Integrasi persamaan di atas melalui langkah one-years time, dapat diperoleh persamaan :
dimana :
Sehingga didapat :
dimana : = rata-rata catch per unit effort CPUE
= rata rata upaya tangkap effort Dengan menggunakan rata-rata geometrik, persamaan di atas melalui
modifikasi aljabar dapat ditulis sebagai berikut :
Persamaan ini menunjukkan bahwa model surplus produksi Schnute adalah non-linear
, lag dan reciprocal. Persamaan di atas adalah persamaan regresi yang dapat diestimasi menggunakan OLS, dimana :
4. Model Surplus Produksi Clarke, Yoshimoto dan Pooley
Model ini dikembangkan oleh Clarke, Yoshimoto dan Pooley CYP yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
dimana :
Persamaan di atas menunjukkan bahwa model surplus produksi CYP adalah non-linear dan lag.
2.5 Analisis Degradasi dan Depresiasi
Degradasi diartikan sebagai penurunan kualitaskuantitas sumberdaya alam dapat diperbaharukan renewable resource. Dalam hal ini kemampuan
alami sumberdaya dapat diperbaharukan untuk bergenerasi sesuai dengan kapasitas produksinya berkurang. Kondisi ini dapat disebabkan karena adanya
pengaruh aktifitas manusia dan faktor alam sendiri. Degradasi sumberdaya alam pesisir dan laut, kebanyakan terjadi karena perbuatan manusia anthropogenic,
baik akibat aktifitas produksi penangkapan ikan, maupun karena aktifitas nonproduksi, seperti pencemaran akibat limbah domestik maupun industri Fauzi
dan Anna 2005. Depresiasi diartikan sebagai pengukuran degradasi yang ditentukan
dengan nilai ekonomi atau dirupiahkan. Moneterisasi dalam pengukuran depresiasi harus mengacu pada pengukuran nilai riil, bukan pada nilai nominal.
Oleh karena itu untuk menghitungnya harus mengacu pada beberapa indikator perubahan harga, seperti inflasi, indeks harga konsumen IHK, dan sebagainya,
yang berlaku untuk setiap komoditi sumberdaya alam pesisir dan laut Fauzi dan Anna 2005.
Degradasi dan depresiasi sumberdaya pesisir dan laut disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor alam dan manusia, faktor endogenous maupun
eksogenous, dan kegiatan yang bersifat produktif dan nonproduktif. Degradasi
diperparah pula oleh adanya berbagai gejala kerusakan lingkungan. Pada sumberdaya perikanan, degradasi dan depresiasi terjadi sebagai akibat dari
tekanan lingkungan dan tangkap lebih overfishing. Perubahan present value of rent
dari sumberdaya secara intertemporal dapat menggambarkan tingkat kerusakan lingkungan dan depresiasi sumberdaya alam. Sumberdaya alam
dikatakan terdepresiasi jika present value of rent pada saat ini lebih kecil dari present value of rent
pada saat yang lalu Fauzi dan Anna 2005. Mengetahui tingkatlaju degradasi sangat penting untuk menentukan langkah-langkah
pengelolaan sumberdaya perikanan lebih jauh. Terutama dalam mengambil suatu kebijakan pengelolaan, apakah perlu dilakukan pengurangan atau penambahan
effort , aktifitas ekstraksi dan bahkan menghentikan ekstraksi terhadap sumberdaya
tersebut. Informasi mengenai laju degradasi sumberdaya alam dapat dijadikan titik referensi reference point maupun early warning signal untuk mengetahui
apakah ekstraksi sumberdaya alam sudah melampaui kemampuan daya dukungnya Fauzi dan Anna 2005.
2.6 Analisis Keberlanjutan
Salah satu metode untuk menilai status keberlanjutan suatu perairan adalah dengan menggunakan metode multi dimension scaling MDS yang diadaptasi
oleh alat analisis Rapfish. Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries adalah suatu teknik untuk mengukur dan menggambarkan kondisi lestari sumberdaya kelautan
dan perikanan di suatu tempat atau wilayah. Teknik ini dikembangkan oleh University of British Columbia
, Kanada, yang merupakan analisis untuk mengevaluasi sustainability dari perikanan secara multidisipliner Fauzi dan Anna
2005. Rapfish digunakan untuk menjelaskan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan etikapengaturan governance yang mencakup atribut-atribut
kebelanjutan. Dimensi-dimensi beserta atributnya berfungsi sebagai indikator kinerja pembangunan berkelanjutan perikanan tangkap di suatu wilayah.
Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur dengan multi-dimensional scalling MDS. MDS
sendiri pada dasarnya merupakan teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multidimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah Fauzi dan Anna,
2005. Keluaran analisis Rapfish, yaitu status keberlanjutan perikanan ditinjau dari berbagai dimensi sebagai dasar untuk menyusun strategi pengelolaan
sumberdaya berdasarkan atribut-atribut sensitif yang mempengaruhi status perikanan pada dimensi yang dianalisis. Kelebihan lain teknik Rapfish adalah
teknik ini dapat diaplikasikan pada setiap kondisi perikanan di suatu wilayah tanpa harus melihat kondisi-kondisi atau indikator prasyarat suatu metode analisis.
Dengan kata lain, kondisi apa pun obyek penelitiannya, Rapfish dapat diaplikasikan dan bahkan dapat melakukan diagnosis dengan keluaran status
perikanan yang dianalisis. Dalam teknik Rapfish, analisis sumberdaya perikanan diperlukan sebagai salah satu analisis penting namum bukan merupakan penentu
utama dalam menentukan strategi pengelolaan karena kondisi sumberdaya hanya salah satu atribut yang dalam dimensi ekologi. Dimensi ekologi merupakan salah
satu dari lima dimensi keberlanjutan perikanan yang dianalisis sehingga dimensi ekologi sama pentingnya dengan dimensi lainnya, seperti ekonomi, sosial,
teknologi dan institusi. Status setiap dimensi dalam penelitian ini akan ditentukan oleh atributnya masing-masing. Prosedur dari Rapfish mengikuti struktur sebagai
berikut Gambar 9.
Gambar 9. Elemen proses aplikasi Rapfish untuk data perikanan Alder, et. al 2000.
2.7 Analisis Sistem Dinamik
Sumberdaya perikanan adalah aset yang dapat bertambah dan berkurang baik secara alami maupun karena intervensi manusia. Seluruh dinamika alam dan
intervensi manusia ini mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kondisi sumberdaya perikanan tersebut sepanjang waktu oleh sebab itu untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengelolaan sumberdaya
perikanan tidak bisa dilepaskan dari pendekatan pengelolaan sistem dinamik. Keputusan pengelolaaneksploitasi yang dilakukan di masa lalu akan
mempengaruhi kondisi sumberdaya perikanan tersebut di masa sekarang dan yang akan datang Fauzi dan Anna 2005.
Holling 1973 menyatakan bahwa hampir semua sistem alam mempunyai karakteristik berubah sepanjang waktu dan bahwa jika manusia mencoba
menstabilkan alam untuk kepentingannya akan menyebabkan kondisi stabil pada jangka pendek dan malapetaka pada jangka panjang. Menurut Hilborn dan
Walters 1992, beberapa konsep dasar dari analisis dinamik dalam perikanan adalah menyangkut stabilitas, kesiklusan cyclicity, dan ketahanan resilience.
Sistem dikatakan stabil jika perturbasinya gangguan terhadap keseimbangan sistem akan sampai pada ekuilibrium.
Sumberdaya perikanan merupakan sumber daya alam yang bersifat dinamis, demikian juga pertubasi yang terjadi pada sumberdaya tersebut baik
berupa hubungan antara catch, effort, dan pencemaran. Oleh sebab itu pengelolaan sumberdaya perikanan yang relatif bersifat dinamis dan kompleks memerlukan
pendekatan analisis yang dinamis pula. Untuk itu, analisis dinamis perlu dilakukan untuk melihat interaksi antara komponen sumberdaya dan pertubasinya
Fauzi dan Anna 2005. Permodelan merupakan alat bantu dalam pengambilan keputusan. Model
didefinisikan sebagai suatu penggambaran dari suatu sistem yang telah dibatasi. Model pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang
dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan- kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap
efektif. Pendekatan sistem umumnya ditandai dengan dua hal, yaitu : 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk
menyelesaikan masalah; dan 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan rasional. Pengkajian dalam pendekatan sistem sebaiknya memenuhi
tiga karakteristik, yaitu : 1 kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit; 2 dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut
waktu dan ada pendugaan ke masa depan; dan 3 probabilistik, yaitu diperlukan fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi Eriyatno 1999.
Selanjutnya Eriyatno 1999 menyatakan bahwa model dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok kajian, atau derajat keabstrakannya.
Pada dasarnya jenis model dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu : 1 Iconic model model fisik, merupakan perwakilan fisik dari beberapa hal
baik dalam bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda. 2 Analogy model model diagramatik, menyajikan transformasi sifat menjadi
analoginya kemudian mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang dikaji. Model ini bersifat sederhana namun efektif dalam menggambarkan
situasi yang khas. 3 Symbolic model model matematik, menyajikan format dalam bentuk
angka, simbol, dan rumus. Pada dasarnya ilmu sistem lebih terpusat pada penggunaan model simbolik dengan jenis yang umum dipakai adalah
persamaan matematik equation. Dalam pendekatan sistem, pengembangan model merupakan titik kritis
yang akan menentukan keberhasilan dalam mempelajari sistem secara keseluruhan. Dalam hubungannya dengan fenomena kompleks yang bersifat
multidimensi maka secara hipotetik dapat dikatakan bahwa pemilihan simbolik model akan lebih cepat untuk mengkaji sistem tersebut. Permodelan akan
melibatkan tahap-tahap yang meliputi seleksi konsep, rekayasa model, implemantasi komputer, validasi, analisis sensitivitas, analisis stabilitas, dan
aplikasi model. Analisis sistem dinamik dilakukan melalui dua tahap, yaitu pembuatan
diagram simpal kausal dan diagram alir. Diagram simpal kausal menunjukkan hubungan antar variabel dalam proses sistem yang dikaji. Prinsip dasar
pembuatannya adalah suatu proses sebagai sebab yang akan menghasilkan keadaan, atau sebaliknya suatu keadaan sebagai sebab akan menghasilkan proses
sedangkan diagram alir dibuat berdasarkan persamaan model dinamik yang mencakup variabel keadaan level, aliran rate, auxiliary, dan konstanta
constant. Variabel tersebut berupa lambang-lambang yang digunakan dalam pembuatan model dengan menggunakan piranti lunak software. Model yang
akan dikembangkan selanjutnya digunakan sebagai alat simulasi. Simulasi ini dilakukan setelah uji validitas dan hasil pengujian menunjukkan adanya
kesesuaian atau keabsahan antara hasil simulasi dengan data empiris Muhammadi et.al. 2001.
Pada pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis. Prosedur analisis sistem meliputi tahapan-tahapan sebagai
berikut: analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, permodelan sistem verifikasi model, dan implementasi Eriyatno 1999 Gambar
10.
Gambar 10. Tahapan analisis sistem Eriyatno 1999.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengananalisis kegiatan penangkapan ikan di Provinsi DKI Jakarta. Perairan DKI Jakarta merupakan obyek yang menarik untuk ditelaah lebih
lanjut karena perairan DKI Jakarta mempunyai karakteristik yang unik yang tidak ditemui di perairan lain di Indonesia, seperti : 1. Perikanan tangkap di perairan
Mulai
Analisis Kebutuhan
Identifikasi Sistem Formulasi Permasalahan
A
Implementasi Permodelan Sistem
Memuaskan
Memuaskan
Selesai
A
B
Yes
Yes No
No
DKI Jakarta bersifat multispesies dan multigears, semua alat tangkap yang beroperasi di perairan DKI Jakarta menangkap ikan yang keseluruhannya
merupakan komoditas perikanan yang dijual; 2. Perairan di DKI Jakarta merupakan wilayah perairan yang padat tangkap dan multiusers penangkapan
ikan, pengolahan, budidaya, industri, pertambangan, jasa transportasi, pariwisata, dll; 3. kondisi perairan di DKI Jakarta dipengaruhi oleh kondisi di wilayah hulu
sampai dengan hilir melalui tiga belas sungai yang bermuara di Teluk Jakarta; 4. Perairan Jakarta merupakan wilayah perairan dengan tingkat cemaran yang tinggi
bahkan pencemarannya sudah mencapai wilayah perairan Kepulauan Seribu; 5. Jakarta merupakan ibukota negara sehingga kebijakan pembangunan di DKI
Jakarta menjadi role models bagi kebijakan pembangunan di daerah lain Indonesia. Penelitian-penelitian terdahulu tentang perikanan di perairan Jakarta
dan wilayah lain yang masih berhubungan erat dengan penelitian ini, seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks penelitian-penelitian terdahulu No
PenelitiTahun Judul
Hasil Penelitian
1 Saksono2008
Kajian Pembangunan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu
Berbasis Industri Perikanan
Beberapa komponen utama yang saling berinteraksi dan berkorelasi secara signifikan
positif dalam pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yaitu : antara
implementasi kewenangan bagi pemerintah KBP dan kewenangan bagi pemerintah
daerah otonom KBO dengan lingkup usaha perikanan LUP maupun terhadap kegiatan
usaha perikanan yang berkembang berupa kegiatan perikanan tangkap TKP, perikanan
budidaya BDY, dan pengolahan hasil perikanan PROS. Keadaan ini memberikan
efek ganda terhadap tujuan pembangunan perikanan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Secara umum, model pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mencakup dua
aksi penting, yaitu : 1 perlu segera mengkaji kembali berbagai kebijakan pembangunannya
agar lebih berorientasi pada pemanfaatan potensi laut yang berbasis industri perikanan,
terutama pada wilayah yang juga berfungsi sebagai kawasan konservasi sehingga terwujud
No PenelitiTahun
Judul Hasil Penelitian
sinkronisasi dan hormonisasi antara kegiatan pembangunan wilayah dengan terjaminnya
kelestarian fungsi lindung wilayah; 2 pelaku bisnis perikanan dalam pengembangan kegiatan
industri perikanan perlu menggembangkan rencana bisnis yang bertanggung jawab baik
dalam penerapan fungsi lindung dan prinsip kehati-hatian dalam pemanfaatannya. Hal ini
penting supaya pengelolaan wilayah pesisir dan lautan dapat bermanfaat secara optimal dan
berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan dan
terjaminnya kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
2 Siti Radarwati2010
Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan
di Perairan Jakarta, Provinsi DKI Jakarta
Tingkat keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta berada pada tahap
pertumbuhan, untuk itu diperlukan strategi koordinasi secara horisontal dengan pihak
terkait. Pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta mempunyai kategori “kurang
baik” yang berarti kurang baik dalam hal merespon faktor-faktro internal dan eksternal
yang dominan mempengaruhi pengelolaan.
Terjadi pergeseran penggunaan alat tangkap aktif ke alat tangkap pasif.
Ruang yang dapat dimanfaatkan untuk perikanan tangkap sebesar 52,89 dari luas
perairan 748 ha sedangkan untuk budidaya ikan tidak lebih dari 25, untuk budidaya rumput
laut tidak lebih dari 15. Secara umum perikanan tangkap masih merupakan aktivitas
usaha yang dapat diupayakan dengan prinsip kehati-hatian. Skala usaha perikanan tangkap
yang sesuai dengan kondisi perairan adalah perikanan skala kecil.
Strategi standarisasi perikanan ukuran kecil SPUK menjadi prioritas utama untuk
diimplementasikan. Sebagai prioritas utama, SPUK stabil terhadap perubahan internal-
eksternal dimensi biologi dan cukup stabil terhadap perubahan internal-eksternal dimensi
ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi.
No PenelitiTahun
Judul Hasil Penelitian
3 Maman
Hermawan2006 Keberlanjutan
Perikanan Tangkap Skala Kecil Kasus
Perikanan Pantai di Serang dan Tegal
Dilihat dari perspektif alat tangkap, perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Serang hanya
perikanan jaring udang yang berstatus cukup berkelanjutan dilihat dari lima dimensi
sedangkan perikanan tangkap di Kabupaten Tegal untuk semua alat tangkap yang diteliti
statusnya kurang berkelanjutan karena tidak didukung oleh keberlanjutan dimensi ekologi.
Berdasarkan penilaian dari kelima dimensi, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial,
teknologi, dan kelembagaan serta hukum, dimensi pembangunan perikanan yang dimensi
keberlanjutannya paling rendah adalah dimensi ekologi di Kabupaten Tegal.
Atribut-atribut penting dan paling sensitif dalam analisis Rapfish dari dimensi ekologi,
yaitu discard and by catch dan perubahan ukuran ikan yang tertangkap. Pada dimensi
ekonomi yaitu tingkat subsidi, besarnya pemasaran perikanan, sifat kepemilikan sarana
penangkapan, serta alternatif pekerjaan dan pendapatan. Pada dimensi sosial yaitu status
dan frekuensi konflik, tingkat pendidikan, dan partisipasi keluarga dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan. pada dimensi teknologi yaitu penggunaan alat bantu FADs dan
selektivitas alat tangkap. Sementara pada dimensi hukum dan kelembagaan yaitu
demokrasi dalam penentuan kebijakan diikuti oleh ketersediaan dan peran tokoh masyarakat
lokal di lokasi. Atribut-atribut penting dan paling sensitif ini pada akhirnya digunakan
untuk mengidentifikasi upaya-upaya rekomendasi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keberlanjutan perikanan di kedua lokasi penelitian.
Dalam penenlitian ini terbukti bahwa teknik Rapfish sangat bermanfaat untuk menentukan
status keberlanjutan perikanan tangkap yang sangat kompleks pada kedua lokasi penelitian.
Teknik Rapfish mampu mendiagnosis kondisi suatu perikanan dilihat dari beberapa dimensi
keberlanjutan.
4 Gybert E
Mamuaya2008 Perbaikan Status
Status perikanan pukat cincin dapat ditingkatkan melalui tiga skenario, yaitu
ordinasi 58,6; ordinasi 68,1 ;ordinasi 78,1.
No PenelitiTahun
Judul Hasil Penelitian
Keberlanjutan Perikanan : Studi Kasus
Perikanan Pukat Cincin di Daerah Kota Pantai
Manado Untuk mencapai status tersebut atribut-atribut
keberlanjutan perikanan dalam dimensi ekonomi, sosial, teknologi dan etika layak
ditingkatkan kualifikasinya sambil terus mempertahankan kualifikasi dari atribut-atribut
dari dimensi ekologi.
5 Tjahjo Tri Hartono,
Taryono Kodiran, M. Ali Iqbal, dan Sonny
Koeshendrajana 2005 Pengembangan Teknik
Rapid Appraisal for Fisheries
RAPFISH untuk Penentuan
Indikator Kinerja Perikanan Tangkap
Berkelanjutan di Indonesia.
Upaya pengembangan atau modifikasi metode Rapid Assessment for Fisheries
RAPFISH telah mampu mendapatkan lima dimensi
beserta atribut-atribut penjelasnya yang sesuai dengan kondisi perikanan tangkap di Indonesia.
Kelima dimensi tersebut adalah dimensi ekologi,ekonomi. sosial, teknologi dan
pengaturan governance. Secara general juga berfungsi sebagai indikator kineja
pembangunan berkelanjutan perikanan tangkap di Indonesia. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa dukungan kegiatan penelitian yang mampu memberikan bahan dan informasi
secara cepat, akurat dan aplikatif merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
tercapainya tujuan pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.
6 Jacqueline Alder, Tony
J. Pitcher, David Preikshot,
Kristin Kaschner and Bridget Ferriss2002
How Good is Good?: A Rapid Appraisal
Technique for Evaluation of The
Sustainability Status of Fisheries of The North
Atlantic Hasil analisis terhadap perikanan Atlantik utara
sisi Barat dan sisi Timur disimpulkan bahwa Perikanan Teluk Meine Amerika Serikat
mempunyai indikator kelestarian sosial dan teknis yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perikanan Kanada, Inggris maupun Jerman.
7 Akhmad Fauzi dan
Suzy Anna 2002 Evaluasi Status
Keberlanjutan Pembangunan
Perikanan : Aplikasi Pendekatan Rapfish
Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta
Dari dua belas jenis alat tangkap yang dianalisis disimpulkan bahwa alat tangkap pasif
seperti bubu dan pancing, berdasarkan indikator kelestarian ekologi berada di good
tetapi secara sosial dan ekonomi cenderung ke arah bad score. Sebaliknya pada perikanan
aktif secara tekonologi dan ekologi mempunyai skor buruk bad score tetapi ekonomis dan
sosial cenderung ke arah baik.