61
2 Memberikan harapan realistis. Pengajar perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis siswa pada masa lalu, agar
pengajar dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, maupun terlalu optimis; 3 Memberikan insentif. Bila siswa mengalami
keberhasilan, pengajar diharapkan memberi hadiah pada siswa dapat berupa pujian, angka yang baik, dan lain sebagainya atas keberhasilannya, sehingga
siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran; 4 Mengarahkan. Pengajar harus mengarahkan tingkah laku siswa,
dengan cara menunjukkan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan meminta pada mereka melakukan sebaik-baiknya.
Performansi guru dalam pembelajaran berpengaruh pada pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. Jika guru mempersiapkan perencanaan
pembelajaran secara matang membuat siswa turut aktif dan memahami pembelajaran. Seorang guru harus dapat menentukan metode, media, bahan, dan
evaluasi pembelajaran yang tepat bagi siswa. Hasil belajar siswa akan menjadi rendah apabila guru tidak dapat mengelola pembelajaran dengan baik, mengingat
guru merupakan orang yang bercampur tangan langsung dalam pembelajaran.
2.1.9 Model pembelajaran
Proses belajar mengajar yang dilakukan guru memerlukan metode yang tepat dalam mencapai tujuan proses belajar mengajar. Agar tujuan dalam proses
belajar bisa tercapai secara efektif dan efisien, kemampuan dalam menguasi materi tidaklah mencukupi. Disamping penguasaaan materi, guru juga harus
memiliki kemampuan untuk mengolah proses belajar mengajar dengan baik, yaitu
62
melalui pemilihan metode penyampaian materi serta model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan dan juga
kemampuan siswa dalam menerima materi. Sehingga guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan secara maksimal.
Isjoni 2012: 45 menyatakan model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar
yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Dalam hal ini model pembelajaran
dikembangkan dengan tujuan utama berawal dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik
kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, kebiasaan belajar yang bervariasi antara individu satu dengan individu yang lain. Mills dalam Suprijono 2012: 45
berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu. Dalam hal ini berarti model pembelajaran dikembangkan dari adanya suatu kenyataan atau fakta di lapangan, kemudian dibentuk model
pembelajaran yang dapat menggambarkan keadaan tersebut. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan
untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas Suprijono 2012: 46. Senada dengan pendapat tersebut Joyce dan
Weil dalam Rusman 2010: 133 menyatakan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana
pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran dan
63
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, dalam arti pendidik dapat meilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Model pembelajaran dapat dikatakan sebagi pola yang digunakan untuk
penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanaakan pembelajaran di kelas maupun tutorial Suprijono 2010: 47. Arends dalam Suprijono 2012: 46 menyatakan model pembelajaran dapat
diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dalam hal ini model-model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan oleh guru hendaknya dapat
mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal.
Aunurrahman 2011: 141, menyatakan “… pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung”. Oleh sebab itu seorang guru dalam menentukan model-
model pembelajaran yang akan dikembangkan harus mengenal baik siswanya. Baik dalam hal keragaman kemampuan, motivasi belajar siswa, minat mengikuti
pelajaran serta karakteristik pribadinya. Diharapkan dengan melakukan inovasi
64
penggunaan model-model pembelajaran, siswa akan senang belajar di sekolah dan tujuan pembelajaran dapat tecapai dengan baik. Hal ini dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran sebagai faktor motivasi eksternal. Beberapa pendapat mengenai model pembelajaran, dapat diambil
kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan pola pengajaran yang dilakuakan oleh pendidik kepada peserta didik, dalam rangka melakukan kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta berdasarkan pada tujuan pendidikan tertentu. Melalui model pembelajaran guru
dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi juga sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
2.1.10 Model pembelajaran cooperative