteligensi pada diri seseorang berkembang secara
optimal. Ada sembilan inteligensi yang dipunyai manusia yaitu sebagai
berikut Gardner, 1983 ; 1993 dalam Suparno, 2004: 25-42. 1 Inteligensi Linguistik verbal adalah kemampuan untuk
menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara lisan atau tertulis seperti yang dimiliki para pencipta puisi,
editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara,