Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, terlebih lagi masalah globalisasi yang makin kompleks dan meluas, sangat diperlukan persiapan yang baik. Hermawan et al. 2009: 6.5 mengatakan, ”manusia adalah pencipta globalisasi, dan manusia itu pula yang harus mengendalikan, menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan globalisasi untuk kepentingan kehidupannya”. Jadi salah satu hal yang mutlak harus dipersiapkan adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Tantangan globalisasi sangat membutuhkan sumber daya manusia yang cerdas dan mampu bersaing sehat dalam segala bidang. Wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut ialah melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun non-formal. Karena pendidikan memiliki konteks yang sangat luas, menyangkut kehidupan seluruh umat manusia, dimana digambarkan tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan suatu kehidupan yang lebih baik Sadulloh 2004: 59. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal I menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2 Pernyataan di atas mengandung arti bahwa pendidikan merupakan usaha sadar terencana agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Terkait dengan pelaksanaan pendidikan di Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Hal ini tercermin dalam fungsi dan tujuan Pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 yang menyatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan fungsi dan tujuan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuju pada suatu perubahan yang lebih baik sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing individu. Perubahan itu dapat berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan atau penguasaan konsep, maupun perubahan sikap. Perubahan tersebut dapat dicapai setelah individu melalui suatu proses pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan harus berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang berlaku saat ini di Indonesia ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. KTSP menekankan pada pendidikan yang didasarkan pada potensi yang dimiliki oleh setiap daerah, serta disesuaikan juga dengan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan, baik dari tingkat dasar, tingkat menengah maupun tingkat atas. 3 Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dasar merupakan suatu proses mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan dalam diri siswa tersebut. Hal tersebut di atas dapat tercapai melalui adanya suatu proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengarahkan proses perubahan tingkah laku siswanya, agar sesuai dengan tingkat perkembangan psikis dan sosial. Pembelajaran merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat komponen-komponen yang saling terkait. Sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, subjek dan objek pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran remedial dan pengayaan. Apabila satu dari beberapa komponen tersebut tidak disertakan, maka proses pembelajaranpun akan terganggu dan tidak dapat berjalan dengan maksimal Suatu proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila terjadi interaksi yang antara pendidik dengan peserta didik. Salah satu komponen yang terpenting adalah seorang pendidik dalam hal ini guru. Guru merupakan faktor utama yang menentukan pembelajaran, terutama pembelajaran di kelas, karena gurulah yang berhadapan langsung dengan siswa di kelas dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, seorang guru memiliki suatu kewajiban untuk menciptakan pembelajaran yang baik. Dalam menjalankan keprofesionalan, menurut UU N0 14 tahun 2005, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi 4 hasil pembelajaran. Seorang guru sebagai pendidik dalam proses belajar mengajar harus memiliki kompetensi tersendiri agar mencapai harapan yang dicita-citakan, dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Kompetensi pendidik yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional Rifa’i dan Anni 2009: 7. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif serta menarik perhatian siswa, sehingga siswa merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pentingnya guru berkreativitas, mengingat bahwa guru merupakan salah satu sumber belajar bagi siswa di dalam kelas. Terlebih lagi di sekolah dasar, guru harus mampu berkreativitas dengan melihat kecenderungan dan karakteristik anak usia sekolah dasar, mereka lebih senang bergerak dan melakukan sesuatu secara langsung. Guru SD juga dituntut untuk mengusai seluruh mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mengembangan proses pembelajaran yang inovatif, menantang dan menyenangkan bagi siswa. Siswa seharusnya diberi keleluasaan dalam mengembangkan kreativitas dalam menciptakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa dapat berperan sebagai subjek maupun objek pembelajaran. Sebagai subjek yaitu peserta didik yang sedang belajar dengan berinteraksi dengan teman-temannya, dengan guru, maupun dengan lingkungan untuk mendapatkan pengalaman dan perubahan perilaku. Pandangan peserta didik sebagai objek dikarenakan peserta 5 didik membutuhkan pengarahan dari pendidik supaya mendapatkan pengalaman dan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa siswa menempati posisi sentral dalam pembelajaran. Guru maupun siswa masing-masing menempati posisi yang sama penting dalam pembelajaran. Tanpa adanya mereka pembelajaran tidak dapat terjadi, keduanya harus saling mengisi, agar terjadi interaksi yang baik antara keduanya, karena interaksi sangat diperlukan dalam pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat berlangsung optimal. Dengen demikian, dalam pembelajaran hendakanya guru memberikan ruang gerak bagi siswa untuk dapat berpikir kreatif dan mandiri. Apalagi pembelajaran di sekolah dasar, yang sangat mengedepankan partisipasi aktif siswa. Mengingat usia sekolah dasar merupakan awal pembentukan sikap dan watak anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran. Menurut Daryanto 2010: 187 “dalam inovasi pembelajaran guru dituntut selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya”. Untuk dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang inovatif guru harus memahami karakteristik peserta didik, kebutuhan peserta didik, lingkungan tempat belajar serta kesesuaian model pembelajaran yang akan digunakan dengan materi pelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, dalam arti guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. 6 Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran yang akan dicapai. Karena dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menghindarkan siswa pada kejenuhan dalam pembelajaran. Siswa akan memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran. Motivasi merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, dalam mencapai tujuan tertentu Uno 2012: 3. Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan kemauan belajar pada siswa. motivasi belajar siswa akan mengarahkan siswa dalam pencapaian tujuan belajarnya, sehingga guru perlu menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi, kreatif dan lebih berinovasi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Namun, tentunya penggunaan model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan dipelajari dan sesuai dengan karakteristik siswanya, karena dengan pemilihan model yang tepat akan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran, sehingga hasil pembelajaran siswapun akan lebih optimal. Salah satu mata pelajaran yang menuntut penggunaan model pembelajaran yang sesuai adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Ilmu pengetahuan alam IPA merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik mulai dari tingkat dasar SDMI, tingkat menengah SMPMTs serta tingkat atas SMA, sehingga dapat dikatakan bahan IPA sebagai mata pelajaran yang sangat penting, mengingat objek kajian IPA adalah gejala-gejala alam yang terjadi di sekitar manusia, sedangkan latar telaah IPA adalah alam semesta. 7 Pengetahuan tentang alam ini sangat diperlukan manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Menurut Sutrisno et al. 2007: 1.19 IPA mengandung tiga hal yaitu, proses, prosedur dan produk. Dalam usaha manusia memahami alam semesta dapat dikatakan bahwa IPA sebagai proses, karena merujuk suatu aktivitas ilmiah yang dilakukan para ahli IPA. IPA sebagai prosedur yaitu penggunaan prosedur yang tepat dalam proses pengamatan, pengetahuan IPA dibangun melalui penalaran inferensi berdasarkan data yang tersedia. IPA sebagai produk ilmiah dapat berupa pengetahuan IPA yang dapat ditemukan di dalam buku-buku ajar, majalah-majalah ilmiah, buku-buku teks, artikel ilmiah yang terbit pada jurnal, serta pernyataan-pernyataan para ahli IPA. IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Pembelajaran IPA dapat menyebabkan peserta didik aktif menggali pengetahuannya sendiri berdasarkan pada pengalaman yang ada di alam. Siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan dan menjadikan lingkungan sebagai objek belajar, karena materi- materi dalam pelajaran IPA cenderung berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari maupun berkaitan dengan alam. Seperti pada materi pesawat sederhana, dalam materi tersebut memungkinkan guru dapat menggunakan contoh dari kehidupan siswa di rumah karena masih berhubungan dengan alat-alat yang biasanya digunakan aleh siswa. Seharusnya siswa turut aktif dalam pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas dan pembelajaran IPA menjadi salah satu mata 8 pelajaran yang menyenangkan karena siswa dapat terlibat langsung. Namun pada kenyataan yang ditemui, masih banyak siswa menganggap IPA sebagai salah satu pelajaran yang sulit karena terlalu banyak teori dan fakta yang harus dihafalkan. Pembelajaran masih bersifat text book, guru tidak menambah sumber belajar lain yang dapat mendukung. Akibatnya pencapaian tujuan pembelajaranpun masih jauh dari standar yang telah diharapkan. Permaslahan itulah yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri 3 Selakambang pada siswa kelas V untuk materi pesawat sederhana. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di kelas V SD Negeri 3 Selakambang Kabupaten Purbalingga, diketahui bahwa pembelajaran IPA masih bersifat klasikal dan kurang variatif. Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru dan lebih suka bermain sendiri dalam pelajaran. Semangat belajarnya masih rendah yang ditandai dengan kurang kompetitifnya mereka dalam menyambut pertanyaan-pertanyaan dari guru. Siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat masih banyak siswa yang mengobrol atau bercerita sendiri saat pelajaran berlangsung. Siswa kurang antusias dalam mengemukakan pendaptanya di kelas. Sementara itu, hasil belajar mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana juga tergolong rendah dan kurang berhasil. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan minimal yang diperoleh siswa dari test formatif materi pesawat sederhana tahun ajaran 20112012. Disana masih terdapat 11 anak dari 29 anak yang nilainya masih di bawah KKM ≥ 60, atau 37,93 siswa belum tuntas untuk materi tersebut, yang dapat dikatakan 9 bahwa pembelajaran belum berhasil, karena pembelajaran dikatakan berhasil jika minimal rata-rata ketuntasan belajar siswa ialah ≥ 75 telah mencapai KKM. Materi pesawat sederhana merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran IPA yang sarat akan muatan konsep-konsep dan harus dikuasai oleh siswa. Konsep materi pesawat sederhana berhubungan dengan kegiatan-kegiatan manusia dalam kehidupannya di alam. Hal itu dapat ditelaah dari pengertian pesawat sederhana itu sendiri yaitu semua jenis alat yang digunakan oleh manusia utuk memudahkan pekerjaan manusia. Konsep sederhana sendiri, dilihat dari cara kerja alat tersebut yang sederhana. Materi tersebut dapat digolongkan atau dikelompokan kedalam empat jenis, yaitu tuas, bidang miring, katrol dan roda berporos. Di dalam jenis-jenis itu masih terdapat sub-sub topik yang dapat dipelajari satu-persatu dan dapat diulas satu persatu. Materi pesawat sederhana mengandung unsur pembagian tugas atau spesifikasi tugas, karena memang dapat digolongkan menurut jenis-jenisnya. Melihat kondisi materi pesawat sederhana yang cukup padat, guru kelas cenderung menyampiakan materi dengan metode yang konvensional, karena mempertimbangkan alokasi waktu yang terbatas. Walaupun guru telah lama menyadari bahwa belajar membutuhkan keterlibatan secara aktif dari siswa, kenyataan masih menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Dalam kegiatan pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Pembelajaran menjadi berpusat pada guru teacher centered instruction, guru lebih mendominasi proses pembelajaran dan bertindak sebagai satu satunya sumber belajar, menyajikan pembelajaran 10 dengan metode yang sama dan kurang bervariasi, latihan soal atau drill, memberikan Pekerjaan Rumah PR, jarang menggunakan media pendukung, suasana belajar yang terkesan kaku dan tidak mengadakan variasi pola interaksi dengan siswa. Guru kurang meperhatikan bagaimana karekteristik siswa yang dihadapinya. Guru lebih berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga siswa cenderung pasif, dan tidak dapat berpikir mandiri. Siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang harus dikuasainya. Akibatnya siswa menjadi kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Siswa merasa bosan dan akhirnya mereka tidak memperhatikan pelajaran. Padahal motivasi merupakan hal sangat penting yang harus dimiliki oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan motivasi merupakan hal yang medorong siswa untuk dapat beraktivitas. Apabila kondisi pembelajaran yang semacam ini terus terjadi pada jenjang pendidikan SD, maka akan mengakibatkan sulit tercapainya tujuan pendidikan dasar yakni meletakkan dasar pengetahuan yang dapat dipakai sebagai batu pijakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal lain yang biasanya kurang diperhatikan pembelajaran ialah bagaimana karakteristik anak yang dihadapinya. Perlu diingat bahwa karakteristik anak pada usia sekolah dasar ialah senang bekerja dalam kelompok, senang bermain, senang bergerak, serta senang melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung Sumantri dan Syaodih 2007: 6.3-6.4. Jika memperhatikan hal tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa 11 dapat terlibat langsung dan dapat bekerja dalam kelompok. Dengan memperhatikan kecenderungan karakteristik materi dan karakteristik anak, guru dapat menerapkan model pembelajaran yang inovatif agar permasalahan yang terjadi dapat teratasi dengan efektif dan efisien. Karena agar dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang inovatif guru harus memahami karakteristik peserta didik, kebutuhan peserta didik, lingkungan tempat belajar serta kesesuaian model pembelajaran yang akan digunakan dengan materi pelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang padat menuntut adanya spesifikasi tugas, serta dengan melihat kondisi karakteristik siswa SD yang senang bekerja dalam kelompok ialah model group investigation. Pembelajaran model group investigation merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme dan kooperatif. Pembelajaran berlangsung dengan cara siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui mengidentifikasi sub-sub topik yang didapat oleh setiap kelompok kerja. Sebagai bagian dari investigasi para siswa mencari berbagai sumber di dalam maupun di luar kelas Slavin 2005: 216. Kemudian setelah proses pelaksanaan belajar selesai, siswa menganalisis, menyimpulkan dan mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas, agar terjadi diskusi kelas. Penerapan model group investigation dalam materi pesawat sederhana yaitu dengan menginvestigasi sub-sub topik yang ada dalam materi, karena materi pesawat sederhana dapat digolongkan bersadarkan jenisnya atau dapat dibagai dalam spsifikasi materi. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran group investigation yang mempersyaratkan spesifikasi tugas dari masing-masing 12 kelompok. Tiap kelompok mendapatkan topik permaslahan yang berbeda. Dengan group investigation diharapkan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan senang, mengurangi kejenuhan materi yang terlalu banyak dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Pada akibatnya aktivitas belajar siswa juga meningkat seiring dengan timbulnya motivasi belajar. Melalui model group investigation siswa menjadi termotivasi dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran lebih menarik dan terjadi interaksi yang baik antara guru-siswa, maupun antar siswa. Siswa dapat mengkontruksi pengetahuan mereka melalui pemecahan masalah yang mereka dapat dengan bekerjasama dalam kelompok-kelompok. Dalam pembelajaran ini guru harus melibatkan siswa dalam memanipulasi kegiatan yang mengarahkan pada pengembangan konsep melalui kegiatan investigasi dan analisis terhadap pengalaman. Dengan demikian siswa akan memiliki jiwa sosial dan solidaritas yang lebih baik. Siswa termotivasi untuk mengembangkan pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah. Sementara itu, dalam group investigation guru berperan sebagai fasilitator dan motivator yaitu dengan mengarahkan dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Dengan model group investigation guru akan semakin memahami dan mendalami pembelajaran yang inovatif. Guru harus memahami langkah-langkah model pembelajaran group investigation. Ada enam tahap yaitu: tahap identifikasi topik dan pembagian kelompok, merencanakan investigasi, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, melaksanakan presentasi, dan yang terakhir ialah tahap evaluasi. Tentunya guru harus menguasai langkah- 13 langkah tersebut dengan baik, agar dalam pelaksanaanya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sehingga guru akan lebih mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang diperlukan selama proses pembelajaran. Dengan begitu, kemampuan guru dalam hal perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran akan meningkat, seiring dengan pemahamannya terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Dengan kata lain dengan penerapan model group investigation performansi guru akan semakin baik meningkat. Jika keadaan seperti itu terus berlanjut, yaitu siswa termotivasi, tidak mengalami kejenuhan dalam belajar, tentunya aktivitas merekapun akan meningkat. Mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran yang dilakukan. Sementara guru kemampuan pengelolaan kelas maupun perencanaanya meningkat, maka diharapkan hasil belajar yang diperoleh siswapun akan semakin baik. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan lebih optimal, dan memenuhi keriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya atau bahkan dapat lebih dari KKM kriteria ketuntasan minimum. Apabila hal itu terjadi maka dapat dikatakan tujuan pembelajaran tercapai. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti bermaksud mengkaji permasalahan yang terjadi dengan menerapkan model pembelajaran group investigation untuk membelajarkan materi pesawat sederhana pada siswa kelas V SD N 3 Selakambang di Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 20122013. Peneliti memilih judul “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Pesawat Sederhana pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Selakambang Kabupaten Purbalingga. 14

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

0 5 79

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT PEMASARAN PADA SISWA SMK PGRI 3 KOTA KEDIRI

0 6 96

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Pembelajaran Model Group Investigation Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadokan 01 Pelajaran 2011/2012.

0 2 10

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Pembelajaran Model Group Investigation Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadokan 01 Pelajaran 2011/2012.

0 3 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 2 5

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR KELAS V POKOK BAHASAN PESAWAT SEDERHANA : Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri Cikancung Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

0 5 34

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 SIRAU KARANGMONCOL PURBALINGGA.

0 0 227

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V

0 0 7