Khusus untuk lingkungan sebenarnya belum banyak gangguannya dibanding kota-kota besar seperti di Jawa, karena dunia internet dan
dunia permainan seperti play staysion, tempat-tempat hiburan lainnya belum banyak. Kalaupun ada gangguan paling-paling kebiasaan
nonton TV yang berlebihan tanpa mengenal batas waktu. Namun dengan perkembangan jaman hal ini harus menjadi perhatian serius
oleh para guru dan orang tua karena saat ini perkembangan dunia teknologi informasi semakin cangih dari tahun
– tahun sebelumnya.
6. Guru Fisika
Jumlah guru fisika sangat terbatas, bahkan ada beberapa sekolah tidak ada guru fisika sama sekali tapi ada kelas IPAnya, sedangkan
fisika sudah mulai diajarkan dari kelas X. Dengan demikian maka guru-guru yang ada harus mengajar fisika meskipun bukan
bidangnya.
7. Harapan
Dengan melihat begitu besarnya harapan masyarakat terutama pada dunia pendidikan saat ini maka penulis merasa tergerak untuk
membuat desain pembelajaran ini. Orang tua dan masyarakat sangat mengharapkan anak mereka
dapat menyelesaikan pendidikan mereka dengan sebaik-baiknya, masyarakat dan orang tua selalu mendukung dan memberikan
motivasi kepada anak-anak mereka. Penulis juga sangat berharap dengan terselesaikannya skripsi ini,
kedepannya karya ini dapat dipergunakan untuk dijadikan sebagai
salah satu pedoman dalam mendesain pembelajaran fisika yang lebih baik demi mutu pendidikan yang harus semakin berkualitas. Penulis
juga berharap guru fisika bisa lebih kreatif lagi dalam mengajar dan jumlah guru fisika di suatu sekolah segera bertambah jumlahnya. Hal
ini menjadi penting karena dari pengalaman penulis guru-guru cenderung tergesa-gesa dalam mengajar agar materinya cepat selesai
karena satu orang guru tidak hanya bertanggungjawab pada satu kelas atau satu mata pelajaran saja namun lebih dari itu.
E. Beberapa Teori Pendidikan IPA
1. Teori Konstruktivisme Belajar
Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut filsafat
konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan konstruksi kita yang sedang menekuninya von Glasersfeld, dalam Bettencourt,
1989; Piaget 1971; Mattehws, 1994 dalam Suparno, 2007 :8. Bila yang menekuni siswa, maka pengetahuan itu adalah bentukan siswa
itu sendiri. Maka pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, yang ada di luar kita, tetapi sesuatu yang harus kita bentuk sendiri
dalam pikiran kita. Pengetahuan seseorang akan suatu benda, bukanlah tiruan benda itu, melainkan kontruksi pemikiran seseorang
akan benda tersebut Suparno, 2001: 122. Tanpa keaktifan siswa mencerna dan membentuknya, seseorang tidak akan mempunyai
pengetahuan. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman